Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ormarrAvatar border
TS
ormarr
Bagaimana Nilai Dapat Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Anak ?
Pembelajaran dalam dunia pendidikan terbagi dua, pembelajaran secara formal maupun non formal. Pembelajaran secara formal dilakukan melalui beberapa lembaga pendidikan seumapa Sekolah dengan berbagai tingkatannya. Pembelajaran secara non formal dilakukan di luar lingkungan Sekolah seumpama rumah dan yang semacamnya. Beberapa orang yang sangat berperan dalam pendidikan formal seumpama guru, Kepala Sekolah dan lain sebagainya. Orang yang sangat berperan dalam pendidikan non formal seumpama orang tua, anggota keluarga, teman maupun lingkungan dimana kita tinggal. Dalam kajian agama Islam peran orang tua tidak hanya sebagai pengasuh saja, tetapi juga pendidik dan suri teladan bagi anak dimanapun dan kapanpun. Sedikit banyaknya sikap orang tua yang dilihat dan diperhatikan anak di dalam maupun di luar lingkungan Rumah dapat mempengaruhi pembentukan karakter dan perubahan moral anak.

Perbuatan baik yang terus diulang orang tua di dalam maupun di luar lingkungan rumah dapat memberikan sentuhan emosional kepada anak dan daya tarik bagi anak untuk menirunya. Hal ini dikarenakan kepribadian anak yang sangat mudah tertarik dengan hal-hal yang baru atau sesuatu yang dianggapnya menarik. Apabila komunikasi secara verbal maupun non verbal orang tua dengan anak sangat minim anak menjadi lebih tertarik mencari orang lain yang dapat mereka jadikan figur atau suri teladannya. Dengan bantuan teknologi yang sangat cepat di era millenial anak dapat mencari figur atau tokoh maupun orang yang mereka kagumi dalam waktu singkat, terlebih lagi dengan bantuan sosial media dalam bentuk Tik Tok dan yang semacamnya. Apabila tidak ada pengawasan yang maksimal dari orang tua maupun keluarga menemukan figur yang tidak baik salah satu kemungkinan yang dapat di lakukan anak.

Hasil belajar peserta didik di lingkungan Sekolah sangat berkaitan dengan nilai yang mereka dapat dari pendidik atau guru. Jika diimajinasikan bagaikan dua sisi koin yang bersebelahan antara satu dengan yang lainnya. Nilai yang dijadikan sebagai stimulus atau perangsang dapat mempengaruhi perubahan karakter siswa dalam proses belajarnya. Dalam psikologi pendidikan seseorang dikatakan belajar apabila ada perubahan perilaku dari tidak baik menjadi baik, tidak bisa menjadi bisa, tidak tahu menjadi tahu dan dari yang sudah baik menjadi lebih baik. Nilai dari proses belajar siswa yang dijadikan stimulus/perangsang maupun hasil akhir belajar mereka dapat memberikan dampak positif maupun negatif dalam jangka waktu panjang maupun pendek. Stimulus positif dapat menimbulkan tekad dalam diri siswa/i untuk mendapatkan hasil yang terbaik dan belajar lebih gigih, tekun dan rajin dimanapun dan kapanpun.
Stimulus negatif dapat memberikan efek negatif berupa rasa malas, tidak percaya diri dan enggan bekerja keras dalam proses belajarnya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa keseriusan respon emosi siswa sangat dipengaruhi oleh penghargaan yang diberikan oleh guru dalam situasu tertentu, termasuk di dalamnya respon mereka terhadap nilai yan didapat dari hasil belajarnya. Jika siswa/i tidak menunjukkan emosi, siswa/i lainnya juga akan kurang emosional. Jika mereka menunjukkan emosi kuat, siswa/i lainnya juga akan lebih emosional. 
Walaupun nilai dapat dijadikan sebagai stimulus atau perangsang yang dapat merubah proses belajar anak ada hal-hal lainnya yang mempengaruhi prose belajar anak. Beberapa di antaranya seperti keterampilan interpersonal guru kepada siswa, apresiasi guru kepada siswa dan hukuman atau punishment guru kepada siswa.

Keterampilan interpersonal yang tidak disertai empati tidak dapat memberikan pengaruh positif kepada lawan bicara secara maksimal. Terlebih lagi antara guru dengan peserta didik. Apabila guru menggunakan empati dan simpati dalam keterampilan interpersonalnya dapat mempermudah mereka mendidik siswa/i sesuai keterampilan, kepribadian maupun kemampuan yang mereka miliki. Hal ini karena keterampilan, kemampuan dan kepribadian mereka yang beragam antara satu dengan yang lainnya. Untuk mencapai satu tujuan guru tidak dapat memaksakan murid menggunakan satu cara. Kreativitas guru dalam mengajar dan berkomunikasi dengan murid secara verbal maupun nonverbal dapat memberikan perubahan dalam jangka waktu yang panjang. Kata-kata dalam komunikasi secara verbal dapat menjadi alat yang sangat ampuh, seperti para tukang iklan dan propagandis menggunakannya.

Para propagandis pada setiap sisi, misalnya sering menggunakan kata-kata "tanah air" atau "kampung halaman" selama perang berlangsung. Mereka sangat ampuh bukan karena pengertian eksplisitnya, disebut makna denotatif, melainkan karena makna personal dan emosional yang dikandungnya, disebut makna konotatif. Makna konotatif didasarkan pada pengalaman personal, dan mungkin sangat-sangat pribadi. Dalam psikologi kepribadian, kepribadian anak juga mempengaruhi proses belajar mereka. Contohnya seperti perbedaan antara pribadi yang kreatif dengan pribadi yang tidak kreatif.

Pada umumnya pribadi yang kreatif lebih mandiri, anti konformatis. Konformatis adalah jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Pribadi yang kreatif juga menolak otoritas dan biasanya tidak menyukai kerja rutinitas dan detail. Peneliti lain menemukan bahwa orang yang sangat kreatif biasanya juga pintar, ekspresif,sosial, sangat sadar diri dan terbuka terhadap pengalaman. Pribadi-pribadi yang kreatif pada umumnya mereka cakap, imajinatif, banyak akal,seorang penemu,petualang, pemberani, ingin tahu, penentu, emosional, energetik, mudah menemukan kesalahan, humoris, individualis, pengusaja, penyendiri, percaya diri, jujur, keras kepala, pemarah, teliti, pemalu dan cakap.

Untuk memberikan hasil yang terbaik dalam proses belajar siswa, guru tidak terlepas dari beberapa problematika yang mereka hadapi. Pola pikir dan pola hidup serba instant, rutinitas maupun aktivitas yang dapat menurunkan kualitas kinerja otak, rasa malas yang dibiasakan, management waktu yang tidak benar, kondisi mental yang tidak sehat dan pergaulan yang salah beberapa dari problematika sosial yang dialami sebagian besar perserta didik dalam proses pembelajarannya. Perkembangan teknologi yang serba cepat di era millenial dapat merubah pola pikir peserta didik menjadi serba instant, terlebih lagi dalam hal pembelajaran. Pola hidup yang dapat terbentuk dari pola pikir yang serba instant adalah kondisi emosional yang tidak stabil. Tanda dari kondisi emosional yang tidak stabil dalam lingkungan pendidikan ketidaksabaran sebagian peserta didik dalam proses belajarnya.

Dampak negatif dari fenomena tersebut mereka lebih memilih belajar secara instant walaupun dengan cara yang tidak baik, menyontek secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi salah satunya. Fenomena menyontek yang dibiarkan dapat merubah kondisi emosional siswa/i menjadi malas untuk belajar secara sungguh-sungguh.

Diubah oleh ormarr 05-05-2024 10:49
0
26
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan