lowbrowAvatar border
TS
lowbrow
Mengenal Politik Gentong Babi, Istilah yang Disinggung dalam Sidang di MK


KOMPAS.com - Ekonom senior Universitas Indonesia, Faisal Basri menyinggung istilah pork barrel politics atau politik gentong babi dalam Sidang Sengketa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 di Mahkamah Konstitusi, Senin (1/4/2024).

Dalam sidang tersebut, Faisal mengatakan bahwa masyarakat yang kesulitan membeli beras saat ini disebabkan oleh banyaknya bantuan sosial (bansos) yang dilakukan di masa Pilpres 2024.

Banjirnya bantuan sosial menjelang Pilpres 2024 dikategorikan Faisal sebagai salah satu praktik dari politik gentong babi.

“Politik gentong babi ini mengacu pada praktik yang dilakukan politisi yang menduduki jabatan tinggi di pemerintahan pusat, yang mampu menggelontorkan uang lebih besar agar menarik pemilih sehingga dia terpilih kembali,” ungkap Faisal, dikutip dari KOMPAS TV.

Lebih lanjut, Faisal menuturkan bahwa pada 2024, ada beberapa jenis bansos yang tiba-tiba dikeluarkan oleh pemerintah.

Faisal mencontohkan, pada 2021, Indonesia dilanda El Nino dalam skala yang lebih parah daripada 2024.

Namun Bansos El Nino justru diadakan dan diberikan kepada masyarakat pada 2024 ketika intensitasnya sudah mulai mereda.

Dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/2/2024), menurut Antonius Saragintan dan Syahrul Hidayat dalam buku Politik Pork Barrel di Indonesia (2011), politik gentong babi adalah usaha petahana untuk menggelontorkan dan mengalokasikan sejumlah dana dengan tujuan tertentu.


Istilah “tujuan” dalam pengertian tersebut merujuk kepada usaha agar dirinya terpilih kembali dan menjabat selama beberapa tahun ke depan.

Sedangkan makna harfiah dari politik gentong babi berasal dari awal tahun 1700-an, dilansir dari Investopedia, Minggu (29/10/2023).

Zaman dulu sebelum adanya pendingin, daging babi diasinkan dan diawetkan dalam tong kayu yang masing-masing dapat menampung lebih dari 30 galon.

Mudahnya melihat bagaimana daging tersebut "mencelupkan diri ke dalam gentong" merupakan sebuah gambaran dari rakyat yang “tercelup” dan menjadi bagian dari politik uang dalam jumlah yang besar.

Istilah politik gentong babi pertama kali digunakan dalam cerita The Children of the Public pada 1863 oleh penulis dan sejarawan Edward Everett Hale.

Sepuluh tahun kemudian, ungkapan politik gentong babi memiliki arti pengeluaran dana publik oleh seorang politisi untuk kepentingan sekelompok kecil orang dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dalam bentuk suara atau sumbangan kampanye.

Di zaman modern, pembelanjaan dalam gentong babi berarti pembelanjaan yang sia-sia pada proyek-proyek pekerjaan umum lokal yang nilainya meragukan, atau hanya bernilai bagi satu konstituen politisi.

Salah satu contoh paling terkenal dari praktik politik gentong daging babi adalah proyek Bridge to Nowhere.

Proyek jembatan kontroversial ini terletak di Ketchikan, Alaska, AS, yang awalnya diusulkan sebagai sarana untuk menghubungkan Pulau Gravina ke Bandara Internasional Ketchikan di dekat Pulau Revillagigedo, dilansir dari Faster Capital, Jumat (8/3/2024).

Pada 2005, Kongres Amerika Serikat (AS) menyetujui alokasi 223 juta dollar AS atau Rp 3,5 triliun untuk sebuah jembatan yang menghubungkan dua kota kecil di pedesaan Alaska.

Namun, proyek ini menjadi terkenal karena menelan biaya yang fantastis dan dinilai kurang praktis.

Adapun biaya pembangunan jembatan tersebut membengkak hingga 398 juta dollar AS atau Rp 6,3 triliun.


https://kompas.com/tren/read/2024/04...idang-sengketa
smogalAvatar border
maniacok99Avatar border
lubizersAvatar border
lubizers dan 3 lainnya memberi reputasi
0
951
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan