Mari bayangkan sebuah perjalanan, sebuah perjalanan yang mungkin tidak akan pernah kita rencanakan. Sebuah perjalanan yang mengantarkan kita melewati hutan belantara pikiran yang penuh dengan ketidakpastian, ketakutan, dan keraguan diri. Inilah kisah tentang menemukan kebahagiaan dalam kesendirian, tentang memahami diri sendiri dan menghadapi cobaan hidup dengan tekad yang kuat.

Ada kalanya kesendirian terasa seperti pelukan hangat yang memeluk kita dalam ketenangan. Namun, ada juga saat-saat di mana kesepian mengintai, menyeret kita ke dalam jurang ketidakpastian dan kegelisahan yang tak terkendali. Saya pernah merasakannya dengan jelas, perasaan bertemu dengan diri sendiri yang penuh dengan kekacauan dan pertanyaan yang sulit dijawab.

Di saat-saat seperti itu, saya merasa takut. Takut akan diri sendiri yang terlalu ramai dalam pikiran, takut akan egoisme yang kadang membuat saya menolak bantuan dari orang lain, meskipun sebenarnya saya telah mencapai titik lelah yang tak tertahankan. Luka-luka yang terasa begitu dalam telah cumiakkan telinga saya, dan saya merasa ingin lari dari semuanya.

Kehidupan terasa seperti hutan belantara yang tak terkendali, dengan banyaknya keharusan yang harus dipenuhi. Saya berjuang mati-matian untuk bertahan, berharap akan ada kesempatan untuk sekadar tidur nyenyak tanpa gangguan di kepalaku yang dipenuhi oleh badai pikiran. Namun, pertarungan ini begitu melelahkan, terutama saat saya harus berhadapan dengan diri saya sendiri.

Tapi di tengah-tengah kekacauan itu, saya mulai bertanya pada diri sendiri: apa yang sebenarnya saya butuhkan? Apa yang harus saya lakukan untuk keluar dari situasi ini? Dan pelan-pelan, jawabannya mulai terungkap di hadapan mata saya. Saya menyadari bahwa saya hanya perlu mencari jalan keluar, meskipun proses itu mungkin tidak akan selesai dalam semalam.

Saya merindukan kebahagiaan. Kebahagiaan yang membuat kita merasa percaya diri dalam menjalani hidup, yang membuat kita merasa nyaman dengan diri sendiri. Saya ingin bisa melewati hari-hari dengan senyuman di wajah, tanpa harus terbebani oleh pikiran-pikiran negatif yang terus menghantui.

Namun, saya menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tentang memiliki segalanya. Bukan tentang memiliki banyak uang atau banyak teman. Sebaliknya, kebahagiaan sejati adalah tentang menerima diri sendiri apa adanya, tentang melihat kekuatan dalam kelemahan kita.

Saya merasa beruntung karena bisa melihat kebahagiaan di sekitar saya. Meskipun telah mengalami banyak kegagalan dan kekalahan, saya tetap bertahan. Saya bersyukur kepada siapa pun yang telah hadir dalam hidup saya, mengurangi rasa kesepian yang saya rasakan.

Saya belajar bahwa kebahagiaan bukanlah tentang mengejar sesuatu yang tidak kita miliki. Sebaliknya, kebahagiaan adalah tentang merasa cukup dengan apa yang kita miliki saat ini. Dan dengan memahami hal ini, saya mulai menghargai setiap momen dalam hidup, baik dalam kesendirian maupun dalam kebersamaan.

Saat ini, saya menyadari bahwa kebahagiaan sejati bukanlah tujuan akhir dari sebuah perjalanan. Sebaliknya, kebahagiaan adalah proses yang terus berlangsung, sebuah perjalanan yang mengajarkan kita untuk bersyukur atas segala yang kita miliki, baik itu senang maupun sedih.

Dalam kesendirian, saya menemukan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan ini. Saya menemukan diri saya yang sejati, sosok yang tulus dan penuh kasih. Dan dengan penuh keyakinan, saya melangkah maju, siap menghadapi apa pun yang akan datang, karena saya tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada apa yang kita miliki, melainkan pada siapa kita sebenarnya.

Gambar : google