Kali ini aku ingin bercerita bagaimana beratnya kuliah di bulan puasa seperti sekarang. Pertama-tama, aku ingin memberitahu bahwa ini bukannya mau mengeluh tapi hanya bercerita apa yang memang sebenarnya terjadi. Ceritanya akan dibagi ke dalam 3 segmen yaitu pagi, siang dan sore. Kalau begitu, mari kita mulai ceritanya!
Quote:
PAGI HARI
Pagi hari aku sahur seperti biasa. Kemudian berusaha melawan kantuk yang teramat sangat demi mempersiapkan diri menuju kampus. Agak lebih segar usai aku mandi dan terkena air. Tapi tak berlangsung lama rasa kantuk itu kembali lagi. Ditambah aku punya obat yang harus diminum rutin yang juga menambah rasa kantuk itu. Tapi karena aku naik bis, kira-kira nanti akan tidur di bis karena perjalanan lumayan juga hampir satu jam karena jarak yang jauh.
Nah berangkatlah aku dari rumah. Nunggu bis ini yang sangat menguji kesabaran, hampir setengah jam tidak datang-datang. Sekalinya datang, semua kursi terisi penuh. Alhasil jadilah aku berdiri. Sambil berdiri pun aku senderan ke salah satu sisi bus dan sesekali tidur-tidur ayam kalau kata orang. Sampai akhirnya di tengah perjalanan ada penumpang turun dan aku akhirnya bisa duduk.
Di kampus, aku harus naik tangga sampai ke lantai 4 yang pegelnya bukan main. Sampai di kelas, aku berusaha menghilangkan rasa kantuk dengan mendengarkan musik dengan TWS. Dan cara ini cukup berhasil. Lanjutlah mata kuliah pertama dimulai, di sinilah rasa kantuk sengantuk-ngantuknya terjadi. aku duduk paling depan, hampir berhadapan dengan dosen. Tapi aku mulai tidur-tidur ayam kaya pas di bis tadi. Bahkan sempat terlelap beberapa menit. aku sudah tidak tahu lagi deh apa yang sedang diomongkan teman aku ketika ia sedang presentasi. Ngantuk di mata kuliah pertama ini memang gila, untungnya dosen tidak sadar aku tidur sedikit-sedikit atau jangan-jangan dia memang sadar tapi membiarkan ya.
Quote:
SIANG HARI
Siang harinya, sebenarnya belum siang hari tapi menjelang siang. Tapi matahari sudah terik sekali. AKU berpindah dari kelas ke lab karena ada praktek. Lagi-lagi harus berhadapan dengan tangga empat lantai, tapi syukurlah turun ternyata lebih ringan daripada naik. Kebetulan lab bahasa aku ada di bawah. Untuk menuju ke lab, aku harus berjalan kaki dari gedung 7 ke gedung di mana lab itu berada. Dan saat itu walau masih jam 11 tapi panasnya bukan main. Matahari menyengat sekali, padahal ini bulan Februari. Rasa haus dan gerah pun mulai terasa.
Beruntung, rasa gerah itu sedikit terobati dengan hawa dingin dari AC yang menyala di lab. Alhasil selama di lab tidak ada masalah sama sekali. Rasa kantukku pun sudah hilang. Yang jadi masalah justru ketika selesai praktek di lab. Harusnya saat itu semuanya selesai dan aku bisa pulang. Ternyata ada kabar dari PJ bahwa akan ada kelas pengganti. Karena beberapa minggu kemarin sempat ada tanggal merah Nyepi dan perkuliahan libur. 2 minggu berlalu, dosennya baru adain kelas pengganti, oh my god!
Ternyata makin siang makin menjadi panasnya. Ada jeda sekitar satu jam dari praktek ke kelas pengganti. Saat itu jam satu siang. Banyak sekali godaan mulai dari teman yang mengajak makan, penjual es yang entah kenapa berjualan di siang hari dan masih banyak lagi. Rasa lapar di perut, haus dan lemas mulai aku rasakan. Bibirku kering bukan main. Dan aku masih harus berjalan kaki menuju ke gedung 7, menerjang panasnya Jakarta pada siang hari itu.
Sejam kemudian, kelas pengganti pun dimulai. Jujur aku sudah agak sulit berkonsentrasi dan pikiranku sudah ke mana-mana. Yang ada di pikiranku adalah aku ingin pulang. Rasanya sudah lesu sekali, entah kenapa saat itu aku memang merasa lemas.
Quote:
SORE HARI
Ya, kelas pengganti akhirnya selesai di pukul 15.00 dan apa kejutannya? Panasnya masih terik di luar. Aku kira matahari sudah mulai melunak dan teduh. Rupanya aku salah. Aku segera menerjang panasnya matahari dan naik ke angkot yang akan membawaku ke tempat pemberhentian bis. DI angkot pun gerahnya bukan main. Belum lagi angkot tersebut ngetem dan membuatku semakin jengkel.
Singkat cerita, angkot pun berjalan membawaku dan sampailah di tempat aku diturunkan. Masih harus berjalan sekitar 150 meter menuju tempat pemberhentian bis-nya. Biasanya, aku tidak masalah jalan sejauh 150 meter, bukan hal yang melelahkan. Tapi di hari itu, rasanya lemas sekali kaki ini dan terasa sangat melelahkan.
Hingga momen yang kutunggu pun datang juga. Aku duduk di kursi bis terhindar dari semua panas yang ada di luar. Aku ingin secepatnya pulang dan rebahan. Kalau bisa teleport aku mungkin akan teleport ke rumah. Ya, walau sesekali bis yang aku naiki terjebak macet karena lampu merah. Tapi setidaknya aku sedikit lebih happy karena sudah waktunya pulang. Aku juga sempat tertidur beberapa menit di dalam bis yang aku naiki.
Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan setelah badan terguyur air aku menjadi lebih segar lagi. Kini tinggal menunggu buka puasa yang hanya tersisa sekitar satu jam lagi.
Ya, itu dia sedikit cerita dariku. Semoga bisa jadi mengingatkan kalian tentang momen-momen yang juga pernah saya alami ini. Sekali lagi cerita ini bukan karena aku ingin mengeluh. Sama sekali tidak. Hanya saja ingin berbagi pengalaman di sini. Mungkin agan-agan dan sista-sista juga punya pengalaman yang hampir sama denganku bisa ikut bercerita di thread ini. Apalagi yang sudah wisuda nih, bisa jadi sekalian nostalgia masa-masa itu.
Kuliah di bulan puasa merupakan waktu yang menantang namun juga bermakna. Meskipun tantangan dalam menjaga energi dan konsentrasi lebih besar, namun kesempatan untuk mendalami ilmu di tengah suasana suci dan penuh keberkahan ini tidak boleh disia-siakan. Dengan tekad dan disiplin, kita dapat menjalani kuliah dengan penuh semangat dan kesadaran akan nilai-nilai spiritual yang diperoleh selama bulan Ramadan. Semoga setiap langkah yang diambil dalam proses pembelajaran ini menjadi amal yang diberkahi dan membawa manfaat yang berkelanjutan bagi diri kita dan juga masyarakat.
Terima Kasih Sudah Membaca Sampai Akhir!