Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
ISIS Bantai Ratusan Warga di 'Jantung' Rusia, Putin Kebobolan?
ISIS Bantai Ratusan Warga di 'Jantung' Rusia, Putin Kebobolan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan mematikan terjadi di Ibu Kota Rusia, Moskow, Jumat (22/3/2024). Sebanyak empat anggota kelompok teroris menyerbu masuk ke gedung konser Crocus City dan mengeluarkan tembakan jarak dekat, menewaskan 137 orang.
Kelompok ISIS telah merilis rekaman baru serangan tersebut. Rekaman video tersebut menguatkan klaim kelompok teror tersebut sebagai dalang pembantaian tersebut
Insiden di dekat Moskow ini merupakan serangan paling mematikan yang diklaim ISIS di wilayah Eropa, sekaligus menjadi serangan paling mematikan yang dilakukan di Rusia sejak pengepungan Beslan tahun 2004. 


Beberapa pihak mulai mempertanyakan mengapa serangan ini bisa terjadi di Moskow. Apalagi, Amerika Serikat (AS) telah memberikan sinyal peringatan sebelumnya yang meminta warganya di negara itu menghindari kerumunan, yang oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dianggap sebagai 'upaya menakuti warga'.
Di sisi lain, muncul pernyataan yang menyebut keamanan yang sangat sedikit di Crocus City saat serangan terjadi.

Beberapa warga bahkan secara tajam membandingkan ketidakhadiran polisi pada hari Jumat dengan kehadiran polisi yang luar biasa di pemakaman pemimpin oposisi Alexei Navalny, setelah kematiannya di penjara Rusia.

"FSB (Layanan Keamanan Federal Federasi Rusia) jelas-jelas salah dalam menentukan prioritasnya. Mereka mempunyai sumber daya utama di Ukraina dan oposisi dalam negeri. Ini adalah prioritas yang diberikan kepada mereka dari atas," kata Mark Galeotti, pakar badan keamanan Rusia, kepada The Guardian, Senin (25/3/2024). 


Serangan di Crocus City ini sendiri terjadi saat negara itu masih dalam peperangan skala besar dengan Ukraina. Sejumlah analis menyebut FSB sibuk dengan perburuan terhadap kelompok anti perang dan LGBTQ, bukan kepada sel-sel terorisme yang mengancam negara.
Ada juga perasaan bahwa ancaman terorisme dalam negeri, yang selalu ada selama dekade pertama pemerintahan Putin, telah mereda. Taktik senjata yang kuat di wilayah Kaukasus Utara, ditambah dengan mengizinkan beberapa ribu kelompok radikal berangkat ke Suriah dan Irak beberapa tahun lalu, menimbulkan perasaan bahwa perang melawan teroris telah berakhir.

Namun dinamika yang terjadi dalam serangan hari Jumat ini, dimana sebagian besar pelakunya warga Tajikistan, menunjukan ancaman dari wilayah negara Asia Tengah lainnya. Ini berbeda dengan serangan teror di awal pemerintahan Putin, ketika para penyerang cenderung berasal dari Kaukasus Utara.
"Terorisme Islam di Asia Tengah masih menjadi masalah nyata bagi FSB. FSB memiliki banyak pengalaman dalam menangani ekstremis di Kaukasus, mereka telah menghabiskan sumber daya yang besar untuk hal tersebut, namun Asia Tengah lebih merupakan titik buta," tambah Galeotti.

Putin mengisyaratkan dugaan adanya kaitan Ukraina dengan serangan tersebut, dan komentator pro-perang Rusia melangkah lebih jauh dengan melakukan upaya bersama untuk menyatakan bahwa klaim ISIS adalah sebuah tipu muslihat dan serangan tersebut sebenarnya diorganisir oleh Kyiv.
Di sisi lain, Ukraina dengan keras membantahnya. Intelijen militer Ukraina dan beberapa komentator Barat menyatakan bahwa semua ini hanyalah peristiwa "bendera palsu", yang diorganisir atau difasilitasi oleh Kremlin untuk konsolidasi upaya perang di Ukraina.


Galeotti menambahkan bahwa mungkin akan ada pertanyaan politik serius yang muncul setelah serangan tersebut. Namun Putin jarang menghukum bawahannya atas kegagalan dan kemungkinan besar akan menghindari terlalu banyak pembicaraan mengenai bencana intelijen.

"Anda mungkin mengira FSB harus bertanggung jawab, namun tidak ada balasan yang berarti atas kegagalan intelijen mereka selama invasi ke Ukraina. Putin ragu untuk melakukan perombakan besar-besaran," paparnya lagi. 

sumber
0
129
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan