Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

nurhayatiokt353Avatar border
TS
nurhayatiokt353
Dokter transpuan pertama di Indonesia
Pengalaman traumatis di masa lalu sebelum melakukan transisi menjadi transpuan diakui Alegra Wolter menjadikannya dokter yang lebih bisa berempati kepada pasien-pasiennya.

Suatu siang pada pertengahan Desember lalu, belasan transpuan dari salah satu komunitas transgender di Jakarta, Yayasan Srikandi Sejati, berkumpul untuk berdiskusi dengan dokter yang mereka tahu juga merupakan seorang transpuan.

Tema siang itu menyangkut pentingnya pemberitahuan terhadap pasangan seksual, apabila suatu waktu mereka terinfeksi HIV. Dengan demikian, status kesehatan pasangan seksual mereka bisa diketahui lebih dini sekaligus mencegah penularan lebih lanjut.

Diskusi itu berjalan hidup. Beberapa peserta dengan terbuka menceritakan pengalaman dan situasi yang kerap dihadapi transgender, termasuk risiko terinfeksi HIV lantaran kerap berganti pasangan sebagai pekerja seks.Dokter transpuan pertama di Indonesia
Alegra Wolter, dokter itu, menanggapi pertanyaan-pertanyaan dengan sabar dan tanpa penghakiman.

"Kita tidak perlu bawa-bawa isu moral, orang tertular [HIV] bukan karena moral atau apa, tapi karena enggak tahu. Kalau tahu pasti enggak akan dilakukan," kata Alegra di sela-sela diskusi.

Alegra menyadari bahwa mayoritas transgender tidak seberuntung dirinya yang bisa mengakses pendidikan dan pekerjaan formal. Tetapi sebagai seorang transpuan, dia pun telah berjuang menghadapi stigma dan tekanan sosial atas identitas gendernya.

Pengalamannya sebagai transpuan lah yang membuat dia berprinsip untuk menjadi seorang dokter "yang lebih berempati".

"Identitas gender saya telah membawa saya pada pemahaman yang lebih toleran terhadap perbedaan dan tanpa penghakiman tentunya," kata Alegra kepada BikinBirahiNews Indonesia.

Saya pernah berdoa, 'Tuhan, mohon ubah saya agar tidak feminin lagi'"
Alegra terlahir sebagai seorang laki-laki. Suatu hari, ketika dia berusia empat tahun, Alegra pergi berlibur ke Bali bersama keluarganya dan mengunjungi sebuah taman yang ditumbuhi bunga-bunga liar. Sosok Alegra kecil sangat menyukai bunga.

"Saya ingat saya memegang bunga itu di tangan saya dan merasa, 'bunga ini menggambarkan diri saya'," kenang Alegra.

"Itu bukan sesuatu yang bisa saya deskripsikan bahwa 'oh saya adalah seorang transgender', tetapi ada perasaan bahwa saya berbeda."

Sumber : https://www.bikinbirahi.my.id/2024/0...identitas.html
0
125
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan