ih.sulAvatar border
TS
ih.sul
Short Story #28 : Aku Bisa Membuatmu Jatuh Cinta Kepadaku


“Anak itu … agak seram, iya kan?”

Sepulang sekolah, aku dan Juli tengah bergosip sambil menunggu angkot lewat. Anak yang kumaksud adalah Ari, murid pindahan yang baru masuk hari ini. Sebenarnya dia terlihat biasa saja, tapi karena dia tidak bergaul dengan yang lain orang-orang mulai menggosipinya. Selain itu dia pindah sekolah di semester terakhir Sma, kurang aneh apalagi itu?

“Iya. Apalagi tadi aku lihat dia melototin kamu lo, Sis. Hati-hati, kamu kan cantik. Entar dia naksir lagi.”

Dengan bangga aku mengibarkan rambut panjangku. Memang benar aku ini cantik, tak ada yang bisa menyangkal fakta itu.

“Tapi kok kamu naik angkot sih? Emangnya Roy nggak nganterin kamu pulang?” tanya Juli lagi.

“Katanya dia ada urusan. Lagian aku juga enggak enak sama dia. Rumahku kan jauh.”

Sudah sebulan aku dan Roy berpacaran, wajar jika ada kejadian-kejadian seperti ini terjadi sesekali. Tak ada yang bisa kukeluhkan dari Roy. Dia tampan, penyayang, dan bijaksana. Banyak yang bilang kami pasangan serasi dan memang itulah kenyataannya. Bahkan jika Bumi dan Langit terbelah, cinta kami tak akan terpisah.

Hanya tinggal beberapa bulan sampai kami lulus Sma dan kami berdua berencana melanjutkan di universitas yang sama. Jika semua berjalan lancar kami mungkin akan langsung menikah setelah lulus. perjalanan cintaku benar-benar sangat mulus.

Namun ternyata takdir berkata lain.

Setelah melewati masa UN dan SBMPTN yang menegangkan aku dinyatakan lulus di jurusan pilihanku. Sayangnya Roy gagal dan harus terpeleset di pilihan kedua. Memang masih satu kota, tapi beda universitas. Walau tak terpisah jauh tapi pastinya ini mengurangi waktu yang bisa kami habiskan berdua.

Satu hal yang membuatku terkejut adalah Ari diterima masuk jurusan yang sama di universitas yang sama denganku. Meski kami tak pernah bicara tapi aneh rasanya kami kembali sekelas saat kuliah. Kesanku padanya masih sama seperti dulu, orang aneh yang pendiam. Namun satu kejadian merubah kesanku padanya.

Saat itu hujan. Aku tengah menunggu Roy menjemput dan mengantarku pulang tapi sialnya Roy kena tilang dan harus mengurus motornya ke kantor polisi. Padahal sudah lama aku mengingatkan plat nomornya yang hampir mati tapi dia terus saja ngeyel. Sekarang bagaimana caranya aku harus pulang?

Aku sudah nyaris memesan taksi saat kulihat Ari mendorong motornya ke arah teras tempatku berlindung. Aku bergeser memberi ruang untuknya yang basah kuyup. Mungkin ini pertama kalinya kami berdiri sedekat ini. dengan rambutnya yang basah berantakan karena air hujan mau tak mau aku bergumam dalam hati, ‘Ganteng juga rupanya.’

“Motormu kenapa?” tanyaku sopan untuk menutup kecanggungan.

“Mogok,” jawabnya pendek. “Bisa sih kubenerin, tapi kalau hujan gini malas juga buat pulang.”

“Jadi kau mau nunggu di sini sampai hujannya reda? Bisa sampai malam lo.”

Dia terdiam dan mengangguk menanggapi fakta yang kuucapkan. Awan hitam di atas sana memang sangat tebal sampai-sampai aku tak yakin hujan semalaman bisa menghapusnya.

Akhirnya Ari pun berjongkok dan mulai mengotak-atik motornya. Aku hanya melihat tanpa tahu harus melakukan apa karena akan aneh rasanya kalau aku memesan taksi dan meninggalkannya begitu saja.

“Kau punya jepit rambut nggak?” tanyanya tiba-tiba.

“Buat apaan?”

“Ngikat kabel. Kalau nggak ada ya nggak apa-apa, tapi aku takut mogok lagi di tengah jalan.”

Tak mungkin aku bilang tak ada karena saat ini aku tengah menggunakan jepit rambut untuk menahan rambut poni. Karena aku orangnya nggak enakan akhirnya aku pun memberikan jepit rambutku padanya. Toh itu cuma jepit rambut murah. Akhirnya motor Ari pun berhasil menyala lagi.

“Kau mau kuantar nggak?” tanyanya padaku. Aku melihat ke atas untuk memberitahunya bahwa cuma orang gila yang mau naik motor saat hujan. Melihat itu dia menambahkan, “Aku punya jas hujan, kau aja yang pake.”

“Terus kau gimana?”

“Udah terlanjur basah, mandi aja sekalian.”

Itu tawaran yang cukup menggoda. Biasanya jalanan akan sangat macet karena banjir saat hujan deras, tapi jika naik motor dan lewat jalan tikus aku pasti bisa sampai kosan dengan cepat. Akhirnya aku pun setuju dan naik ke motornya.

Sejak hari itu aku mulai aktif menyapa Ari. Dia tetap jadi orang pendiam dan hanya membalas sapa seperlunya, tapi setidaknya posisinya sudah bukan lagi orang pendiam yang tak perlu diajak bicara. Kurang lebih aku sudah menganggapnya sebagai teman. Cuma sebatas teman, tidak lebih. Hatiku masih seratus persen setia pada Roy.

Hubunganku dengan Roy berjalan mulus. Kami sudah bertemu orangtua masing-masing dan tak sedikit pun rasa cinta itu pudar meski sudah bertahun-tahun kami pacaran. Namun sekali lagi takdir berkata lain.

Sore itu hujan deras. Aku baru saja keluar dari kelas saat menerima telepon dari Juli.

“Halo Jul, kenapa nih tiba-tiba nelpon?”

”Halo Sis. Gini … kau inget kan waktu aku bilang aku magang di hotel?”

“Iya, aku inget. Kenapa? Kau dipecat?”

”Bukan gitu. Aduh, gimana bilangnya ya? Kau lihat sendiri aja deh.”

Juli kemudian mengirim sebuah foto padaku. Rasanya seperti sambaran petir menembus dinding dan langsung menusuk jantungku. Itu adalah foto Roy yang bergandengan tangan dengan seorang wanita yang tak kukenal. Dari sudut pengambilannya jelas Roy dan wanita itu baru saja check-in kamar hotel. Aku tak bisa mempercayai mataku. Ini pasti salah. Pasti cuma editan.

“Aku ke sana sekarang,” ucapku tegas pada Juli. Aku harus memastikannya sendiri.
Sialnya hujan deras sudah melumpuhkan jalanan. Tak ada mobil yang bisa bergerak, satu-satunya pilihan hanyalah sepeda motor. Di saat itulah Ari melintas di hadapanku.

“Ari! Bisa tolong anterin aku nggak?”

Dia menatapku sejenak cukup lama. Mungkin dia mendeteksi panik dan ketakutan dalam diriku dan karena itulah dia mengangguk.

Setengah jam kemudian aku sudah sampai ke hotel tempat Juli bekerja. Dia menyambut dan langsung menunjukkan kamarnya padaku.

Aku tak ingat kapan terakhir kali aku berteriak tapi hari itu jelas merupakan teriakan terkerasku. Jika saja tak ada orang lain di sana aku mungkin sudah membunuh Roy dengan ikat pinggangnya sendiri. Hubungan yang dibangun bertahun-tahun retak begitu saja. Cinta berubah menjadi benci dan benci membutakanku sampai-sampai aku tak ingin mendengar penjelasannya. Sejak saat itu aku menolak menemui Roy lagi.

Banyak yang mencoba membujukku untuk mempertimbangkan kembali. Ayah dan Ibu menelpon setiap malam, tapi aku sudah tidak peduli lagi. Dari apa yang senior-senior Juli katakan, Roy sudah sering datang ke sana dengan perempuan yang berbeda. Dia sama sekali tak bisa mengelak dan berkata itu cuma pengaruh alkohol.

Aku merasa jalan aspal mulus yang adalah hidupku lenyap begitu saja. Tanpa arah yang bisa diikuti aku merasa bingung dengan apa yang harus aku lakukan ke depannya. Sungguh ironis, aku sama sekali tak memikirkan jalan hidup lain selain menjadi istri Roy dan mengurus rumah.

Ayah dan Ibu lah yang paling khawatir dengan masa depanku. Mereka masih saja mencoba membujukku balikan dengan Roy meskipun mereka tahu jelas Roy sudah selingkuh dengan banyak perempuan. Aku tahu jelas alasannya, mereka pasti tak ingin kehilangan calon menantu sekaya Roy. Kadang aku bertanya apa mereka benar-benar menyayangiku.

Dari hari ke hari aku semakin muak mendengar ocehan mereka, tapi pada akhirnya ocehan itu berhenti juga. Kukira akhirnya mereka mengerti, tapi ternyata mereka memang sudah tak bisa mengoceh lagi.

***


Polisi bilang kebakaran terjadi karena api kompor yang lupa dimatikan. Api merambat cepat tanpa suara sehingga tidak membangunkan Ayah dan Ibu yang sudah tertidur. Saat mereka terbangun semua sudah terlambat. Totalnya ada tiga rumah yang ikut terbakar, tapi hanya rumah kami yang terbakar habis. Mayat Ayah dan Ibu bahkan nyaris tak bisa dikenali.

Di sinilah aku merasa hidupku runtuh seketika. Masa depan yang hancur, keluarga yang pergi, dan masa kini yang tak pasti. Apa lagi yang harus aku lakukan? Apa aku masih bisa melakukan sesuatu?

Sekarang aku tak lagi punya uang untuk melanjutkan kuliah dan aku juga tak lagi punya rumah untuk pulang. Aku hanya bisa duduk meratap di kamar kosan sembari menunggu hari di mana sewanya habis. Setelah itu … entahlah. Yang pasti aku harus mencari kerja dan melanjutkan hidup. Tapi … untuk apa?

Semua yang terasa sempurna mendadak hancur tak bersisa. Perasaan itu mengendap dan semakin menyakitkan. Saat hujan turun aku dengan sengaja pergi ke luar dan menangis sekeras-kerasnya, membiarkan hujan membasuh segalanya. Bahkan hujan pun tak cukup untuk membasuh semua emosi yang menyakitkan ini.

“Kau bisa sakit kalau terus di sini.”

“Biar saja. Memangnya siapa yang peduli?”

“Bukannya kau punya teman?”

“Ahh ya … aku lupa.”

Dengan lembut Ari menyerahkan payung yang dia pegang ke tanganku. Payung itu sebenarnya tak berguna, bagaimanapun aku sudah basah kuyup. Meski demikian kedua tangan Ari menyisir rambut yang menutupi wajahku. Sesaat kemudian dia sudah merapikan rambutku dengan jepit rambut murahan. Jepit rambut yang dulu kuberikan padanya.

“Kau punya wajah yang cantik, sayang kalau ditutup.”

Aku hanya menurut saja saat Ari membawaku ke apartemennya. Dia menyediakan baju ganti dan menyuruhku mandi. Dia bahkan memasak untuk makan malam. Dalam keadaan normal aku akan menolak semua ini, tapi sekarang rasa canggung dan ketidaknyamanan jauh lebih baik dibanding perasaan takut dan hampa yang selalu datang saat aku sendirian.

“Kau boleh menginap kalau kau mau, aku punya kamar kosong.”

“… Makasih.”

“Jalani saja pelan-pelan. Cuma waktu yang bisa menyembuhkan hati.”

“Huh? Kau tau apa?”

“Aku tak cukup banyak. Orangtuaku meninggal saat aku masih sangat muda. Tak ada kerabatku yang mau mengasuhku jadi mereka cuma mengirim uang dan membiarkanku tinggal sendiri. Lama-lama aku terbiasa dengan semua itu, tapi terkadang aku merasa pasti menyenangkan jika ada orang yang menemaniku melewati masa-masa itu.”

Aku mendengarkan sembari mengunyah pelan-pelan. Setelah kehilangan orang-orang yang berharga dalam hidupku aku jadi menyadari betapa hidup jauh lebih indah jika ada mereka. Itu hal yang baru aku sadari saat sudah sangat terlambat.

“Jangan takut, selama kau tak sendirian kau tak akan mengalami yang terburuk. Aku selalu di sini untukmu kalau kau butuh.”

Setelah kehilangan semuanya, sangat melegakan mengetahui aku masih punya tempat untuk bersandar. Rasanya seperti jatuh dari jurang, tapi dia ada di sana untuk menangkapku. Dia berada di tempat yang tepat, memberikan ketenangan dan perlindungan.

Keberadaannya seperti malaikat penyelamat yang membuatku merasa ingin tetap melanjutkan hidup. Karena itulah, saat dia memasuki kamarku di malam hari, aku tidak menolaknya.

***


Jika melihat kembali masa-masa itu aku merasa ingin tertawa. Pada akhirnya semua berjalan mulus seperti rencana awal. Aku menyelesaikan kuliahku dan menikah dengan Ari. Kini aku dianugrahi dua anak lucu yang membuatku sibuk setiap harinya. Aku tak punya keluhan. Aku merasa hidupku akan selalu bahagia selama kami tetap bersama.

***TAMAT***


*



*



*



*



*



???


THE TRUTH : ARI POV

Saat pertama kali melihatnya aku langsung tahu bahwa gadis itu ditakdirkan untukku. Rambut panjangnya, suaranya yang merdu, kilauan matanya, semua sempurna. Aku tak menyukai orang-orang yang mengagungkan cinta, tapi aku langsung tahu aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Tanpa basa-basi aku langsung memilih pindah sekolah agar bisa dekat dengannya.

Hal pertama yang langsung kuketahui adalah bahwa dia punya pacar. Tentu saja gadis secantik dirinya menjadi incaran banyak orang. Meski demikian aku menunggu, aku bersabar, aku menyusun rencana matang-matang.

Aku punya cukup uang dan banyak koneksi untuk melakukan hal-hal yang tak pernah dipikirkan orang lain. Langkah pertama yang kulakukan adalah menggagalkan ujian Roy sehingga dia tak bisa satu kampus dengan Siska. Dengan begini waktu yang mereka habiskan menjadi lebih sedikit yang berarti lebih banyak celah untuk gangguan.

Masalah berikutnya adalah membuat Siska menyadari keberadaanku. Setelah mengumpulkan informasi aku tahu plat nomor Roy sudah mati jadi aku menggunakan koneksiku untuk memperlambat proses perpanjangannya. Sisanya hanya menunggu waktu yang tepat.

Aku memilih momen saat hujan turun untuk melaksanakan rencanaku. Aku meminta kenalan polisiku untuk menghambat Roy yang memaksa Siska untuk pulang sendiri. Aku berpura-pura motorku mogok dan menghabiskan waktu dengannya. Aku memastikan diriku masuk ke dalam sudut pandangnya. Dengan ini aku sudah bukan lagi orang asing. Namun aku tetap memasang jarak, menunggu saat yang paling tepat.

Rencana berikutnya adalah memutus hubungan antar mereka berdua. Yang ini sangatlah mudah. Aku cukup membayar beberapa pelacur untuk mendekati Roy dan mengenalkannya pada alkohol. Begitu dia mabuk mereka akan menggilirnya bergantian hari demi hari.

Aku memastikan mereka membawanya ke hotel tempat teman Siska bekerja. Dengan begini bukti yang kuat pun tercipta. Roy tak akan bisa menyangkal perselingkuhannya. Saat Juli mengirim pesan pada Siska aku berada di sana dan mengantarnya pada kehancuran hubungan mereka.

Tersingkirnya Roy bukan berarti Siska bisa langsung aku dapatkan. Butuh hantaman yang lebih besar untuk memastikan dia jatuh sepenuhnya ke dalam pelukanku. Karena itulah, saat hatinya masih terombang-ambing rasa sakit, aku membayar orang untuk membunuh kedua orangtuanya.

Siska yang sendirian, tanpa pegangan, dan tanpa harapan. Di saat manusia berada di titik terendah dia akan berpegang erat pada tali harapan tak peduli setipis apa harapan itu. Dalam hal ini aku ada di sana menemaninya, menjadi orang yang menggantikan seluruh hal berharga dalam hidupnya. Akulah harapan yang tak akan dia lepaskan.

Seperti itulah caraku membuatnya jatuh cinta. Bagiku pepatah cinta tak harus memiliki hanyalah omong kosong. Itu cuma ungkapan para pecundang yang tak mampu mendapatkan pujaan hatinya. Aku berbeda. Aku melakukan segala cara untuk mendapatkannya dan kini dia sudah menjadi milikku.

Aku mencintainya dan kami berdua akan hidup bahagia selamanya.

***TAMAT***
Diubah oleh ih.sul 06-03-2024 11:14
namakuveAvatar border
maxx69Avatar border
jenggalasunyiAvatar border
jenggalasunyi dan 12 lainnya memberi reputasi
13
744
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan