CINTA MEMBAWAMU KEMBALI



Sepi memunguti kisah yang tercecer dalam barisan kekata dalam cerita kita;  mulanya kau berkenalan dengan teks formal berbau diploma, kini ia ubah seluruhnya menjadi puisi cinta.

Mungkin pujangga menyihirmu dengan syair dari langit atau prosa dari syurga,  turun perlahan dari matamu lalu jatuh kehati dan menjadi cinta.

Uraian benang kusut yang membelitmu ketika tercabik oleh rindu; bersandar pada hangatnya pelukan ibu, kala itu menjadi teduh paling ampuh. Dan, kini ketika hati berlabuh pada dermaga impian. Aku membaca senyummu kemana kau yang dulu?

Kamar duka yang baka, tatkala membuatmu tersirat ingin melukai siapa saja. Bahwa; makhluk bernama wanita semua sama saja, hanya meninggalkan luka dan kecewa. Dendam mu luruh, hancur lantak terbunuh hati peri yang memberimu arti damai.

Pikirmu matahari mulai terasa hangat di balik dinginnya angan-angan kenang masa silam, badai mulai mengalah pada angin segar yang dibawa sayap harapan.

Cinta mengubahmu dari tuli pada peka rasa. Bagimu; aku takkan jatuh cinta lagi pada hawa, jika aku adalah adam yang pernah tersungkur dalam kesakitan. Syurga memberimu harum kasturi yang dahulu pernah dibawanya pergi.

Bidadari menyihirmu dengan syair realis puitis, dari kekata kaku yang membebani. " Aku jatuh cinta padamu berkali-kali jatuh tanpa sakit"  itu katamu, seraya melepas senyum kelangit luas.

Syair terakhir yang kau tulis, caramu mencintaiku syarat majas; ragaku kau lepas, namun hatiku kau ikat dengan benang sutra berwarna emas, hingga tak satupun langkah terbebas dari memikirkan mu. Tak sedetikpun waktu selain mencintaimu— padamu yang merubahnya menjadi cinta.

Aam