Kaskus

News

dragonroarAvatar border
TS
dragonroar
Tutur bahasa Melayu Papua mengancam masa depan bahasa asli di Tanah Papua
Tutur bahasa Melayu Papua mengancam masa depan bahasa asli di Tanah Papua
February 26, 2024

Tutur bahasa Melayu Papua mengancam masa depan bahasa asli di Tanah Papua
Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua Sukardi Gau saat ditemui di Kantor Balai Bahasa Provinsi Papua, Jalan Yoka-Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Senin (26/2/2024) – Jubi CR-8

Jayapura, Jubi – Kepala Balai Bahasa Provinsi Papua Sukardi Gau mengatakan kecenderungan penutur-penutur muda yang beralih menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Melayu Papua telah mengancam eksistensi bahasa-bahasa asli daerah hingga menuju ambang kepunahan di Tanah Papua.
Selain itu, menurut Gau, kecenderungan orang tua memilih menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Papua telah menyebabkan bahasa asli daerah mengalami kesulitan dalam pewarisan bahasa dari generasi orang tua kepada anak.
Karena bahasa Melayu Papua kerap digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sehari-hari dengan anak, sementara bahasa asli daerah hanya digunakan ketika berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya saja di sekitar Kampung Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura cukup sulit menemukan orang-orang menuturkan bahasa daerah, padahal disana adalah wilayah pengguna bahasa Sentani.


“Contoh nyata itu di Waena, apakah masih bisa kita melihat orang berbahasa Sentani, tidak? Tidak ada lagi, padahal ini wilayah penutur bahasa Sentani sebenarnya. Apalagi di Kota Jayapura, Entrop, di kota sana, atau di Abe sana, kita akan sangat sulit sekali menemukan orang-orang Papua yang bertutur dalam bahasa daerah,” demikian dijelaskan Sukardi Gau kepada Jubi saat ditemui di Kantor Balai Bahasa Provinsi Papua, Jalan Yoka-Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua, Senin (26/2/2024).


Kepala Balai Bahasa itu mengatakan memang secara umum semua bahasa daerah berpotensi menuju kepunahan, terutama bahasa daerah yang jumlah penuturnya kecil. Di Papua jumlah bahasa daerahnya banyak, mencapai 428 bahasa tetapi sebagian bahasa daerah yang penuturnya kecil atau sedikit  dikhawatirkan akan punah jika tidak dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
“Ini menjadi tantangan kita ke depan, bagaimana menjadikan bahasa daerah ini sebagai identitas Orang Asli Papua,” ujarnya.
Menurut Sukardi Gau bahasa-bahasa daerah yang penuturnya kecil saat ini sedang di ambang kepunahan. Misalnya penutur bahasa Tobati Enggros, Kayu Pulo, Nafri, dan bahasa Skouw yang penuturnya hanya sejumlah ratusan orang.
”Penutur bahasa daerah yang kecil itu, dikhawatirkan punah, sebagai contoh saja bahasa Tobati di Kota Jayapura penuturnya kan tidak banyak lagi, syukur-syukur [bisa mencapai] ratusan orang, tapi itu mengkhawatirkan karena jumlah penutur yang sangat terbatas,” ujar Sukardi.
Kepala Balai Bahasa itu menjelaskan saat ini hanya di wilayah Papua Tengah dan Papua Pegunungan masyarakat masih banyak berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa asli daerah, misalnya bahasa Baliem Barat atau bahasa Lani, dan bahasa Mee yang jumlah penuturnya mencapai pada kisaran ratusan ribu orang.
Lain halnya di daerah-daerah pesisir Papua yang jumlah penutur bahasa asli daerahnya semakin menurun. Kata Gau, meskipun bahasa Sentani atau bahasa Biak memiliki penutur pada kisaran 20 ribuan orang, tetapi jumlah itu termasuk tidak banyak.
Untuk itu, Widyabasa Ahli Muda Balai Bahasa Papua, Yohanis Sanjoko berharap kepada generasi-generasi muda Papua di setiap daerah agar mempelajari bahasa daerahnya masing-masing. Ia berharap pula pada keluarga karena keluarga adalah benteng terakhir pertahanan bahasa daerah. Kalau keluarga memiliki sikap positif, bangga, rasa cinta pada bahasa daerahnya maka orang tua akan mengajarkan bahasa daerahnya kepada anak-anaknya.
“Jadi memang pertahanan terakhir itu ada di keluarga, karena kalau tidak berbangga pada bahasa daerahnya otomatis bahasa itu akan punah. Anak-anak tidak akan tahu bahasanya jika keluarga tidak pernah menuturkan, apalagi mengajarkan. Jadi berharap kepada generasi muda, keluarga harus bangga dengan bahasa daerahnya dan cintai bahasanya,” kata Yohanis Sanjoko. (*)

https://jubi.id/tanah-papua/2024/tut...i-tanah-papua/
dalamukaAvatar border
dalamuka memberi reputasi
1
180
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan