- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Berita Hoaks "Online" Menambah Sentimen Anti-Rohingya di Indonesia


TS
4574587568
Berita Hoaks "Online" Menambah Sentimen Anti-Rohingya di Indonesia

KOMPAS.com - Kelompok minoritas Rohingya dari Myanmar tiba di Indonesia pada akhir 2023 yang lalu. Ternyata, jumlahnya cukup banyak.
Saat tiba di Aceh, pengungsi Rohingya disambut dengan baik karena banyak yang bersimpati pada sejarah panjang Rohingya di Myanmar.
Tetapi, gelombang kedatangan pengungsi lebih dari 1.500 orang di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir mendapat perlakuan berbeda.
Serentetan misinformasi dunia maya (hoaks) di Indonesia telah memicu sentimen anti-Rohingya yang berpuncak pada penolakan, ujaran kebencian, dan serangan.
Hal itu dapat dilihat ketika Desember 2023, ratusan mahasiswa memasuki gedung pertemuan pemerintah di kota Banda Aceh yang menampung 137 warga Rohingya.
Para mahasiswa meneriakkan yel-yel, menendang barang-barang pengungsi dan menuntut mereka dideportasi atau para pengungsi direlokasi.
"Serangan ini bukan tindakan yang terisolasi namun merupakan hasil dari kampanye online yang terkoordinasi yang berisi misinformasi, disinformasi, dan ujaran kebencian," kata Badan Pengungsi PBB (UNHCR), dikutip dari AFP pada Sabtu (3/2/2024).
Seperti halnya di media sosial. Video anti-Rohingya telah menyebar sejak akhir tahun lalu dan mencapai lebih dari 90 juta penayangan di TikTok pada November, menurut Hokky Situngkir, analis TikTok di Bandung Fe Institute.
"Itu semua bermula setelah beberapa media lokal memberitakan kedatangan Rohingya dengan headline yang sensasional," kata Situngkir.
Laporan-laporan tersebut telah membingkai sebagian besar Muslim Rohingya sebagai penjahat dengan perilaku buruk dan para pemimpin masyarakat Indonesia telah memperkuat narasi ini.
Beberapa pengguna TikTok telah membagikan ulang artikel dan video sensasional, yang justru membuat penyebarannya makin meluas.
"Terkadang sensasinya terlalu besar, tapi ternyata informasinya salah," tutur Situngkir kepada AFP.
Di TikTok, puluhan akun palsu UNHCR membanjiri video tentang Rohingya dengan beragam komentar.
"Jika Anda tidak mau membantu, berikan saja mereka satu pulau kosong agar mereka bisa tinggal di sana," salah satu tulisan yang disajikan seolah-olah ditulis oleh akun UNHCR yang sebenarnya.
Sebuah postingan yang memuat laporan bahwa Wakil Presiden Indonesia Ma'ruf Amin sedang mempertimbangkan untuk memindahkan para pengungsi ke sebuah pulau telah dilihat tiga juta kali.
Sebuah akun terverifikasi menulis di bawahnya: "Tidak! Lebih baik mengusir mereka, tidak ada gunanya melindungi mereka".
Ismail Fahmi, analis monitor media sosial Drone Emprit, mengatakan kepada AFP bahwa narasi tersebut seperti terkoordinasi tetapi disajikan seolah-olah itu alami.
"Kampanye tersebut dimulai dengan postingan dari akun pengakuan anonim, kemudian beberapa pengguna dengan banyak pengikut membalas dengan pesan anti-Rohingya, membuat narasi tersebut tampak menjadi trending," katanya.
Penduduk setempat mengatakan media sosial membuat sentimen anti-Rohingya menyebar luas, namun hal ini tidak tercermin di Aceh sehari-hari.
"Tampaknya hal ini sangat besar jika kita mengamatinya di media sosial," tutur Sekretaris Jenderal Komunitas Nelayan Aceh, Azwir Nazar, seraya mengakui bahwa para pembela Rohingya di dunia maya diperlakukan sebagai musuh bersama.
sumber


waloni memberi reputasi
1
152
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan