Sell
Runtuhnya Kekuasaan Orde Baru
Rp -
Dipost 22-12-2023 15:23 oleh yuyunyuniarti
Disclaimer
Untuk menjaga keamanan dan kenyamanan bertransaksi, gunakanlah sistem pembayaran terpercaya dan simpan bukti transaksi.
Deskripsi
Introduction
Orde Baru merupakan sebutan bagi masa pemerintahan Soeharto di Indonesia. Sebagai istilah, Orde Baru ini digunakan untuk membedakan dari Orde Lama pada masa pemerintahan Soekarno. Pembeda ini muncul dari pandangan Orde Baru terhadap Orde Lama sebagai sesuatu yang menyimpang dan menjadikannya titik tolak pelarian, legitimasi, serta kutukan. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Orde Lama disingkirkan dan tidak layak dipublikasikan, sehingga banyak para simpatisan Orde Lama yang dijadikan daftar hitam.
Menurut catatan sejarah, masa Orde Baru dibagi tiga periode yaitu masa awal, masa kejayaan dan masa keruntuhan. Pada masa awal, Soeharto yang berperan sebagai aktor utama Orde Baru berkonsentrasi pada pemulihan ekonomi yang sempat terabaikan pada masa Soekarno. Soeharto juga menciptakan ‘stabilitas’ keamanan. Lawan-lawan politiknya mulai disingkirkan, PKI dibubarkan dan orang-orang yang dicurigai menjadi anggotanya dibantai.
Dalam studi sejarahnya Ricklefs menyebutkan bahwa masa Orde Baru telah menyulutkan berbagai kontroversi. Di satu pihak Soeharto dipuji karna mampu memberantas PKI dan mengadopsi kebijakan yang pro Barat, sedang di pihak lain Soeharto dicibir karena kedua kebijakan yang diambilnya tersebut akan meruntuhkan dirinya sendiri. Dengan demikian, Soeharto dipuji karna prestasi ekonominya, tapi dikutuk akibat catatan buruknya dalam bidang hak asasi manusia dan korupsi yang mulai menjadi penyakit akut pemerintahannya.
Pada masa perkembangan atau kejayaan, Soeharto telah berhasil mengumpulkan seluruh kekuasaan ditangannya. Soeharto mengangkat menteri dan seluruh jajarannya, pola kekuasaanya cenderung sentralistik. Hasilnya bisa ditebak, kalangan-kalangan tersebut tak mampu berbuat banyak dan cenderung pasif menunggu perintah dari atasan. Kalaupun ada yang menentang dan tidak sesuai kemauan, mereka disisihkan atau dibredel.
Periode ketiga yaitu masa penurunan atau keruntuhan. Orde Baru mulai diterpa berbagai persoalan yang sangat serius, mulai dari akibat KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) hingga krisis ekonomi pada tahun 1997. Kondisi sosial politik yang memburuk, seperti konflik antar etnis mulai merebak di berbagai daerah juga memperkeruh masa akhir pemerintahan Soeharto. Selain itu muncul juga suara-suara kritis dari berbagai kalangan mulai dari cendekiawan muslim, politisi, mahasiswa yang ikut mengiringi masa kejatuhan Soeharto.

Methode
Dalam disiplin ilmu sejarah tidak hanya mempelajari masalah metode dan metodologi saja. Berbagai teoripun dibahas dan dipelajari. Teori merupakan hasil dari pemikiran seseorang yang kemudian diterima oleh masyarakat. Pandangan mengenai teori dan aliran pemikiran sejarah cukup variatif dan memiliki argumentasi dan tingkat rasionalitas masing-masing.
Teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori deterministik. Deterministik adalah suatu paham yang mengatakan tidak ada sesuatu yang terjadi yang berdasarkan kebebasan berkendak dan kebebasan memilih atau kebetulan. Segala sesuatu yang terjadi berdasarkan pada sebab atau penyebabnya. Teori ini dalam psikologi mendapatkan pertentangan antara psikologi deterministik dan psikologi kebebasan.
Psikologi deterministik beranggapan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh faktor-faktor yang dapat ditunjukan atau dibutuhkan secara jelas. Diantaranya berupa motif-motif yang tidak disadari dari pengaruh masa kecil, kultural, pengukuhan dari dunia luar dan lainnya. Sedang psikologi kebebasan berpandangan sebaliknya, manusia bebas tidak bisa dikekang dengan dunia apapun yang mengikatnya sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa teori deterministik hendak melihat suatu fenomena atau peristiwa berdasarkan penyebabnya semata.

Research
Krisis multidimensi yang melanda bangsa Indonesia pada masa Orde Baru telah mengguncang tatanan bangsa. Perekonomian hancur dan mendekati titik rendah, nilai rupiah tidak stabil, PHK massal dimana-mana, demokrasi dibatasi, birokrasi makin tak berwibawa, dan ada pengusaha (juga pejabat dan politikus) yang "merampok" uang negara. Perselisihan politik (perebutan kekuasaan) tidak pernah berakhir. Teror menyebar, seringkali ada ancaman disintegrasi bangsa. Harga diri bangsa di mata dunia internasional semakin tenggelam.
Pada awal 1990-an, Orde Baru menghadapi tuntutan demokratisasi yang sangat besar dari berbagai pihak. Topik yang menjadi trending saat itu adalah tentang hak asasi manusia dan demokrasi. Saat itu, wajah gerakan prodemokrasi Indonesia menyaksikan lahirnya banyak generasi baru organisasi HAM dan demokrasi yang berjuang keras untuk menuntut tuntutan HAM dan demokrasi yang mereka yakini bersifat universal.
Pada akhir abad ke-20, ditandai dengan krisis moneter dan ekonomi yang terus menerus, situasi politik dan ekonomi internasional berubah begitu cepat sehingga menyebabkan devaluasi nilai tukar rupiah. Kepemimpinan Soeharto pun berubah, terutama meningkatnya tekanan dari mahasiswa yang menuntut demokratisasi, liberalisasi ekonomi, dan gerakan anti KKN melawan pemerintahan Soeharto.
Bersamaan dengan kegagalan berbagai langkah mengatasi krisis ekonomi, masyarakat mulai meragukan pemerintahan Suharto, krisis mata uang tahun 1997 yang menyebabkan kenaikan harga kebutuhan pokok, menimbulkan kekecewaan sosial. Kondisi ini memicu keresahan sosial berupa penjarahan dan pembakaran yang merebak di seluruh Indonesia. Stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang menurun mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan sistem politik Orde Baru untuk bertahan dari krisis.
Terdapat tiga faktor pemicu runtuhnya Orde Baru. Banyak kalangan yang menyebutnya sebagai jalan menuju transisi dari otoritarianisme ke demokrasi, dari Orde Baru ke Reformasi. Tiga faktor itu adalah faktor ekonomi, politik dan faktor disintegrasi. Ketiga faktor ini saling berkaitan satu sama lain.
Faktor ekonomi lebih tepatnya saat krisis ekonomi menerjang Asia, menjadi momentum awal krisis pemerintahan Orde Baru. Pemerintahan Soeharto yang banyak melandaskan legitimasinya pada berbagai pencapaian ekonomi diuji untuk mempertanggungjawabkan prpaganda pencapaian tersebut. Ketika krisis tersebut tidak dapat dikendalikan maka akan merembet pada krisis legitimasi.
Krisis ekonomi adalah titik balik pemerintahan Soeharto. Krisis ekonomi merembet ke krisis politik dimana terjadi kritis legitimasi luar biasa, kemudian disusul gerakan civil society dengan mahasiswa sebagai dalangnya. Gerakan Civil Society kemudian didukung elit-elit politik yang beroposisi dengan Soeharto. Pada tahap selanjutnya terjadi pertarungan antara kelompok oposan yang didalangi mahasiswa dengan status quo. Di sisi lain, kekuatan Soeharto semakin berkurang. Dukungan ABRI pada pemerintah melemah dan kaum oportunis yang tadinya berada di lingkaran kekuasaan berbalik arah sekaligus menarik dukungannya terhadap Soeharto.
Konflik politik ini semakin menyudutkan posisi Soeharto. Ditambah lagi dengan tidak tercapainya negosiasi atau kompromi agung yang dilakukan kedua belah pihak. Kuatnya gelombang aksi massa, dukungan para elit oposisi pada gerakan reformasi, keretakan di kalangan elit Soeharto hingga gagalnya kompromi agung memaksa Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Indonesia kala itu. Pengunduran Soeharto menandakan berakhirnya rezim Orde Baru.
Sedangkan faktor disintegrasi di Orde Baru berupa ketegangan yang ada di daerah-daerah untuk memisahkan diri dari Republik Indonesia. Hal ini terjadi karena ketidakmerataan pembangunan menyebabkan ketidakpuasan ditambah lagi daerah-daerah yang sesungguhnya memberi sebagian besar kepada pusat, sedangkan daerah-daerah yang bersangkutan hanya menerima kembali sebagian kecil saja dari pendapatan tersebut.

Analysis
Teori deterministik tidak dapat meninggalkan yang dinamakan penyebabnya, tetapi mengesampingkan yang dinamakan akibat sehingga dapat dikatakan bukan sebagai teori sebab akibat. Semua disiplin ilmu bisa menggunakan teori ini. Dalam fenomena peristiwa sejarah yang penulis tulis, runtuhnya kekuasaan Orde Baru pada masa Soeharto disebabkan gagalnya pemerintahan dalam memperbaiki perekonomian yang carut marut dan merajalelanya korupsi dikalangan pejabat. Faktor-faktor penyebab runtuhnya masa Orde Baru karena faktor ekonomi, politik dan faktor disintegrasi.

Discussion
Orde Baru merupakan sebutan bagi masa pemerintahan Soeharto di Indonesia. Menurut catatan sejarah, masa Orde Baru dibagi tiga periode yaitu masa awal, masa kejayaan dan masa keruntuhan. Pada periode keruntuhan terdapat tiga faktor yang menyebabkan keruntuhan pada masa Orde Baru yaitu faktor ekonomi, politik dan faktor disintegrasi. Teori yang selaras dengan pembahasan peristiwa ini adalah teori deterministik. Teori deterministik hendak melihat suatu fenomena atau peristiwa berdasarkan penyebabnya semata.

Daftar Pustaka
Dedy Firman Maulana, Firda Aulia, Ika Nafiani, Kartika Kurnia Eka W., and Hany Nurpratiwi. “Manusia Sebagai Pelaku Sejarah (Studi Kasus: Peran Mahasiswa Dalam Runtuhnya Orde Baru).” Populer: Jurnal Penelitian Mahasiswa 2, no. 2 (2023): 69–77.
Nurfaain, Iing. “Sejarah Runtuhnya Orde Baru 1989-1998.” Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2010.
Sahidin, Ajid Thohir dan Ahmad. Filsafat Sejarah. Edisi pert. Jakarta: Prenadamedia Group, 2019.

Diskusi
Belum Ada Diskusi
Ajukan pertanyaan ke penjual atau buat diskusi dengan kaskuser lain pertanyaan ke penjual atau buat diskusi dengan kaskuser lain
Buat Baru