- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Tentara Israel Gerebek Rumah Khatib Masjid Al-Aqsha


TS
4574587568
Tentara Israel Gerebek Rumah Khatib Masjid Al-Aqsha

YERUSALEM – Tentara penjajah Israel (IDF) dilaporkan menyerbu kediaman khatib Masjid al-Aqsha, Sheikh Ikrimah Sabri, di lingkungan al-Sawana, Yerusalem Timur yang diduduki pada Ahad (3/12/2023). Penggerebekan itu dilakukan disela makin masifnya penahanan dan pembunuhan terhadap warga Palestina di wilayah jajahan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Merujuk Aljazirah, Sheikh Sabri adalah ketua Dewan Islam Tertinggi di Yerusalem dan mantan pemimpin agama di Yerusalem dan wilayah Palestina. Beliau adalah pendiri dan presiden Asosiasi Ulama dan Khatib di Palestina, presiden Dewan Fatwa Tertinggi di Palestina dan presiden Otoritas Islam Tertinggi di Yerusalem.
Kantor berita WAFA melaporkan, pasukan penjajah Israel pada Jumat pekan lalu juga melakukan tindakan keras terhadap jamaah Muslim Palestina di lingkungan Wadi Al-Joz di Yerusalem. Tentara IDF mencegah mereka mencapai Masjid al-Aqsha untuk salat Jumat.
WAFA melaporkan bahwa pasukan pendudukan Israel menembakkan peluru baja berlapis karet dan tabung gas air mata beracun ke arah jamaah. Tentara juga mengejar dan menyerang secara fisik beberapa dari mereka setelah kejadian tersebut.
Hanya sedikit yang berhasil mencapai Masjid al-Aqsha untuk melaksanakan shalat Jumat, karena otoritas pendudukan Israel mencegah ratusan orang memasuki tempat suci tersebut dan memberlakukan tindakan militer yang ketat di sekitar Kota Tua.
Insiden itu menandai hari Jumat ketujuh berturut-turut di mana umat Islam tidak diberi akses ke kompleks Masjid al-Aqsha. Pembatasan yang sedang berlangsung ini memaksa mereka untuk melaksanakan shalat di jalan-jalan di lingkungan Wadi Al-Joz yang berdekatan, yang dekat dengan Kota Tua tempat masjid tersebut berada. Sebaliknya, berulang kali pemukim ilegal Israel terus merangsek ke wilayah Masjid al-Aqsha didampingi tentara Israel.
Penangkapan
Sejauh ini, Israel telah menahan setidaknya 60 warga Palestina dalam penggerebekan sepanjang Sabtu hingga Ahad di Tepi Barat yang diduduki, menurut Masyarakat Tahanan Palestina.
Penangkapan pada Sabtu malam sebagian besar terjadi di kota Hebron, Bethlehem, Jericho, Ramallah, Nablus dan Jenin. Kantor berita Palestina WAFA melaporkan bahwa setidaknya empat perempuan termasuk di antara mereka yang ditangkap.
Penangkapan terbaru ini menambah lebih dari 3.000 warga Palestina yang ditangkap di Tepi Barat sejak 7 Oktober, menurut Kantor Hak Asasi Manusia PBB. Banyak tahanan ditahan tanpa diadili atau dituntut, di bawah sistem “penahanan administratif”.
Israel melanjutkan kampanye penangkapannya selama gencatan senjata selama seminggu dari 24 hingga 30 November. Selama masa ini, Israel menahan tahanan Palestina baru dalam jumlah yang hampir sama banyaknya dengan jumlah tahanan yang dibebaskan berdasarkan ketentuan gencatan senjata.
Serangan pemukim
Setelah beberapa hari relatif tenang, serangan pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki kembali meningkat, khususnya di Nablus dan Hebron. WAFA melaporkan, seorang Palestina ditembak mati oleh milisi pemukim Israel pada Sabtu malam dalam serangan yang mereka lakukan di kota Qarawat Bani Hassan, Salfit, Tepi Barat utara.
Ahmed Mustafa Assi (38 tahun), seorang ayah enam anak, dipastikan syahid menghadapi serangan pemukim, yang dilindungi oleh militer Israel, di kota tersebut. Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa Assi ditembak dengan peluru tajam ketika penduduk berusaha menghadapi para pemukim dan pasukan pendudukan Israel yang menyerang kota itu pada hari sebelumnya.
Pasukan pendudukan meninggalkannya dengan pendarahan tanpa mengizinkan tim medis atau penduduk setempat untuk menjangkaunya. Sehari sebelumnya, tiga warga sipil lainnya juga terluka oleh tembakan peluru tajam selama serangan pemukim di kota tersebut.
Dalam insiden lain, Wajih al-Qat, kepala dewan lokal desa Madama dekat Nablus, mengatakan sekelompok sekitar 15 pemukim membakar mobil dan memecahkan jendela sebuah rumah dengan batu.
Pasukan penjajah Israel juga menyita kendaraan milik warga Palestina kemarin, sementara kelompok pemukim kolonial menghancurkan jaringan air di daerah Masafer Yatta, selatan Hebron.
Sumber memberi tahu WAFA bahwa pasukan pendudukan Israel menyerbu desa Umm al-Kheir di wilayah Masafer Yatta. Di sana, mereka menyerbu rumah milik keluarga lokal Al-Faqir dan Al-Hathaleen.
Selama penggerebekan, militer pendudukan Israel melakukan penggeledahan dan merusak barang-barang. Mereka juga menggerebek desa terdekat Halawa, di mana mereka menyita kendaraan milik Mahmoud Khalil Abu Aram, seorang warga Palestina setempat.
Sementara itu, sekelompok pemukim kolonial Israel menghancurkan jaringan air yang memasok tiga dusun di Masafer Yatta, yakni Esfay, Maghayir Al-Abid, dan At-Tuba. Rusaknya jaringan air menyebabkan banyak warga di wilayah tersebut tidak memiliki akses terhadap air minum.
Sejak 7 Oktober, PBB melaporkan setidaknya 305 insiden kekerasan pemukim, yang menewaskan sedikitnya sembilan warga Palestina. Sepertiganya mencakup ancaman senjata api, termasuk penembakan.
Pembunuhan yang dilakukan pasukan Israel juga terus berlangsung di Tepi Barat. Seorang pemuda Palestina berusia 21 tahun yang diidentifikasi sebagai Adnan Issam Zaid ditembak mati oleh pasukan pendudukan Israel pada Ahad dini hari selama serangan militer Israel ke kota Qalqilya, sebelah utara Tepi Barat yang diduduki.
Pasukan pendudukan Israel melepaskan tembakan secara acak saat melakukan penggerebekan dan penangkapan yang menargetkan beberapa rumah di kota tersebut. Penembakan sembarangan tersebut mengakibatkan Zaid terluka parah saat dalam perjalanan menuju tempat kerja di toko roti setempat. Ia diumumkan meninggal karena luka-lukanya tak lama kemudian.
Pada saat yang sama, konfrontasi meletus antara kelompok pemuda setempat dan pasukan pendudukan Israel, dengan beberapa unit militer Israel menempatkan diri mereka di atap rumah yang menghadap ke jalan-jalan utama dan lingkungan sekitar kota.
Menanggapi insiden tragis tersebut, pemogokan umum diumumkan di Qalqilya sebagai bentuk duka atas syahid Adnan Zaid. Kota ini bersatu dalam kesedihan, mengungkapkan solidaritas terhadap keluarga korban dan mengutuk kebijakan pembunuhan berdarah dingin Israel di wilayah pendudukan.
Tentara dan pemukim Israel telah membunuh sedikitnya 247 warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki sejak 7 Oktober. Jumlah itu lebih banyak dari total korban jiwa sepanjang 2022, menurut laporan Kementerian Kesehatan Palestina dan Kantor Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).
Kementerian Kesehatan pada Jumat pekan lalu mengkonfirmasi bahwa sekitar 445 warga Palestina dibunuh oleh Israel pada 2023 di Tepi Barat yang diduduki.
Jumlah warga Palestina yang terbunuh di Tepi Barat sejak 7 Oktober menyumbang lebih dari 50 persen dari seluruh kematian warga Palestina di Tepi Barat sepanjang 2023. Selain itu, jumlah korban luka dikatakan sekitar 2.866 orang, termasuk sedikitnya 364 anak-anak.
Pernyataan OCHA yang diterbitkan pada 23 November mengatakan bahwa sekitar 66 persen kematian yang terjadi sejak 7 Oktober terjadi selama operasi pencarian dan penangkapan Israel. Di Jenin dan Tulkarem, 24 persen dari korban jiwa terjadi dalam konteks protes yang dihelat untuk mendukung Gaza.
Tujuh persen lainnya terbunuh ketika diduga mencoba menyerang pasukan atau pemukim Israel; sekitar dua persen gugur dalam serangan yang dilakukan oleh pemukim terhadap warga Palestina; dan satu persen selama aksi pembongkaran yang dilakukan oleh pasukan Israel.
sumber
0
245
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan