Kaskus

Story

taufiksandimanAvatar border
TS
taufiksandiman
Arwah Dukun Beranak
Di kejauhan jalanan sepi muncul lampu motor kumbang mendekat, motor kumbang itu berhenti di depan kuburan umum, kedua pemuda tanggung turun dari tumpangan motornya.

Salah satu dari mereka meremang dan menggigil memandang sekitarnya, benar, di tengah-tengah mereka terbentang luas pemakaman kampung. Sunyi dan sepi mencekam.

“Aduh No! Apa gak ada tempat lain apa? Gue takut nih ke tempat beginian. Mana cuman kita bedua lagi!” kata kawannya menggigil mendekap badannya sendiri.

“Eh g*bl*k!” balas lelaki sahabatnya. “Kalo mau rame ya jangan ke kuburan! Noh ke tempat dugem biar teler sekalian.”

“Emang lo gak ada usaha lain gitu?”

“Udah Man. Lo ikut gue aja, cuman di kuburan ini kita bisa dapet nomor buat menang bola!”

“Kalo nomornya hoki, lo mau belanja bola sebanyak-banyaknya?”

“Dasar bego!” lelaki itu menyentil kuping temannya. “Ya enggaklah Man! Kalo kita menang, uang judi itu bisa kita pake buat seneng-seneng.”

“Jenius lo No! Gak sia-sia babe lo ngajarin silat.”

Rano semakin geram mendengarnya, ia tidak pedulikan lagi ocehan sahabatnya itu, Rano melangkah memasuki pemakaman kampung dengan sahabatnya yang penakut, keduanya saling bicara sambil mencari-cari makam keramat yang konon mampu mengabulkan keinginan mereka. Maman kembali mendatangi Rano setelah mengarahkan senter ke banyaknya makam tua dan makan baru mati kemarin. “Kayaknya makam keramat itu gak ada deh No. Yuk kita pulang aja. Gue gak mau nih mak gue ngambek!”

“Iya nih, Man, kok gue ngerasa merinding begini ya? Apa jangan-jangan Paino bohongin kita?”

“Eh No! Lihat tuh!” Maman mengarahkan senternya ke sebuah makam basah baru. “Itu kan kuburan dukun beranak yang mati kemarin.”

“Ah yang bener lo?” Rano memandang kuburan baru dikebumikan kemarin minggu itu. “Matinya kenapa No?”

“Dari yang gue denger sih, katanya dia bantu lahiran orang, terus bayinya itu gak selamat, makanya tuh si dukun beranak mati dibunuh sama suami isteri itu!”

“Gila Man. Sadis bener.” Rano terpikirkan ide untuk memintakan nomor dengan cara lain. “Gue baru inget nih Man. Dukun beranak itu kan katanya sakti dulunya, kenapa gak minta nomor sama dukun itu aja?”

“Pinter lo No!” sahabatnya girang. “Gak sia-sia babe lo ngajarin silat!”

“Bosen gue denger itu mulu!” Rano gegas mendatangi pemakaman baru itu.

Maman berdiri menunggu pemuda temannya semedi untuk mendapatkan nomor togel, Maman merasakan pemakaman itu semakin sepi dan sunyi, lelaki itu mengarahkan senter ke seberang. Sepasang matanya membesar karena kaget, samar-samar tidak jauh darinya yang berdiri di bawah beringin kuburan, terlihat seorang nenek sedang duduk menghadap galian kuburan baru. Maman penasaran mau mendatanginya, sebuah senter mengarah ke wajahnya, Maman kaget lalu mengumpat. “Sialan lo No! Gue kira tukang jaga kuburan.”

“Gak ada apa-apa Man di kuburan ini. Gue udah hafalin mantra jampi itu, nomornya gak keluar-keluar.”

“Lo lihat nenek yang duduk di sana gak?”

“Mana Man?” Rano mengikuti Maman mengarahkan senter menuju sebuah makam galian baru yang kosong. “Lo jangan bohongin gue!”

“Enggak No!” Maman menggandeng tergesa-gesa sahabatnya menuju ke sana. “Tadi tuh beneran gue lihat nenek-nenek duduk di kuburan ini!”

“Jangan-jangan barusan si ....”

“Siapa No! Yang jelas dong, gue bukan juri kagetan nih!”

“Jangan-jangan itu dukun beranak!” Rano bersama Maman saling memeluk ketakutan satu sama lain.

“Malam-malam begini lagi ngapain kalian!” tegur sang penjaga makam yang muncul tiba-tiba.

“Aduh bapak! Ngagetin kami aja.” Rano merasa lega karena bukan sosok dukun beranak itu.

“Kok bapak baru kelihatan? Kami kira bapak gak jaga malam ini.”

“Bapak lagi mau gali kuburan baru.” jawabnya sambil menunduk tanpa menengok belakang.

“Buat siapa pak?” tanya Maman yang melihat lelaki sepuh itu mengangkat cangkul dan mulai mencangkul tanah kuburan.

“Buat yang baru datang!” katanya masih terus mencangkul semakin dalam.

“Maksud bapak ada keluarga yang baru datang? Terus mereka mau makamin salah satu keluarganya?” Maman masih menebaknya.

Sementara Rano membalikan badan, pemuda itu mengeluarkan sebatang rokok mentol dan menyalakan korek gas, pemuda itu merokok sambil melihat pemakaman kampung.

“Bukan nak!” lelaki itu menunduk sambil mengayunkan cangkulnya.

“Terus buat siapa dong pak?” Maman memberanikan diri menghampiri lelaki paruh baya setengah keriput itu.

“Buat kalian!” katanya mengangkat kepalanya.

Maman terkejut ketika lelaki itu berubah menjadi nenek yang buncit perutnya dan mengeluarkan sepasang taring menakutkan dari giginya. “Se! Sekoteng! Eh! Setan!” Maman tidak sempat melarikan diri.

Nenek-nenek menakutkan itu mengayunkan cangkulnya hingga menancap keras ke dahi pemuda itu, pemuda itu merintih oleng lalu terkapar dengan darah membasahi pemakaman malam itu. Rano kaget dan langsung membalikan tubuhnya. “Man! Ada apa Man?!” Rano berlari mendatangi teriakan sahabatnya barusan.

Maman sudah mengejang-ngejang dengan cangkul yang menancap di dahinya. Rano menjatuhkan senternya, pemuda itu histeris meremas rambutnya lalu melarikan kakinya.

“Sorry Man! Babe gue ngasihnya komik silat. Bukan ilmunya!” katanya menyedihkan suaranya sambil terus berlari.

Ketika pemuda itu nyaris keluar kuburan nenek-nenek menakutkan itu muncul kembali dan langsung mencakar-cakar pemuda itu. Rano terjatuh ke rerumputan dengan matanya yang menganga, nenek-nenek hantu itu merenggut jantung lelaki itu secara buas dan memakannya secara lahap, tidak lama sosok itu bangkit dan menguburkan keduanya.


Arwah Dukun Beranak
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
101
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan