Kaskus

Story

maul.anaAvatar border
TS
maul.ana
NENEK KEBAYA COKLAT
Sesampainya dikamar kost aku langsung bergegas ke kamar mandi, karena dalam perjalan dari rumah Badot aku tidak tahan ingin buang air kecil.
Saatku berada didalam kamar mandi terdengar suara pintu diketuk..

“Sebentar!!” Jawabku.

Sesaat kemudian aku keluar, tiba-tiba saja Daming berlari masuk kedalam kamar mandi.

“Kenapa ming?” tanyaku.

“Sakit perut!!!” suara Daming dari arah kamar mandi yang terdengar menahan sakit.

Aku pun tersenyum dan jalan menuju kasur untuk tidur.

Mataku terus menatap ke langit-langit kamar menunggu rasa kantuk hadir, namun semakin ku paksakan menutup mata semakin aku tak bisa tidur. Lima menit kemudian Daming menuju kasurnya yang tepat disamping kanan kasurku.

“kapan kita ke Sukabumi Den?” seraya menggosok-gosok perutnya, yang jika saya perhatikan raut wajahnya, dia masih sakit perut.

“Situ kapan bisanya?” aku balik bertanya

“Lusa aja ya?” ujarnya

“kalo aku sih iyess.. Badot sama Tomo gimana?” ucapku sambil memindahkan tanganku kebelakang kepala.

“Besok aku kontak mereka.” Kata Daming.

Keesokannya Daming menghubungi Tomo dan Badot setelah mereka setuju, Daming langsung meberitahu padaku. “Fix... Besok Den... kita kerumah Iduy di Sukabumi” kata Daming.

 Aku mengangguk lalu beranjak pergi keluar, baru beberapa langkah, aku menoleh ke arah Daming,”Mau titip apa ming, buat sarapan?” tanyaku. Dan Daming hanya jawab,”Ketoprak”

 Iduy ialah teman kerja kami yang habis kontrak yang kemudian kembali ke Sukabumi, karena memang dia asli Sukabumi.

Keesokan harinya kami bersiap untuk menuju Kota Sukabumi, motor sudah ku nyalakan di teras kost-an. Rencananya kami hanya menggunakan dua motor saja, Aku berboncengan dengan Daming dan Tomo dengan Badot agar nanti di Sukabumi tidak memakan tempat ketika parkir dirumah Iduy.

Sudah jam 10 namun Tomo dan Badot belum datang, padahal kita berencana berangkat jam 8 pagi.

“Kok belum dateng juga mereka?!!” Daming terus-terusan melihat jam tangan yang dikenakannya.

“Mungkin macet atau si Tomo bantuin dulu ibunya ming.” Ujarku untuk menenangkan Daming.

“Gak,,, takutnya ada apa-apa dijalan gitu..” jawab Daming khawatir, soalnya tidak ada kabar dari mereka.

Tak lama kemudian Tomo sampai di depan kost-an kami..

“Akhirnya sampai juga kalian...” kata Daming yang sedari tadi takut Tomo dan Badot tidak muncul.

Setelah memeriksa semua keperluan kami akhirnya kami berangkat.

Sesampainya kami di Sukabumi kira-kira pukul 6.15 petang, kami langsung menuju teman kami yang rumahnya dekat dengan Perumahan Lembah Hijau, sesampainya di rumah Iduy kami segera disuguhi berbagai macam makanan khas sunda seperti Gemblong, putu ayu, kue ali, dll. Dan juga teh tawar.

Setelah berbasa-basi dengan keluarga Iduy, kami dipersilahkan menuju kamar yang sudah disiapkan oleh ibu Iduy.

“Om... istirahat dulu gih dikamar atas!” pinta Iduy kepada kami.

Kami pun membawa tas kami dan menuju kamar yang ditunjukan oleh Iduy.

Jalan menuju kamar kami harus melalui dapur terlebih dahulu kemudian menaiki tangga. Saat sampai dilantai atas kami langsung berhadapan dengan sebuah lorong yang kiri dan kanannya terdapat kamar dengan pintu saling berhadapan.

Aku dan Daming mengambil kamar sebelah kiri sedang Tomo dan Badot mengambil kamar sebelah kanan. Tampaknya lantai atas memang diperuntukan sebagai kamar Tamu.

Aku langsung saja menjatuhkan badanku diatas kasur,

“Simpan dulu tasnya Den” pinta Daming yang melihat Tas punggung hitam ‘Pallazo’ yang masih menempel dipunggungku.

Tapi aku tak mempedulikan ucapan Daming karena sangat lelah.

Saking capeknya akupun ketiduran dengan posisi tengkurap dengan tas masih menempel.

Saat terbangun ku lihat jam dinding menunjukan pukul 09.25 malam, kulihat sekeliling kamar tdak ada siapa-siapa. ‘kemana mereka?!’ tanyaku dalam hati.

Segera ku simpan tas di belakang pintu kamar, lalu aku langsung menuju lantai bawah.

Saat ku menuruni tangga, aku melihat seorang Nenek sedang menghadap wastafel seperti sedang mencuci piring.

Aku langsung berlalu menuju teras rumah, karena ku dengar suara Tomo yang sedang tertawa.

“Ngetawain Apa, om?” tanganku menepuk pundak Tomo.

“Nenekmu tinggal disini jg duy?” belum Tomo menjawab aku sudah melempar pertanyaan pada Iduy.

“Nenek?!” Iduy yang bingung dengan pertanyaanku. “Nenekku sudah meninggal satu bulan lalu om” tambah Iduy.

“Serius?” aku tak percaya dengan jawaban Iduy.

“Emang kenapa Den?” Daming ikut menimpali, “Si Dendi mah mau nakut-nakutin da..” seru Badot yang dari tadi sedang asyik duduk dibawah pohon mangga depan rumah Iduy.

“serius atuh om.. masa orang meninggal dijadiin candaan..” kata iduy

“Gak pa pa,, ming” aku tutup perbincangan tentang Nenek iduy.

Tujuanku ke tempat Iduy hanya silaturahmi saja karena sudah lama sekali gak ketemu. Aku gak mau merusak momen dengan meceritakan apa yang barusan aku lihat..

Sepanjang malam kami bercerita tentang keadaan kantor kami selepas Iduy tidak lagi bekerja disana, dan kami pun bernostalgia saat-saat kami main bersama semasa Iduy masih sekantor dengan kami. Obrolan kami semakin lama semakin seru yang akhirnya harus dihentikan karena ibunya Iduy terbangun, dan mengingatkan kami kalau sudah sangat larut, dan besok kita berencana akan jalan pagi ke Gunung belakang rumah Iduy saat ku lihat jam tangan ku ternyata sudah pukul 00.15.

Akhirnya kami masuk rumah dan menuju kamar masing-masing. Saat Aku dan Daming menuju tangga yang mengarah ke kamar kami, Tomo dan Badot sedang duduk di kursi yang ada di dapur karena ingin ke kamar kecil dulu.

Tak lama ku tutup pintu, aku dikagetkan dengan suara pintu kamarku yang diketuk dengan nada cepat, lalu segera kubuka pintu dan kulihat Tomo dan Badot langsung nyelonong masuk kamar.

“Kenapa Tom,, Dot?” tanyaku penasaran. “hiiihhh....iihhhh....” Badot hanya bergidig seperti sangat ketakutan. Karena emang dasarnya Badot penakut.

Tomo hanya melamun, dan tak lama kemudian dia bersuara,” Den,, kamu tadi lihat Nenek pakai kebaya?”

Degh.. tiba-tiba saja terbayang sosok yang sebelumnya ku lihat, Nenek itu berperawakan gemuk, tinggi yang hanya sekitar 145 cm, rambutnya putih disanggul diatas kepala namun aku tak dapat melihat wajahnya karena posisinya membelakangi. Dan benar apa yang dikatakan Tomo, Nenek itu berkebaya Coklat.

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan Tomo, lalu aku mendengarkan tuturan Tomo.

“Tadi Saat kalian berlalu pergi ke kamar” Tomo membuka pembicaraan. “Aku duduk dikursi dapur karena mau ke kamar mandi.” Tomo terus menceritakan kejadian yang membuat dia dan Badot ketakutan.

Menurut cerita Tomo saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat ada seorang Nenek  di belakang Badot.

Dan Nenek  itu seakan-akan hendak menerkam Badot dari belakang, kulihat Nenek itu memiliki kuku yang tajam kulitnya keriput, wajahya memiliki hidung yang bengkok dengan benjolan seperti kutil diujung hidungnya seperti seorang penyihir difilm, sorot matanya tajam seperti singa yang hendak melahap buruannya, rambut Nenek  itu teruarai berantakan dan saat Nenek  itu menjulurkan lidah kulihat lidahnya itu panjang yang hampir saja menyentuh telinga Badot.

bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
50
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan