Kaskus

News

ReikoukiAvatar border
TS
Reikouki
Sejarah Israel Palestina Sejak Awal Lahirnya Zionisme Dari Sudut Pandang Netral
(Seri Israel 1) Theodor Herzl, Nabi Musa Era Modern Dibalik Lahirnya Zionisme Israel.

Penulis di sini mencoba untuk merangkum sejarah tentang Zionisme yang menjadi latar belakang terbentuknya negara Israel yang ada saat ini. Sebisa mungkin penulis akan membahas berdasarkan sejarah dari sudut pandang netral yang penulis telah pelajari selama ini.

Pendapat bahwa apa yang Israel perjuangkan selama ini hanya berdasarkan pemahaman literal terhadap kitab suci, adalah pendapat seenak udel. Yang membuktikan orang tersebut tidak mengerti mengenai sejarah bangsa Yahudi sejak mereka mencanangkan gerakan zionisme.

Tidak perlu berlama-lama, mari kita mulai pembahasannya!!

Sejak pemberontakan bangsa Yahudi terhadap romawi gagal, mayoritas bangsa Yahudi terpencar ke negara-negara Eropa. Seperti kita ketahui Eropa terbagi menjadi Eropa Barat dan Eropa Timur. Di kedua wilayah Eropa ini, bangsa Yahudi mengalami banyak diskriminasi, dan kadang menjadi target penyerangan. Tapi ada beberapa perbedaan kondisi di kedua wilayah tersebut.

Di Eropa Barat, agama Yahudi yang bernama Judaisme mendapat banyak tantangan dari aliran-aliran filosofi baru. Apalagi saat Eropa Barat mengalami era pecerahan, dimana mereka mulai memisahkan antara agama dan kehidupan publik. Nasionalisme dan Liberalisme bangsa Eropa Barat sejak revolusi Prancis dan perang Napoleon juga semakin menjadi-jadi.

Akibatnya bangsa Yahudi mulai dipaksa melupakan tradisi mereka demi melakukan asimilasi dengan bangsa Eropa. Banyak dari mereka mulai melupakan ajarannya.

Bagi kebanyakan Yahudi di Eropa Barat, Palestina sudah dianggap tempat yang buruk, terbelakang dan berbahaya karena dikuasai oleh kekaisaran Ottoman. Walaupun di Eropa Barat mereka sering mengalami diskriminasi, tapi bagi mereka Eropa Barat masih lebih baik dari Ottoman. Logis!!

Berbeda dengan di Eropa Barat, di Eropa Timur bangsa Yahudi mengalami perlakuan jauh lebih parah. Mereka ditempatkan di wilayah kumuh, tidak bisa bepergian dengan bebas, tidak boleh mengenyam pendidikan, mayoritas tidak bisa berbahasa lokal dan mereka sering menjadi target penyerangan.

Berbeda dengan Yahudi di Eropa Barat, mereka memilih Palestina yang saat itu dikuasai Ottoman sebagai pilihan yang lebih baik dari yang terburuk. Maka sejak 1880, Yahudi di Eropa Timur mulai bermigrasi ke Palestina yang dikuasai Ottoman. Tapi apa yang terjadi?

Karena tanpa perencanaan yang matang, banyak dari mereka yang mati diperjalanan karena penyakit, kelaparan dan jelas saja banyak yang ditangkap oleh tentara Ottoman. Di titik ini, harapan bangsa Yahudi untuk kembali ke kampung halaman sepertinya sudah sirna. Mimpi tinggal mimpi, bulan madu hanya janji.

Tahun demi tahun berlalu, bangsa Yahudi terus menjalani hidupnya sebagai warga kelas dua, yang kerap mengalami diskriminasi. Walaupun begitu, mereka tetap membantu negara-negara Eropa dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi hingga menjadi tentara. Dalam hal ekonomi, mungkin bangsa Yahudi di Eropa mirip dengan keturunan tionghua di Indonesia. Berpengaruh, namun kerap menjadi sasaran diskriminasi.

Pada tahun 1891, seorang jurnalis asal Yahudi bernama Theodore Herzl ditugaskan untuk meliput beberapa penyerangan terhadap bangsa Yahudi di Prancis. Dalam investigasinya, beliau mendapatkan suatu kesimpulan pahit bahwa :

Bangsa Yahudi tetap akan diperlakukan sebagai warga negara kelas dua, walaupun mereka sudah terasimilasi, menganut ajaran lokal dan memberikan kontribusi kepada negara tempat mereka tinggal.

Dari kesimpulan pahit itu, Theodore Herzl mencanangkan sebuah gerakan yang saat ini kita kenal dengan Zionisme. Berikut tulisan yang memuat ide-ide beliau soal Zionisme :

Sejarah Israel Palestina Sejak Awal Lahirnya Zionisme Dari Sudut Pandang Netral

Solusi dari semua hal yang dialami oleh bangsa Yahudi menurut Herzl adalah dengan memiliki negara sendiri. Atas dasar apa?

Untuk menjawabnya maka kita harus memahami sejarah saat Herzl menyebarkan Zionisme, khususnya pada saat kongres Zionis pertama. Saat kongres tersebut beliau mendapatkan banyak dukungan, tapi pada saat yang sama juga mengalami banyak penolakan.

Bangsa Yahudi yang menolak beralasan bahwa Zionisme bertentangan dengan ajaran Taurat, karena dalam Taurat yang bisa mempersatukan bangsa Yahudi hanyalah Mesias.

Bangsa Yahudi yang menerima sepakat dengan Herzl, bahwa bangsa Yahudi tidak bisa hanya menunggu Mesias turun dari langit. Mereka harus menentukan nasib dan takdirnya sendiri. Dari sini bisa kita simpulkan, justru gerakan Zionisme bukan semata-mata didasarkan pada pemahaman literatal terhadap kitab suci, tapi lebih dari itu yaitu didasarkan pada semangat nasionalisme bangsa Yahudi.

Cara yang mereka gunakan pun adalah cara modern melalui jalur diplomasi, bukan melalui cara 'oh aku dizholimi' lalu bawa-bawa ayat kitab suci. Intinya, kalau dulu mereka bermigrasi tanpa perencanaan yang matang, maka sekarang mereka akan meminta dukungan (legitimasi) dulu dari negara-negara Eropa yang lebih besar, baru proses migrasi bisa dimulai.

Tapi ternyata semua tidak semudah membalikan telapak tangan. Sebelum PD1 awalnya Herzl melobi petinggi Jerman yang dekat dengan Ottoman, setelah disetujui mereka mendatangi Ottoman dan ditolak mentah-mentah.

Setelah ditolak Ottoman, mereka melobi lawannya yaitu Uni Soviet dan Inggris. Uni Soviet menolak dan Inggris malah menawarkan di Uganda, yang jelas saja langsung ditolak oleh bangsa Yahudi. Bahkan sampai akhir hayatnya, Herzl tidak bisa melihat negara Israel yang dia impikan berdiri.

Bagaikan nabi Musa yang hanya bisa melihat dari kejauhan tanah perjanjian itu, demikianlah Herzl hanya bisa melihat negara Israel dalam mimpi. Beberapa puluh tahun dari kematiannya, negara Israel baru berdiri.

Bagaimana kisah selanjutnya?

To Be Continued.


Sumber :

A History of Zionism From the French to the Establishment of the State of Israel (Walter Laquer)

Zionism: A Very Short Introduction (Michael Stanislawski)

https://en.wikipedia.org/wiki/Zionism

(Seri Israel 2) Inggris VS Ottoman, Politik Zionis Pada Perang Dunia Ke 1.

Sejarah Israel Palestina Sejak Awal Lahirnya Zionisme Dari Sudut Pandang Netral

Pada artikel pertama ada beberapa pembaca yang meminta penulis untuk memundurkan alur kisal Israel ini lebih ke belakang. Jujur saja, penulis sengaja tidak mundur ke belakang dan memilih untuk memulai pembahasan dari sejarah munculnya paham Zionisme.

Kenapa seperti itu? karena penulis menghindari perdebatan berdasarkan klaim-klaim agama, yang terbukti malah membuat masalah ini semakin bias karena setiap agama punya klaimnya masing-masing. Jika alurnya mundur ke belakang, penulis kuatir arahnya ke sana.

Israel juga ketika mencanangkan gerakan Zionisme, mereka paham bahwa untuk mendirikan suatu negara harus memiliki pengakuan secara de facto dan de jure. Apalagi saat itu Eropa sudah mengalami abad pencerahan, dimana politik dan agama dipisahkan. Artinya klaim berdasarkan kitab suci saja tidak akan cukup untuk membuat Israel memiliki sebuah negara.

Jadi mari kita mulai pembahasannya, apa yang Israel lakukan pada era perang dunia ke 1 dalam usahanya mendirikan sebuah negara?

Menjelang perang dunia ke 1, Inggris meminta negara-negara arab untuk memberontak pada kekuasaan sentral Ottoman. Pada akhir perang dunia ke 1 (tahun 1918), negara-negara Arab mulai memisahkan diri dari Kekaisaran Turki dan memilih pemimpinnya masing-masing.

Mereka merayakan riang dan gembira karena berhasil bebas dari penjajahan Turki dengan bantuan Inggris dan Prancis. Jadi jangan kaget kalau negara Arab dan Turki sampai hari ini masih sering konflik, bangsa Arab mempunyai dendam terhadap bangsa Turki Ottoman.

Hal ini yang membuat negara-negara Islam tidak bisa sepenuhnya bersatu untuk melawan Israel, paling banter mereka hanya bisa mengecam. Belum lagi negara-negara Arab memiliki masalah internal sendiri, yaitu pertikaian antara Sunni vs Syiah. Intinya membicarakan politik Arab dan Timur Tengah ini masalahnya sangat rumit seperti benang kusut.

Jika bangsa Arab banyak yang memberontak kepada kekaisaran Ottoman, maka bagaimana dengan Zionisme Israel yang saat itu sudah mulai menyebar ke banyak negara? Ternyata mereka juga terpecah menjadi dua kubu.

Bagi Zionis yang sudah menetap di Palestina, mereka mendukung Ottoman karena merasa akan adanya ancaman dari bangsa-bangsa Arab yang didukung Inggris. Sedangkan bagi Zionis yang berada di Eropa, mereka merasa justru Ottoman lah yang menjadi ancaman, sehingga mereka mendukung Inggris dengan sekutunya.

Diantara Yahudi yang mendukung Inggris, ada seorang ilmuan bernama Chaim Weizmann. Selama perang dunia 1, dia melobi menteri luar negeri Inggris bernama Lord Arthur Balfour untuk memberikan sepetak tanah di Palestina.

Tidak perlu penulis jelaskan kan bagaimana proses lobi? yang pasti bukan dengan teriak-teriak aku dizholimi, dan jelas ada dana besar bermain di sana.

Lalu Lord Balfour membalas Chaim Weizman dalam sebuah surat yang kita kenal dengan Deklarasi Balfour. Seperti apa isi suratnya? Silakan perhatikan gambar berikut ini :

Sejarah Israel Palestina Sejak Awal Lahirnya Zionisme Dari Sudut Pandang Netral
Ternyata pada tahun 1918 Inggris terbukti mengalahkan Ottoman, dan bahkan diberikan mandat oleh liga bangsa-bangsa sebagai penguasa dan pengelola wilayah Palestina.

Namun alih-alih menepati janji, Inggris malah membuat kebijakan yang seolah-olah melupakan janjinya kepada Israel. Tapi tidak sampai di situ, bangsa Arab di Palestina juga merasa bahwa Inggris ingkar janji dalam mendukung bangsa Arab mendirikan negaranya.

Jadi intinya di sini, saat perang dunia ke 1 Inggris bermain dua kaki.

Menurut asumsi penulis (ini benar-benar asumsi), karena politik dua kaki ini pada akhirnya Inggris mengambil keputusan yang kontroversial. Keputusan tersebut adalah membentuk kerajaan bernama Trans Jordan pada tahun 1921. Pada saat yang sama Inggris membantu proses migrasi bangsa Yahudi ke Palestina yang merupakan SEBAGIAN dari janjinya kepada Yahudi, dan tentu saja ini tidak cukup bagi Yahudi karena wilayah tersebut bukan di bawah kendali mereka.

Jadi bisa kita bayangkan, di sana sudah ada bangsa Arab yang meminta janji Inggris. Pada saat yang sama, gelombang imigrasi besar-besaran bangsa Yahudi terjadi. Hal ini memicu kemarahan dan nasionalisme dari bangsa Arab Palestina yang juga menginginkan kemerdekaan, di lain sisi bangsa Yahudi semakin tidak percaya kepada Inggris dan membenci orang Arab Palestina.

Konflik dan kekerasan pun tidak terhindarkan di wilayah tersebut, dan akhirnya muncul seorang tokoh dari pihak Yahudi dengan pandangan extrimnya bernama Vladimir Jabotinsky yang membuat milisi bernama Haganah. Dia bahkan banyak mempengaruhi bangsa Yahudi yang awalnya ingin hidup berdampingan dengan bangsa Arab.

Mereka memiliki pandangan, bahwa bangsa Yahudi tidak boleh menerima bangsa Arab karena mereka sudah banyak di Timur Tengah dan bangsa Yahudi juga tidak boleh percaya kepada bangsa manapun termasuk Inggris yang dianggap sudah melupakan janjinya.

Pada akhirnya kita akan sampai pada fakta, kalau radikalisme tidak memandang bangsa ataupun agama, semua memiliki kecenderungan untuk menjadi radikal.

Selanjutnya, bagaimana kiprah para radikal Yahudi tersebut? dan bagaimana Inggris mengatasi pertikaian di Palestina?

To Be Continued ...

Sumber :

https://en.wikipedia.org/wiki/Ze%27ev_Jabotinsky

https://en.wikipedia.org/wiki/Emirat...of_Transjordan

The Founding Fathers of Zionism (Benzion Netanyahu)

(Seri Israel 3) Extrimisme Yahudi dan Lahirnya Negara Israel.

Sejarah Israel Palestina Sejak Awal Lahirnya Zionisme Dari Sudut Pandang Netral

Akhirnya penulis sampai juga ke bagian ketiga, penulis lega bisa sampai ke bagian ini. Karena di artikel inilah penulis bisa semakin menunjukan ke netralan penulis melihat konflik Israel dan Palestina.

Penulis menyadari artikel ini akan membuat lumayan banyak protes dari pendukung Yahudi, termasuk umat Nasrani yang pro Israel karena menganggap Israel adalah bangsa pilihan Allah. Tapi bagaimanapun yang tertulis dalam sejarah harus penulis ceritakan secara utuh, walaupun sampai artikel ini semuanya belum lengkap.

Sebagian umat Nasrani seakan lupa, walaupun bangsa Israel adalah bangsa pilihan, tapi dalam kitab mereka tertulis bahwa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Waktu Pontius Pilatus cuci tangan akan penyaliban Yesus, bangsa Yahudi dengan pongahnya berkata kalau biar anak cucu mereka yang menanggung semua akibat dari penyaliban tersebut.

Akibatnya? penderitaan demi penderitaan dilalui bangsa Yahudi, mulai dilempar ke pembuangan, bait Allah dihancurkan, hingga peristiwa Holocoust dimana bangsa Yahudi mengalami pembantaian dan upaya genosida besar-besaran.

Di antara peristiwa yang hampir bersamaan, dimana Yahudi menghadapi ancaman dari Nazi yang berkuasa di Jerman. Pada saat itu pula di Palestina bangsa Yahudi mulai disusupi oleh ajaran radikal atau extrimisme dari seorang zionis bernama Vladimir Jabotinsky.

Dilihat dari namanya, jelas kalau beliau adalah imigran Yahudi dari Eropa Timur. Seperti yang penulis ceritakan di bagian 1 pembahasan tentang Israel, bangsa Yahudi di Eropa Timur mengalami penderitaan yang jauh lebih berat dari Yahudi di Eropa Barat.

Kombinasi masa lalu, merasa dikadali Inggris dan ancaman Nazi Jerman di Eropa membuat jiwa radikal Jabotinsky bergejolak. Dalam pahamnya beliau mengajak bangsa Yahudi untuk tidak percaya kepada bangsa manapun termasuk Inggris dan menolak bangsa Arab di Palestina karena jumlahnya sudah bejibun.

Akhirnya banyak bangsa Yahudi yang dirasuki paham Jabotinsky, bahkan bagi mereka yang awal mulanya berniat untuk hidup berdampingan dengan bangsa Arab di Palestina. Bangsa Yahudi di bawah paham Jabotinsky membentuk beberapa kelompok teror, yang melakukan penyerangan (bahkan pembunuhan) terhadap perwira Inggris dan komunitas Arab di Palestina.

Tindakan radikal bangsa Yahudi ini mendapat banyak kecaman, termasuk dari tokoh Yahudi seperti David Ben Gurion yang nantinya akan menjadi PM pertama Israel. Tapi inilah pintarnya (liciknya) bangsa Yahudi, beliau mengecam extrimis Yahudi namun pada yang sama meminta Inggris untuk segera meresmikan negara Yahudi sebagai solusinya.

Karena berbagai konflik antara Yahudi dan bangsa Arab di Palestina, akhirnya Inggris mulai muak dan perlahan-lahan meninggalkan wilayah Palestina dan menyerahkannya kepada perserikatan bangsa-bangsa. Singkat cerita, akhirnya PBB (saat itu namanya LBB) memutuskan akan membagai wilayah Palestina, sebagian untuk Yahudi, sebagian untuk bangsa Arab dan Yerusalem akan dikelola oleh PBB. Berikut gambarnya!!

Sejarah Israel Palestina Sejak Awal Lahirnya Zionisme Dari Sudut Pandang Netral

Pada tahun 1947 akhirnya PBB (saat itu namanya LBB) mengadakan pertemuan untuk meminta pendapat negara-negara anggotanya. Hasilnya 33 Negara menerima, 13 Negara menolak dan 10 Negara Abstain. Ada cara yang berbeda antara bangsa Arab dan Yahudi dalam menerima hasil tersebut.

Bangsa Yahudi karena sejak awal memang hanya ingin mempunyai negaranya sendiri untuk mendapat kehidupan yang layak dan jauh dari diskriminasi, menerima hasil tersebut dengan segera memproklamirkan kemerdekaan pada tahun 1948 dipimpin David Ben Gurion sebagai PM pertama Israel.

Dengan hal tesebut maka tujuan Zionisme tercapai, dan dunia (walau tidak seluruhnya) mengakui keberadaan negara Israel. Dua hari setelah Israel berdiri Iraq, Suriah, Mesir, Jordan menyerang Israel dan terjadilah peperangan antara bangsa Israel dan bangsa Arab. Perang pun tidak terhindakan lagi!!

Inggris yang turut andil dalam konflik tersebut, hanya bernyanyi "pulangkan saja, aku pada ibuku" dan segera meninggalkan Palestina pada kemarin harinya.


Pada tahun 1949, peperangan berakhir setelah Israel menandatangani surat perjanjian bersama beberapa negara Arab. Israel menamai perang tersebut sebagai "Perang Kemerdekaan", di lain pihak negara Arab menamai perang tersebut sebagai "Bencana (Al-Nakba)".

Sampai sini penjelasan singkat penulis soal Zionis, dari pertama dicanangkan hingga berdirinya negara Israel tampaknya akan dicukupkan dahulu. Penulis menyadari ini masih jauh dari lengkap, mungkin kalau ada kesempatan penulis akan membuat Prequel, Sequel atau mungkin Spin Off dari pembahasan ini.

Apalagi ditengah konflik Yahudi dan Arab di Palestina ada peristiwa penting, yaitu berkuasanya Nazi dan pembantaian Yahudi yang kita kenal dengan Holocoust. Pada akhirnya penulis menyerahkan semua kesimpulan kembali kepada pembaca.

Sebagai penutup, penulis bisa simpulkan kalau bagi bangsa Yahudi pendirian Israel adalah sah karena memiliki pengakuan secara de facto dan de jure berdasarkan hukum internasional. Namun di lain pihak, bangsa Arab tetap tidak bisa menerima imigrasi besar-besaran Yahudi ke Palestina, lalu mengklaim wilayah yang sudah lama mereka tinggali tersebut sebagai tanah milik bangsa Yahudi.

Sampai hari ini mereka tetap menyebut keberadaan negara Israel di Palestina sebagai penjajahan. Ini juga pendapat orang-orang yang pro terhadap Palestina saat ini.

Begitulah Kura-Kura.

Sumber :

https://en.wikipedia.org/wiki/United..._for_Palestine

https://en.wikipedia.org/wiki/Ze%27ev_Jabotinsky


Diubah oleh Reikouki 23-11-2023 15:17
ormarrAvatar border
ormarr memberi reputasi
1
39
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan