sofanfitriAvatar border
TS
sofanfitri
Penokohan Dewi Kunti sebagai Ibu pada Cerita Mahabrata
Di dalam Mahabharata diceritakan bahwa Kunti "telah diberkahi wajah yang cantik dan watak yang baik; dia senang sekali dengan hal-hal hukum dan melakukan sumpah-sumpah yang mulia. Dewi Kunti juga mempunyai berkat luar biasa.

Pada waktu Kunti masih anak-anak, ayahnya, yaitu Surasena, memberikan putrinya untuk menjadi anak angkat Kuntibhoja, saudara misan dan kawan akrab Surasena yang belum mempunyai anak (karena itu dia diberi nama "Kunti").

Pada suatu hari, seorang resi yang ahli kebatinan dan perkasa bernama Durwasa datang dan senang sekali karena Kunti mengabdikan diri tanpa mementingkan dirinya sendiri. Durwasa meramalkan bahwa Kunti akan mengalami kesulitan dalam berketurunan. Karena itu, Durwasa memberikan berkat kepada Kunti agar Kunti dapat mendatangkan dewa dan berketurunan dengan dewa itu, ajian tersebut dikenal dengan Adhityaredhya. Untuk mencoba kesaktian itu, Dewi Kunti memanggil Dewa Surya. Begitu Dewi Kunti memanggil Dewa Surya, beliau segera muncul di hadapannya sehingga Kunti kaget. Kunti berkata kepada Dewa Matahari, "Maaf, hamba hanya sekedar mencoba kesaktian ini. Hamba mohon ampun karena hamba memanggil Anda tanpa diperlukan. Sekarang sudilah kiranya anda kembali dan maafkan hamba."
Dewa Surya berkata, "O Dewi Kunti yang cantik, pertemuanmu dengan dewa tidak boleh tanpa hasil. Karena itu, izinkan aku membuahi kandungan-mu agar engkau mendapat seorang putra. Aku akan mengatur supaya engkau tetap menjadi gadis, karena engkau belum menikah." Sesudah itu, Dewa Surya membuahi kandungan Kunti dan kembali ke kahyangan. Lalu Kunti melahirkan seorang putra. Anak itu dilahirkan melalui telinga Kunti sehingga dia tetap gadis. Anak itu pada saat dilahirkan sudah memakai anting dan tameng. Dia diberi nama Karna. Karena takut dicemooh masyarakat, dengan sedih sekali Kunti terpaksa menaruh anaknya di keranjang yang dilepaskan terapung di sungai. Kemudian Karna dibesarkan oleh seorang tukang kayu dan istrinya.
Sesudah Kunti menikah dengan Pandu, Pandu dikutuk sehingga dia tidak dapat berketurunan. Hal tersebut membuat Pandu turun takhta, mengundurkan diri bersama istri-istrinya dan pergi ke hutan. Di hutan berkat istimewa yang dimiliki Kunti memungkinkan dia melahirkan tiga putra yang mulia (atas permohonan suaminya).

Pertama Kunti mendatangkan Darma, dewa kegiatan keagamaan yang menjadi ayah Yudistira. Kedua Kunti mendatangkan Bayu, dewa angin, yang menjadi ayah Bima yang perkasa. Kemudian Kunti mendatangkan Indra. Indra pun datang di hadapan Kunti dan menjadi ayah Arjuna. Sesudah itu, istri muda Pandu bernama Madri melahirkan dua putra, Nakula dan Sadewa. Lima putra Pandu (Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa) kemudian terkenal sebagai para Pandawa. sebelum para Pandawa dewasa, Pandu sudah meninggal dunia akibat kutukan Begawan Suhatra, dan Madri juga meninggal dunia dengan cara terjun kedalam api yang membakar mayat suaminya. Karena itu, tinggal Dewi Kunti untuk mengurus lima Pandawa.

Di Hastinapura, ibukota kerajaan, lima putra tersebut dibesarkan dengan adat kerajaan di bawah bimbingan Drestarasta dan Widura, saudara Pandu dari ibu yang lain. Tetapi pemindahan kekuasaan yang lancar tidak terjadi. Walaupun pada permulaan Dretarasta mengakui hak Yudistira untuk naik takhta, kemudian dia membiarkan dirinya diperalat oleh putra sulungnya bernama Duryodana. Duryodana haus akan kekuasaan dan ingin naik takhta sebagai pengganti Yudistira. Duryodana didorong oleh rasa iri yang tak terkendalikan. Karena itu, Duryodana membuat rencana-rencana untuk menyingkirkan para Pandawa. Drestarasta lemah, dan walaupun dia segan, dia menyetujui rencana-rencana putranya, sehingga Duryodana banyak menyiksa para Pandawa.

Di Hastinapura, Duryodana mencoba beberapa kali untuk membunuh para Pandawa, kemudian Duryodana membawa para Pandawa ke istana di luar ibukota dan mencoba membunuh mereka dengan cara membakar istana itu. Selama itu, lima Pandawa yang masih muda didampingi oleh ibunya, Dewi Kunti yang sangat berani. Dewi Kunti juga turut menderita penganiayaan Duryodana.
Sosok Kunti sangat disayangi oleh anak-anaknya terutama Bima. Pada kejadian kebakaran di Wanamarta Bima selalu mengkhawatirkan keadaan ibunya karena harus ikut menderita dengan keadaan dirinya dan Saudara-saudaranya yang lain. Kunti dimata Pandawa adalah seorang sosok ibu yang sangat dicintai dan dihormati (Saleh, 1975 : 29).

Pada percobaan pembunuhan tersebut Kunti dan para Pandawa lolos dari maut. Pada saat pengasingan yang terjadi pada Pandawa Dewi Kunti merupakan salah satu orang yang sedih sekali atas yang terjadi terhadap anak-anaknya.
Pada beberapa bagian di dalam cerita Mahabrata juga ada penggambaran sifat Dewi Kunti yang saling menolong seperti saat Bima membunuh Hidimba bagaimana Kunti menyarankan anaknya untuk menikahi Hidimbi dengan hormat Bima kepada ibu yang dicintainya ia menikahi Hidimbi. Selain dari anak-anaknya Pandawa, Kunti juga dihormati Karna anak sulung yang merupakan kakak tertua Pandawa. Karna yang menjelang perang Bharatayudha didatangi Kunti dijelaskan mengenai status dirinya adalah anak dari dirinya dengan Dewa Surya tak mengelakkan rasa hormat Karna terhadap Kunti. Namun dengan maksud kedatangan Kunti untuk meminta Karna bergabung dengan Pandawa ditolak oleh karena bagaimanapun sebagai balas budi terhadap Kurawa dan ketidakcintaan dia pula terhadap Pandawa. Tentu Kunti disini menjadi tokoh yang mungkin paling banyak mengalami kesedihan, tapi ia mengerti mengenai sifat-sifat anaknya dan selalu memberikan yang terbaik sebagai seorang ibu yang bisa ia berikan.

Pada akhir cerita, Dewi Kunti menghabiskan sisa hidupnya bersama Dewi Gandari dan Drestarasta di hutan di tepi sungai Gangga. Hidupnya semata-mata dipersembahkan kepada Hyang Widhi sampai pada suatu hari hutan tempat mereka bertapa terbakar habis yang membakar mereka semua yang sedang bertapa.

Dari sekilas mengenai ringkasan cerita mahabrata mengenai dewi kunti yang telah dipaparkan seni pesan pada karakter dewi kunti yang ingin disampaikan ialah seorang ibu selalu mendukung keadaan anak-anaknya karena ia (dewi kunti) merupakan orang paling terdekat bagi anak-anaknya yang sedang mengalami kesulitan sebagai seorang ibu, dewi kunti juga perlambang jiwa ksatria seorang putri dari kerajaan kuntiboja. Jiwa ksatria pada cerita mahabrata sebenarnya tidak hanya digambarkan yang berjenis kelamin laki-laki, pada perempuan seperti Srikandi sebenarnya juga memaparkan bahwa seorang putri kerajaan juga memiliki jiwa seorang ksatria. Nilai religius yang terlihat pada karakter dewi Kunti juga bagaimana ia bersikap dan beperilaku sesuai dengan ajaran yang dianutnya, terlihat bagaimana juga ia memiliki dewa pujaannya sendiri yaitu dewa Surya.


Daftar Acuan
Sri Mulyono, 1989. Wayang dan Karakter manusia. Jakarta : Haji Masagung
Saleh, 1975. Mahabarata. Jakarta : Balai Pustaka
Teguh Santoso, Riwayat Pandawa. Jakarta : PluZ
Heru Sudharwo dkk, 2010. rupa dan karakter Wayang Purwa. Jakarta : Kaki Langit Kencana
Martha Tilaar, 1999. Kecantikan Perempuan Timur. Magelang : Indonesia Tera
Diubah oleh sofanfitri 05-11-2023 06:02
0
47
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan