sofanfitriAvatar border
TS
sofanfitri
Sosok Pahlawan Indonesia dari Tanah Karo : Djamin Gintings
Pada hari itu, suatu pertempuran hebat terjadi di sebuah perbukitan di tanah Sumatera. Suara rentetan peluru terdengar hingga bermil-mil jauhnya. Belanda menggempur dengan panser dan mortirnya, tujuh orang dari pasukan Batalyon XIV pun gugur dalam pertempuran sengit itu. Sedangkan di pihak Belanda sendiri, mereka harus kehilangan delapan prajuritnya beserta dua orang yang berhasil ditawan oleh pasukan Batalyon XIV. Peristiwa itu melukiskan salah satu pertempuran yang dilakukan oleh pasukan Batalyon XIV demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pasukan itu dipimpin oleh Djamin Gintings, seorang jenius dari Tanah Karo.
Nama lengkapnya adalah Djamin Ginting Suka, ia juga senang menyingkat namanya menjadi Djamin Gintings. Ia dilahirkan di desa Suka, kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo. Ayahnya bernama Laufak Ginting Suka dan ibunya bernama Tindang Beru Tarigan. Djamin Gintings merupakan komandan yang jenius dalam urusan taktik perang. Ia terkenal akan kepiawaiannya memimpin satuan militer di wilayah Sumatera Timur dari tahun 1945 hingga 1950. Ia juga dikenal sebagai diplomat yang handal dan pernah menjadi duta besar Indonesia untuk Kanada pada tahun 1972.
Djamin Gintings memiliki karir militer yang panjang. Ia mulai memasuki dunia militer setelah lulus dari sekolah menengahnya dan masuk ke dalam tentara PETA (Pembela Tanah Air). Dalam satuan militer bentukan Jepang itu, ia pernah diposisikan sebagai komandan pasukan. Menurut kabar yang dilansir oleh Tempo (tempo.co.id, 2014), Djamin Gintings juga menjadi bagian dari Heiho. Satu hal yang pasti adalah ia sudah masuk ke dalam dunia kemiliteran sejak ia lulus dari pendidikan menengahnya di jaman pendudukan Jepang.
Saat Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II, mereka pun pulang kembali pulang ke tanah asal mereka. Pada tahun yang sama Indonesia memasuki masa kemerdekaannya. Akan tetapi pada awal kemerdekaannya, Indonesia belum memiliki tentara atau kesatuan militer yang utuh. Saat itu di Indonesia baru terbentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) yang notabenenya masih belum bisa dikategorikan sebagai tentara. Anggota-anggota BKR ini kebanyakan di rekrut dari bekas tentara-tentara PETA. Untuk meningkatkan fungsi sebagai tentara, akhirnya dibentuklah TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pada 5 Oktober 1945. Di sini, Djamin Gintings ikut serta dalam pembentukan TKR.
Pembentukan angkatan perang ini bertujuan untuk menghadapi situasi yang mulai tidak aman. Situasi ini dikarenakan kembalinya Belanda beserta tentara sekutu ke Indonesia setelah Jepang menyerah tanpa syarat. Pada masa-masa “siaga” ini, Djamin Gintings diamanahkan untuk memimpin berbagai satuan militer dalam menghadapi agresi Belanda beserta tentara-tentaar sekutu.
Indonsia memasuki masa yang sangat genting ketika terjadi Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948. Pasukan militer Belanda menyerang dan berhasil menduduki ibukota Republik Indonesia di Yogyakarta. Tidak hanya itu, Presiden Sukarno beserta Wakil Presiden M. Hatta juga ditangkap oleh tentara Belanda. Sebagai komandan resimen, Djamin Gintings pun terkejut mendengar kabar ini.
Selaku Komandan Resimen IV, Djamin Gintings tak tinggal diam dan segera menyusun strategi. Ia memerintahkan pasukannya untuk menyerang daerah-daerah yang diduduki Belanda, sebelum Belanda memulai serangan lebih dulu.
Atas perintah Djamin Gintings, berangkatlah pasukan Batalyon XIV dari Kutacane ke Lau Baleng dengan berjalan kaki. Di sana, pertempuran hebat sudah terjadi pada 27 Desember 1948. Sementara itu, pasukan dari Batalyon XV juga sudah berangkat menuju Mardingding pada 28 Desember 1948. Di bukit itulah mereka menyerang pos militer Belanda yang berada di bawahnya.
Belanda yang saat itu menggunakan bantuan panser dan mortir, berhasil Belanda menggempur lereng bukit. Tujuh anak buah Djamin Gintings gugur dalam pertempuran sengit itu. Salah satunya adalah Letnan Kadir Saragih. Untuk mengenang peristiwa tersebut dan menghormati perjuangan Letnan Kadir, bukit itu kemudian dinamakan sebagai Bukit Kadir. Di lain pihak, Belanda juga kehilangan delapan prajuritnya dan dua orang yang berhasil ditawan, yakni Van Werven dan De Ruyter.
Pasca pertempuran di Mardingding, Djamin Gintings mengubah strategi tempurnya. Jika pada masa agresi militer pertama ia menggunakan pola gerakan mundur teratur sambil bertempur, maka pada agresi kedua, pasukannya melancarkan gerakan maju teratur. Untuk menyulut semangat pasukannya, sambil bertempur mereka menyanyikan lagu-lagu perjuangan asal Tanah Karo.
Taktik gerilya dimalai sejak Januari 1949. Diawali dengan serangan pada 20 Januari 1949, pasukan Gintings menyergap iring-iringan konvoi pasukan Belanda di Tiga Kicat, dekat kampung Berastepu. Kemudian mereka menyergap konvoi Belanda di jalan menuju kampung Kutabuluh Berteng. Alhasil, satu panser dan truk militer Belanda rusak, enam orang prajurit Belanda tewas, dan beberapa lainnya mengalami luka parah akibat tembakan pasukan Djamin Gintings. (Republika.co.id, 2016)
Tercatat hingga April 1949, terjadi pertempuran di Lau Solu dan Lau Mulgap yang telah menewaskan 13 personil militer Belanda. Tidak kurang dari 17 kali terjadi serangan terhadap konvoi pasukan Belanda dari Medan menuju Brastagi. (Republika.co.id, 2016) Pada Agresi Militer I dan II, Djamin Gintings memimpin pasukan Resimen IV dan selalu terlibat pertempuran dengan Belanda dari Medan Area, Tanah Karo, Tanah Alas, hingga Langkat. Menurut pandangan Belanda, Jalan Lau Baleng dan Mardingding tak ubahnya sebuah jalan maut yang mereka sebut sebagai “doden weg”.
Pergerakan yang dilakukan pasukan Djamin Gintings telah membuktikan kemampuan mereka dalam menjaga keutuhan dan eksistensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Niat Belanda untuk menghapus RI beserta angkatan perangnya tidak pernah berhasil sampai akhirnya permusuhan Indonesia dan Belanda dapat diselesaikan melalui jalur perundingan. Perundingan antar kedua negara itu dilakukan pada 23 Agustus 1949 dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
Pasca Agresi Militer Belanda I dan II berakhir pada tahun 1950, loyalitas dan ketegasan haluan politik nya membuat Djamin Gintings diangkat oleh Presiden Soekarno menjadi Pangdam Bukit Barisan yang melingkupi seluruh wilayah Sumatera. Ia memegang manah itu sejak tahun 1957hungga tahun1958.
Selain pertempurannya dalam Agresi Militer I dan II, Djamin juga ikut serta dalam penumpasan gerakan DI/TII di Aceh pimpinan Daud Beureuh. Ia juga terlibat dalam Operasi Bukit Barisan yang dilancarkan pada 7 April 1958 dalam rangka menghadapi gerakan pemberontakan Nainggolan di Medan.
Setelah meredanya pemberontakan di berbagai daerah, Djamin gintings mulai merambah bidang-bidang lainnya di luar dunia kemiliteran. Sejak itu, ia aktif dalam bidang politik dan sosial budaya. Ia pernah menjadi anggota DPR dan menjadi Ketua Sekretariat Bersama Golongan Karya pada tahun 1968 hingga 1972. Djamin juga sempat mengenyam pendidikan di Fakultas Hukum dan Sosial Politik Universitas Sumatera Utara, sekaligus menjadi salah satu inisiator dan pendirinya. Selain itu, ia juga terlibat aktif dalam mendirikan berbagai sekolah dan rumah sakit.
Pengalaman-pengalaman Djamin Gintings yang luar biasa dalam bidang militer, politik dan sosial budaya, mengantarkan dirinya menjadi seorang diplomat handal. Ia pernah duduk sebagai Ketua Diskusi Luar Negeri pada tahun 1968. Setelah itu ia ditunjuk untuk mewakili Indonesia sebagai seorang Duta Besar untuk Kanada pada tahun 1972. Ia juga sempat menulis beberapa buku, salah satunya berjudul “Bukit Kadir” yang menceritakan perjuangannya dalam pertempurannya melawan Belanda.
Setelah berpuluh-puluh tahun mengabdi kepada tanah air, Djamin Gintings meninggal dunia pada 23 Oktober 1974 di Ottawa, Kanada. Putra dari Tanah Karo ini telah banyak melukiskan kisah yang layak dijadikan contoh bagi generesi penerus masa depan. Atas jasa-jasanya selama ini, Djamin Gintings diangkat menjadi Pahlawan Nasional Indonesia pada 7 November 2014.

Sumber:
Pusat Sejarah TNI. 2000. Sejarah TNI jilid I. Markas Besar TNI. hlm. 17.
Rahardjo, Pamoe. 1995. Badan Keamanan Rakyat (BKR). Cikal Bakal Tentara Nasional Indonesia. Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA). Hlm. 67
Ginting, Slamet. Darah Pahlawan (16 Juni 2014)
http://www.republika.co.id/berita/ko...darah-pahlawandiakses pada 16 Januari 2016 pukul 20:37 WIB.
Rusli, Andi. Djamin Ginting, Pahlawan Nasional Asal Tanah Karo (10 November 2014)
https://m.tempo.co/read/news/2014/11...sal-tanah-karo diakses pada 16 Januari 2016 pukul 20:39 WIB.
hnurmalaAvatar border
hnurmala memberi reputasi
1
37
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan