- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Dunia Pesimistis Ekonomi China Mampu Geser AS, Ini Alasannya


TS
4574587568
Dunia Pesimistis Ekonomi China Mampu Geser AS, Ini Alasannya

Jakarta, CNBC Indonesia - Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2023 menjadi 5% dari 5,2%. Dengan krisis properti yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang menghambat aktivitas ekonomi dan membebani kepercayaan rumah tangga, IMF juga memangkas perkiraan tahun 2024 menjadi 4,2% dari 4,5%.
Pemangkasan tersebut membuat banyak pihak pesimis jika Sang Naga bakal mampu menggeser Amerika Serikat (AS) sebagai raksasa paling kuat di bidang ekonomi.
"Momentum pertumbuhan China memudar menyusul lonjakan pembukaan kembali perekonomian akibat pandemi Covid-19 pada awal tahun 2023," menurut World Economic Outlook IMF Senin (9/10/2023).
"Indikator-indikator berfrekuensi tinggi menunjukkan pelemahan lebih lanjut karena krisis sektor properti di negara ini menjadi faktor utama yang menghambat pertumbuhan," tambahnya.
Pertumbuhan Ekonomi China (%,YoY) - 10 tahun terakhir

Diketahui perekonomian China tumbuh sebesar 6,3% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal kedua tahun 2023, menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan 4,5% yang tercatat pada kuartal pertama, namun masih jauh dari perkiraan pasar sebesar 7,3%.
Jika perkiraan IMF untuk tahun ini berhasil, maka hal tersebut akan sejalan dengan target Beijing sendiri yaitu "sekitar 5%", namun lebih rendah dari proyeksi dalam laporannya pada Juli 2023.
Perekonomian China hanya bertumbuh sebesar 3% pada tahun lalu, jauh di bawah target resmi sebesar 5,5% karena terhambat oleh kebijakan ketat terkait penanganan Covid-19.
Sektor real estate utama di negara ini umumnya menyumbang sekitar seperempat dari PDB, namun industri ini telah berpindah dari satu krisis ke krisis lainnya dalam beberapa tahun terakhir, dengan perusahaan-perusahaan besar yang lumpuh karena tumpukan utang.
Raksasa properti yang sarat utang, Country Garden, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka tidak berharap untuk memenuhi seluruh kewajiban pembayaran luar negeri tepat waktu karena perusahaan tersebut tertatih-tatih menuju potensi gagal bayar.
Pesaingnya, Evergrande, yang memiliki utang lebih dari US$300 miliar atau setara Rp4,7 kuadriliun (Rp15.680/US$1), berada di ambang kebangkrutan sementara bosnya menghadapi penyelidikan kriminal.
Selama dua tahun terakhir, permasalahan utang yang dialami kelompok properti telah memicu ketidakpercayaan terhadap sektor yang dulunya sangat menguntungkan ini. Hal ini melemahkan kepercayaan pembeli rumah dan memperpanjang penurunan sektor properti.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas menyerukan "tindakan tegas" oleh otoritas China untuk membantu pengembang properti yang kesulitan melakukan restrukturisasi, untuk memastikan ketidakstabilan keuangan tidak menyebar ke sistem keuangan yang lebih luas dan membantu memulihkan kepercayaan rumah tangga.
Adapun, IMF mempertahankan perkiraan pertumbuhan PDB riil global pada 2023 tidak berubah sebesar 3% dalam World Economic Outlook (WEO) terbarunya, namun memangkas perkiraan tahun 2024 sebesar 0,1 poin persentase menjadi 2,9% dari perkiraan bulan Juli 2023. Output dunia tumbuh 3,5% pada tahun 2022.

Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa ekonomi global terus pulih dari pandemi Covid-19, invasi Rusia ke Ukraina, dan krisis energi tahun lalu, namun tren pertumbuhan semakin berbeda di seluruh dunia, dan prospek pertumbuhan jangka menengah semakin tidak menentu.
Gourinchas mengatakan perkiraan tersebut secara umum menunjukkan soft landing, namun IMF tetap mengkhawatirkan risiko terkait krisis real estate di China, harga komoditas yang bergejolak, fragmentasi geopolitik, dan kebangkitan inflasi.
Risiko baru yang tak terduga muncul dalam bentuk konflik Israel-Palestina ketika para pejabat keuangan dari 190 negara berkumpul di Marrakesh untuk menghadiri pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, namun terjadi setelah pembaruan proyeksi triwulanan IMF dikunci pada bulan September.
Gourinchas mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan bagaimana eskalasi besar dalam konflik yang telah berlangsung lama ini akan berdampak pada perekonomian global. Menurutnya tergantung bagaimana situasi ini akan terjadi, ada banyak skenario berbeda yang belum dijajaki, jadi IMF belum bisa membuat penilaian apa pun pada saat ini.
Total output global pada tahun 2023 diperkirakan sebesar 3,4%, atau sekitar US$3,6 triliun atau setara Rp56,4 kuadriliun (Rp15.680/US$1) , di bawah proyeksi sebelum pandemi.
Prospek jangka menengah juga tidak lebih baik. IMF memproyeksikan pertumbuhan sebesar 3,1% pada 2028, jauh di bawah perkiraan lima tahun sebesar 4,9% menjelang krisis keuangan global pada tahun 2008-2009.

Inflasi terus menurun di seluruh dunia karena turunnya harga energi dan pada tingkat lebih rendah harga pangan. Angka ini diperkirakan akan turun menjadi rata-rata tahunan sebesar 6,9% pada tahun 2023, dari 8,7% pada tahun 2022, dan menjadi 5,8% pada tahun 2024.
Selain itu, pasar tenaga kerja pada umumnya cukup baik dan tingkat pengangguran berada pada titik terendah sepanjang sejarah di sebagian besar negara maju, namun tidak banyak bukti spiral harga upah yang dapat memicu putaran kedua inflasi harga, bahkan dengan adanya pemogokan besar-besaran yang dilakukan oleh pekerja otomotif Amerika Serikat (AS) pada tahun 2016.
Inflasi China (YoY%)

IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan di AS, negara dengan perekonomian terbesar di dunia, sebesar 0,3 poin persentase menjadi 2,1% pada tahun 2023, dan sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1,5% untuk tahun depan, dengan alasan investasi bisnis yang lebih kuat dan peningkatan konsumsi. Hal ini menjadikan AS satu-satunya negara dengan ekonomi besar yang melampaui perkiraan sebelum pandemi.

Mimpi China Mengejar AS Sulit Terwujud?
Wang Huiyao, pendiri Center for China and Globalisation, sebuah lembaga pemikir non pemerintah yang berbasis di Beijing, berpendapat bahwa fundamental ekonomi Tiongkok tetap kokoh.
"Selama Tiongkok dapat mempertahankan tingkat suku bunga tahunan sebesar 4-5%, China masih memiliki peluang besar untuk melampaui AS pada tahun 2035," ucap Wang Huiyao, dikutip dari South China Morning Post.
Dia mengatakan Beijing tidak pernah secara eksplisit berniat mengungguli Washington secara ekonomi.
Kendati demikian, tujuan modernisasi mereka untuk menggandakan produk domestik bruto (PDB) per kapita pada tahun 2035 menunjukkan bahwa mereka akan melampau AS pada tahun 2030.
Pada Mei lalu, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional, menyalahkan tingginya inflasi dan menguatnya dolar AS sebagai penyebab semakin besarnya jurang pemisah antara China dan AS.
Nilai PDB China sebesar 64,5% dibandingkan PDB AS pada semester pertama tahun 2023, turun ke level terendah sejak tahun 2020. Sebagai perbandingan, nilai PDB China per akhir 2022 ada di kisaran US$ 17,9 triliun sementara AS ada di angka US$ 25.46 triliun.
Melemahnya PDB ini justru terjadi ketika China sudah dalam tahap pemulihan pasca Covid 19. China pun dianggap gagal memenuhi harapan banyak orang untuk tumbuh cepat setelah membuka perbatasan Desember lalu.
Daya tarik pasar liberal versus pendekatan 'kapitalisme negara' China akan berubah sehingga memerlukan perhatian dari para pembuat kebijakan dan pemimpin dunia usaha.
Banyak analis menjelaskan perubahan persepsi mengenai arah pembangunan China di tengah persaingannya dengan AS akan mempunyai implikasi yang luas.
Perbandingan nilai PDB China vs AS(US$ triliun)

Perusahaan riset AS, Rhodium Group, bahkan menyatakan bahwa China tidak dapat mengejar AS dalam hal PDB "di abad ini, apalagi dekade ini," dan menyalahkan banyaknya reformasi yang terhenti di negara tersebut.
"Bagi negara-negara berkembang, daya tarik pasar liberal versus pendekatan 'kapitalisme negara' China akan berubah sehingga memerlukan perhatian dari para pembuat kebijakan dan pemimpin dunia usaha," ucap kelompok tersebut pada pekan lalu.
sumber
0
360
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan