- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Taksi Online Gentayangan - KUNCEN


TS
harrywjyy
Taksi Online Gentayangan - KUNCEN

Sumber Gambar
Quote:

Malam itu menjadi malam yang cukup melelahkan bagiku. Sejak tadi siang sampai malam hari, aku meliput sebuah rumah makan tradisional di kawasan Cianjur. Liputan ini aku adakan sebagai bahan tulisanku di website pribadiku. Aku sendiri memang seorang penulis yang sering melakukan review terhadap makanan-makanan yang aku anggap menarik.
Setelah kenyang makan dan selesai liputan, aku keluar dari restoran sekitar pukul 23:00 malam. Sangat larut bukan? Karena restoran ini memang tutup hingga tengah malam. Usai keluar dari restoran, aku pun sampai di pinggir jalan dan merasakan betapa dinginnya udara Cianjur. Suasana jalan sudah sangat sepi. Warung makan dan restoran di sekitar sudah banyak yang tutup. Kendaraan pun sudah jarang sekali melintas. Hutan lebat dan perkebunan warga mengelilingi jalan ini yang membuatnya menjadi semakin sunyi dan gelap.
Aku menyalakan handphone dan segera memesan taksi online melalui aplikasi. Selesai memesan, niatnya aku mau duduk sejenak di kursi kayu milik tukang rokok yang sudah tutup. Tapi baru saja aku berbalik badan dan hendak duduk, tiba-tiba sorot lampu mobil dan suara klakson membuatku kaget. Saat menoleh, aku melihat sebuah mobil berhenti di dekatku. Saat aku lihat nomor di platnya, ternyata persis dengan taksi yang aku pesan.
“Andriansyah?” tanya seorang supir yang membuka kaca jendela.
“Iya, ini saya. Ini Kang Suherman?” Aku bertanya balik.
“Iya, A. Ayo naik.” Driver taksi online itu lantas mengajakku untuk masuk.
Aku segera membuka pintu belakang sambil bertanya-tanya. Kenapa cepat sekali mobil ini sampai. Bahkan tidak sampai satu menit! Aku tidak mendengar mobil ini mendekat dan tidak ada tanda-tanda kedatangannya, mendadak ada di belakangku. Tapi karena sudah lelah aku memutuskan untuk berpikir positif dan masuk ke mobil supaya bisa cepat sampai ke hotel.

Sumber: Tiktok
Suasana di mobil pun seperti mobil pada umumnya. Hanya saja si driver memang tidak banyak mengajak bicara. Baguslah, aku juga sedang tidak mau mengobrol. Mungkin aku akan tidur sejenak. Kusandarkan badanku di bangku mobil sambil melihat ke luar jendela. Kubiarkan sang driver melajukan mobil sesuai arahan dari aplikasi. Driver itu sendiri memakai kaos polo putih dan rambut yang cepak. Usianya mungkin sekitar 30 tahun.
“Kang, ini kok bau gosong ya? Ada yang kebakar?” tanyaku. Aku mulai ketakutan karena tercium bau terbakar dan gosong ditambah sedikit aroma bensin. Kadang mirip bau karet terbakar, bau besi sampai seperti bau singkong terbakar. Aneh, semua aroma itu bercampur. Tapi satu hal yang pasti, ada yang terbakar di dalam mobil ini.
“Kang! Kita berhenti dulu deh. Bahaya ini, barangkali ada apa yang terbakar,” ucapku yang panik.
“Aman, kok. Aman ini,” ucap si driver.
“Gak aman, Kang! Kalau meledak gimana?” Aku memprotes.
“Haha, enggak atuh. Aman!” jawabnya lagi. “Lagian udah pernah meledak, masa mau meledak lagi,” tambahnya.
Driver ini batu! Asli, setelah ini mungkin akan kuberi rating jelek. Dia tidak memikirkan kenyamanan penumpangnya. Mau bagaimana lagi. Si driver juga tampak santai menyetir. Yang bisa kulakukan adalah berdoa agar tak terjadi apa-apa di jalan. Mataku menatap ke luar jendela, melihat pohon-pohon yang sudah gelap.
Tut … Tut ….
Mendadak handphone-ku berbunyi. Aku segera mengambilnya, kulihat di layar ada nomor telepon tak dikenal memanggilku. Aku lantas mengangkatnya.
“Halo? Siapa ya?” tanyaku.
“Halo, Pak Andriansyah? Posisi di mana, Pak?” Orang dalam telepon itu bertanya balik.
“Lho? Saya udah di jalan pulang. Ini siapa ya?”
“Saya Suherman, Pak. Driver taksi online yang Bapak pesan tadi,” jawabnya.
“Hah?” Aku pun bingung. “Lho ini saya udah naik taksi online? Udah di jalan,” kataku menjelaskan.
“Sudah di jalan gimana sih, Pak? Ini saya aja baru sampe titik jemput,” ucapnya.
“Kok bisa?”
“Lho, bapak naik apa? Salah naik kali?” ucap driver dari dalam teleponku.
Aku pun kebingungan. Sesekali menatap ragu ke arah driver yang sedang mengantarku pulang ini. Sementara telepon masih tersambung. Apa aku salah naik taksi online ya? Karena penasaran aku langsung bertanya.
“Kang, maaf. Akang bener driver saya? Kok kayanya saya salah naik ya?” tanyaku ke driver yang sedang menyetir di depan.
“Iya, bener saya. Kenapa?”
“Ini, ada driver telepon saya ngakunya driver yang saya pesan. Kayanya bener deh, saya salah naik, Kang,” kataku menjelaskan.
“Enggak, enggak. Bener kok,” jawab si driver sambil fokus menyetir.
“Tapi kok beda ya, Kang? Yang bener nih?” Aku mulai bingung sekaligus takut. Mengingat driver ini sejak tadi bersikap aneh. Aku takut dia penjahat. “Soalnya driver yang saya pesan katanya baru sampe lokasi jemput.”
“Emang di foto ciri-ciri drivernya gimana?” tanya driver yang sedang mengantarku ini.
Aku membuka handphone dan kembali melihat driver yang aku pesan tadi. Ya, benar-benar berbeda dengan orang yang kini mengantarku. Aku sudah fix salah naik.
“Di foto sih orangnya ini rambutnya agak keriting dan kulitnya kecokelatan. Ada kumisnya juga. Begitu ciri-cirinya,” kataku mendeskripsikan ciri fisik driver di aplikasi ojek online-ku.
“Oh, bukan begini ya?” Driver yang sedang mengantarku mendadak menoleh ke belakang. Wajah driverku mendadak berubah menjadi menyeramkan. Wajahnya hancur dan penuh darah. Luka bakar di mana-mana dan banyak di antaranya sudah membusuk. Mata sebelah kirinya hampir keluar. Kaos polo putihnya juga kini menjadi merah seiring dengan darah yang mengalir dari kepala. Wajahnya benar-benar mengerikan tak berbentuk lagi.
“Aaaaaaa!!!” Aku berteriak sekeras mungkin melihat wujud driver taksi online yang aku yakin bukan manusia.
Bau bensin dan aroma terbakar semakin menyengat. Bahkan kini bercampur dengan amis darah. Sosok driver berwajah hancur itu membuka mulut dan menunjukkan gigi-giginya yang berantakan. “Hahahahahaha! Sesuai aplikasi ya,” ucapnya sambil mengeluarkan suara tawanya yang mengerikan.
Setelah itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Aku tidak sadarkan diri. Ya, pandanganku mendadak kabur dan aku pun pingsan di dalam mobil setan ini.

Sumber Gambar
Keesokan paginya aku terbangun. Tapi bukan di dalam mobil. Melainkan di dalam sebuah bangkai mobil yang sudah rusak dan gosong seperti bekas terbakar. Sang supir yang menyeramkan itu pun sudah meghilang. Aku bingung dan melihat sekitar. Segera kuambil barang-barangku. Kemudian dengan tubuh lemah aku keluar dari bangkai mobil ini. Dengan wajah pucat, aku mengingat kejadian semalam. Mobil yang aku naiki semalam berubah menjadi bangkai mobil yang kondisinya sudah mengenaskan.
Aku bingung, kenapa aku bisa tiba-tiba ada di dalam bangkai mobil bekas kecelakaan ini?
Tidak hanya satu, di sekitarku ada banyak bangkai-bangkai mobil lainnya yang sudah rusak parah. Ya, aku ada di tengah kuburan mobil bekas kecelakaan. Aku juga tidak mengerti kenapa aku tib-tiba ada di sini pada pagi hari. Segera aku berjalan cepat melewati semak dan ilalang yang sudah setinggi pinggang.
“Tolong!” teriakku.
Tak lama aku bertemu beberapa petugas yang bersedia menolongku. Mereka segera membawaku keluar dari lapangan yang jadi kuburan mobil ini. Aku di bawa ke pos dan diberikan minum. Setelah itum mulutku tidak tahan ingin menceritakan bagaimana aku tiba-tiba ada di lokasi ini. Para petugas saling tatap saat mendengar ceritaku.
“Kang, ini kuburan kendaraan. Biasanya kalau ada bangkai kendaraan yang kecelakaan suka di bawak ke sini,” ucap mereka menjelaskan.
“Terus mobil itu?” tanyaku.
“Mobil yang Akang maksud? Akang yakin tadi tiba-tiba bangun di dalem mobil itu?” Si petugas meyakinkan lagi. Aku hanya mengangguk mengiyakan.
“Itu mobil dulu sempat kecelakaan masuk jurang. Belum sampai dievakuasi, mobil itu meledak dan seorang supir taksi online yang ada di dalam mobil itu mati di tempat. Hangus terbakar sama mobil-mobilnya,” tutur petugas menceritakan.
Aku bergidik mendengar cerita dari petugas itu. Jadi semalam itu aku naik mobil setan yang gentayangan di jalan-jalan Cianjur. Dan pagi ini, aku terbangun dari pingsan di mobil yang sama. Akan tetapi bentuknya sudah tidak sama. Ini bentuk yang sesungguhnya. Usai merasa sudah baikan dan sudah mengisi perut dengan sarapan, aku pamit ke para petugas dan memutuskan pulang ke Jakarta saat itu juga. Pengalaman ini menjadi trauma tersendiri bagiku, terutama jika pulang malam sendirian.
Tamat

Quote:
Jangan lupa kasih cendol dan komentar gan!










gembogspeed dan 11 lainnya memberi reputasi
12
858
17


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan