Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anasaufarazi810Avatar border
TS
anasaufarazi810
Juru Ketik Sakti
Aku penulis, namaku Bernhardina, harini kami biasa kumpul untuk menyambut anggota penulis baru. Sebut saja kelompok narsis yang nyaris narsistik, jelas saja itu karena kami bangga menjadi senior. Senior penulis! Wala!

Aku duduk ke samping Ancelsaca dan samping badannya yang lumayan untuk monyet magang, ketahuilah kami menamakan anggota penulis baru dengan sebutan monkees, ya itulah kenapa kami begitu narsis yang nyaris narsistik.

“Hola!” Alpina ketua kami, ia berjanggut layaknya Nigera asli, dan aku yakin sepatunya tidak pernah ganti kecuali celana dalamnya. “Ada anggota baru. Gestelik akan menyambut orang itu.”

Ia datang memasuki ruangan kami. Aku tahu bajunya jeans gombroh dengan topi sombrero. Aku yakin ia baru saja beli di Tanah Abang.

“Sebagai penulis baru! Apa yang harus kau lakukan!” Alpina bertanya dengan suara keras. Badannya naik ke atas meja. Dan oke aku biasa saja.

“Sekarang ketik lima ratus kata! Hanya dalam dua puluh detik!” perintah Gestelik.

Cih! Tolol! Umpat kucingnya dari yang kubaca melalui matanya.

“Oke! Apa pun untuk kalian!” penulis baru itu dengan cepat menulis dengan mesin ketik, semua telunjuknya seperti kerasukan. Ia tak melihat pisang di atas bibir Alpina sudah habis ke dalam gigi baunya.

“Aku mau kau naik ke sini!” perintah Alpina.

Dan sebagai penulis yang memang harus kami ambil uangnya.

Ia berdiri juga di atas meja kantor. “Aku penulis yang akan menari dan menghibur senior!”

Ia sudah keluar kamar ganti dan berdansa sendirian dalam pakaian ayam jago besar di atas meja kantor Alpina.

“Suatu kebanggaan!” Alpina mengguncang tangan penulis baru itu. “Kau kami terima dan tunjukan kau penulis narsis layaknya kami.”

Besoknya penulis baru itu mengetik 1000 kalimat hanya dalam sepuluh detik, kami terkesima karena kami tahu ia mengeluarkan lampu ajaib dan jin jinak itu membantunya.

Walhasil menulis cepat selesai hanya dengan lampu yang ia curi dari toko kelontong, kami esoknya melihat Alpina menodong pisang ke dahi penulis baru itu, mengancamnya, bahwa jika ia tidak berbaju monyet maka mesin ketiknya akan kami tukar dengan satu lusin pisang matang di pasar.

Penulis baru itu menulis lagi, dan aku sendiri melukis pisang kemudian menempelkan gambar besar itu di pintu masuk kantor, bahwa kami semua penulis senior yang hanya menginginkan uang untuk selusin pisang.


End

bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
28
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan