Putus asa dan frustasi menghinggapi suasana hati Djoko hari-hari ini, sebagai calon kepala desa yang paling tidak diunggulkan dalam Pilkades tahun depan ia sudah gemetaran duluan memikirkan nasibnya...
Saingannya ada Mat Andi pengusaha rumah makan serta toko kelontong, pak Harto kepala desa sekarang dan Lukman Haris seorang pemuda cerdas pemilik perusahaan besar yang berdiri di kampung Muara Baru tersebut. Hampir kebanyakan penduduk Muara Baru kerja disitu, dialah kandidat terkuat pemenang pemilihan kepala desa tahun depan itu.
Quote:
Apa daya seorang Djoko, dirinya hanyalah tukang kayu biasa. Namun sebenarnya karena dinilai sebagai orang paling tua dan dihormati di kampung Muara Baru maka banyak pula warga yang support kakek 75 tahun tersebut.
"Itu semua tidak cukup!"
Pikir Djoko dalam hati merendahkan banyaknya dukungan masyarakat kepadanya, semuanya bakal dikalahkan dengan uang maupun popularitas. Djoko memikirkan strategi jitu agar dirinya bisa memenangkan kontes pemilu ini. Berhari-hari mikir namun nggak ada hasilnya.
Sore hari waktu Muara Baru,...
"Hmmmm,...wangi amat nih nok Saodah goreng ikan asin?" Pikir Djoko sambil pegang perut yang tiba-tiba jadi lapar, otaknya jadi cerdas saat perutnya keroncongan!
"Ahay, gimana saya coba nyari ilmu di gunung Kemukus saja yah, disana katanya manjur buat jalan pesugihan menjadi orang kaya, penglaris dan juga penambah wibawa agar bisa dikagumi banyak orang?"
"Harus saya coba agar bisa menang nih!" Ujarnya pada diri sendiri kegirangan.
Quote:
Perjalanan jauh dari kampungnya sampai gunung Kemukus pun tak jadi soal buat Djoko, segala perlengkapan telah ia bawa. Sampai ditempat berbagai ritual Djoko lakukan sampai yang belum tinggal pada tahap ritual akhir yaitu ritual bersenggama setelah mandi kembang.
Keadaan di wilayah gunung Kemukus terutama di sekitaran Sendang Ontrowulan ramai sekali dikunjungi para peziarah dengan berbagai alasan dan keinginan yang berbeda-beda, dalam hal ini (maksudnya berhubungan badan) ada syarat tersendiri yaitu tidak boleh memakai jasa dari pasangan mereka sendiri alias artinya harus berselingkuh.
Nah itu yang bikin Djoko pusing, berjalan ke sana kemari tetap saja nggak ada wanita yang bisa ia ajak kenalan dan menyalurkan hasrat seks bersama (maksudnya mengugurkan ritual terakhir syarat untuk mendapatkan ilmu kewibawaan).
Umurnya yang sudah lanjut usia mungkin menjadi penentu, mana mau seorang wanita bergumul dengannya yang sudah keriput itu,...
"Sial, sudah sampai disini dan melakukan berbagai ritual tapi yang terakhir tidah bisa saya penuhi." Terlihat wajah djoko duduk sendirian di sebuah jembatan sungai gunung Kemukus, hujan rintik-rintik sore hari itu menambah gundah gulana suasana hati Djoko.
Seorang gadis kecil lewat...
Djoko yang frustasi coba mengoda gadis tersebut,
"Nok, mau kemana"
"Biasa kek, kerja!" Gadis itu menjawab dan bertanya: "kakek, sedang apa disini?"
"Ini nok, saya lagi nyari-nyari pasangan buat bersenggama untuk meluluskan ritual tapi nggak dapat!"
"Sama saya saja, saya juga bisa"
Jreeeeng...
Djoko kaget luar biasa, gadis sepantaran anak SMP kok tiba-tiba ngomong gitu, "nggak ah nok, kamu masih kecil. Nggak boleh berbuat seperti itu!"
Djoko yang pada dasarnya orang baik dan melakukan itu pun terpaksa karena keinginan dan hasratnya menjadi kepala desa muara baru sudah menggebu-gebu, ajakan gadis itu ditolaknya dengan tegas.
"Ah, kakek. Badan aku aja yang kecil, aku sudah berumur 20 tahun kok!"
"Yang bener?" Mata Djoko terbelalak,
"Bener kek!"
Quote:
Cari losmen penginapan terdekat, melihat terus menerus gadis mungil itu Djoko tak kuasa menahan hasratnya. Bayang-bayang indahnya menjadi kepala desa di Muara Baru kini musnah sudah berganti dengan nafsu birahi yang bergemuruh dalam dada, bahkan Djoko nggak mikirin lagi bahwa itu bagian dari ritual sedikitpun!
"Celup, celup, celup, celup, celup" asyik masyuk sampai pagi tak terasa, Djoko pun ketiduran di pelukan gadis tersebut hingga pagi.
Cuit, cit, cuit, cit, cit, cit
Suara burung membangunkan Djoko di pagi itu, dari semalam diluar masih gerimis....
"Lho kok Ani sudah nggak ada, kan saya belum bayar dia?" Kakek Djoko merasa keheranan, dibawanya rasa penasaran itu ke meja resepsionis losmen sambil membayarkan sewa semalam,
"Terima kasih pak, bapak sendirian saja nih tidur di kamar?" Ujar pelayan wanita disampingnya,...
Djoko makin gelagapan: "oh, ini, itu, oh iya mbak!" Keluar dari losmen tersebut dengan muka penuh tanda tanya...
Quote:
Di jembatan sungai sungai tempat kemarin dirinya bertemu dan berkenalan dengan Ani si gadis mungil itu, Djoko masih duduk dan termenung. Hatinya yang lugu masih mengharap bertemu untuk memberikan uang jasa karena pelayanan yang luar biasa dari gadis tersebut,
Daerah pegunungan di pagi hari yang tampak sepi, dari jembatan dilihatnya oleh Djoko seorang bapak renta seumurannya yang sedang menaburkan bunga ke sebuah kuburan kecil.
Di hawa pagi yang masih tidak ada orang itu djoko terbesit keinginan menemani bapak renta tersebut menaburkan bunga, lagian Ani yang ia tunggu nggak datang-datang juga,...
"Kek, boleh ikut menemani!"
"Oh iya, silahkan pak."
Mereka pun berkenalan dan Djoko pun tanpa sungkan-sungkan menceritakan niatnya yang ingin jadi kepala desa ke pak tua tersebut,
"Sudah dapat wanitanya nggak pak, kesana saja!" pak tua itu menunjukkan arah tepat ditempat losmen yang Djoko tadi malam menginap.
"Bisa dijadikan untuk menjalani ritual, tapi nggak bisa milih yang bagus-bagus pak. Wanita yang biasa mangkal disana sudah tua-tua sekitar umuran 30 tahun keatas!'
Djoko langsung terperanjat, "nggak ada yang lebih muda pak?" Tanya joko menetralisir keadaan,
"Nggak ada, kamu cari-cari sampai kapanpun juga nggak bakalan ada!".
Quote:
Hari sudah beranjak siang, kakek Djoko yang perutnya mulai keroncong pun meninggalkan kakek tua itu,
"Terima kasih ya pak, sudah mau ngobrol dan berkenalan dengan saya dan juga rujukannya tentang tempat wanita yang bisa digunakan untuk ritual, saya mau ke warung dulu!"
Kakek tua: "oh, iya! Sama-sama pak, terima kasih juga telah menemani saya berziarah ke makan cucu saya."
Djoko: "oh, ini makam cucu bapak yah?"
"Iya, ini makam Ani cucuku!"
Mata djoko langsung berkunang-kunang.
