- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Rebutan Anak Sama Kuntilanak Jahat - KUNCEN
TS
nofivinovie
Rebutan Anak Sama Kuntilanak Jahat - KUNCEN
sumber: foto
Cerita horor kali ini ane ambil dari kerabat dekat juga.
Masih di latar tahun 90an. Bedanya kali ini akhir 90an. Tempatnya di sebuah desa yang lumayan terpencil.
Pada masa itu listrik masuk desa masih sangat terbatas.
Quote:
Sebut saja wanita ini bernama Rumi dan nama suaminya Alip. Pasangan muda dan akan segera memiliki anak. Kandungan Rumi sudah 9 bulan. Sebentar lagi diperkirakan melahirkan.
Alip mengajak Rumi ke rumah orang tuanya dan berharap istrinya melahirkan di sana. Rumi mau saja. Dia ikut apa yang diinginkan Alip dan coba untuk menenangkan hati karena harus pisah dari orang tuanya sendiri. Apalagi ini dia mau punya anak yang pertama.
Hingga hari itu tiba saat perutnya berasa mulas terus-menerus.
Di desa sang suami juga sama seperti di daerah Rumi, masih percaya dengan dukun bayi. Jadi di saat perut Rumi mulai mulas berkelanjutan, para tetangga menyarankan untuk segera memanggil dukun. Rumi disuruh menunggu di kamar. Orang tua suaminya segera menyiapkan perlengkapan bayi.
Rumi berbaring di ranjang sambil terus menahan mulas.
Wanita itu meringis dan menangis tertahan tanpa tahu cara mengurangi rasa sakitnya. Tidak lama, suaminya mendekat untuk berusaha membuat si istri sedikit tenang. Namun, istrinya tidak segera tenang.
"Alip, tungguin istrimu dulu, Ibu mau ke rumah Si Mbah!"
"Ya, Bu," jawab Alip yang mulai gemetar melihat istrinya.
Alip tidak tahu harus bagaimana. Dia sendiri tak tahu apa yang membuat istrinya tidak menangis kesakitan. Dia hanya bisa mengelus perut si istri.
"Oh, iya, ambil bawang merah dan taruh di setiap pojokan!"
"Ya, Bu."
"Jangan boleh ada yang masuk sebelum dukun datang!"
Alip mengangguk dan membiarkan ibunya pergi dari ruangan itu. Dia pun segera menuju ke dapur untuk menyiapkan bawang merah untuk ditaruh di sudut-sudut kamarnya. Dia tidak tahu gunanya apa.
Beberapa menit kemudian, Alip kembali ke kamar dengan beberapa bawang merah yang siap untuk diletakkan di sudut-sudutnya. Namun, dia kaget karena ternyata di dalam kamarnya ada Si Mbah. Wanita tua yang bibirnya merah akibat menguyah kapur sirih itu pun kaget melihat Alip.
"Jangan ke sini! Tunggu di luar! Istrimu gak boleh ditungguin!"
Alip ingat pesan sang ibu. Dia tidak berpikir lebih jauh. Segera saja dia menyingkir. Dia berharap Si Mbah bisa segera menolong istrinya. Dia sangat tidak sabar melihat anaknya lahir.
Alip keluar kamar dan menuju ruang depan yang ramai.
Tetangga kanan kiri Alip memang sengaja hadir untuk memberikan dukungan. Sudah jadi sebuah kebiasaan, di saat ada warga yang akan lahiran, tetangga ikut datang. Mereka seperti berjaga di sana.
Tidak lama mereka mendengar teriakan Rumi di kamar.
Teriakan disertai suara tangis keras. Dia seperti kesakitan. Semua orang yang mendengar suara tangis Rumi merasa was-was sekaligus berharap anak wanita itu segera lahir.
Namun, suara tangisan Rumi terus terdengar dari kamarnya.
Sudah begitu juga sepertinya wanita itu meminta tolong.
Hal itu sontak membuat Alip makin khawatir dan memutuskan untuk masuk. Namun, suara dukun bayi dari dalam melarangnya untuk masuk kamar karena bisa mengganggu. Langkah Alip langsung berhenti.
Namun, Rumi di dalam sana terus menangis dan meraung-raung.
Si Mbah sekali lagi meyakinkan Alip bahwa sang istri tidak boleh diganggu oleh siapa pun. Walau khawatir, Alip menurut saja. Dia kembali ke arah ruang depan dan terkejut saat melihat seseorang datang bersama ibunya. Dukun bayi itu datang ke situ bersama ibunya.
"Bu, bukannya Si Mbah sudah datang dari tadi ke sini?"
Semua orang ikut terkejut melihat kedatangan Si Dukun.
"Tidak bisa dibiarkan!" seru wanita tua yang tadi datang bersama ibu Alip itu sambil tergesa untuk masuk ke kamar di mana Rumi berada. Alip dan semua yang ada segera membututi wanita itu ke kamar. Lantas mereka semua ternganga. Darah tampak berceceran di lantai dan tempat tidur.
"Beraninya kamu menggangguku!" seru sosok di dekan Rumi yang mukanya penuh cipratan darah segar.
Di tangan wanita itu tampak bayi merah. Rumi di ranjang. Wanita itu sepertinya tidak sadarkan diri dan tampak lemah. Sosok yang tadi dikira dukun bayi itu pelan-pelan berubah menjadi kuntilanak.
Dia terbang membawa bayi Rumi. Tawanya juga teedengar. Melengking cumiakkan telinga dan membuat merinding orang yang mendengarnya.
Kuntilanak itu ditahan dengan sebuah mantra Si Mbah.
Kuntilanak itu hanya terbang berputar-putar dan tidak berhasil kabur. Tawanya makin melengking. Bau anyir makin santer tercium oleh semua yang ada di sana.
"Bawang merah cepetan!" teriak Si Mbah ke ibu Alip.
Alip yang tadi memang sudah menyiapkan benda itu segera mengeluarkannya dari kantung celana panjangnya.
Si Mbah berkomat-kamit dan melempari bawang merah.
Segala penjuru dilempari bawang merah dan dia berhasil membuat kuntilanak itu terjatuh. Bayi di tangan makhluk menyerah itu segera diambil Si Mbah. Setelah itu Si Mbah kembali membacakan mantra.
Kuntilanak pun menghilang dengan suara tangis menyayat.
Rumi yang pingsan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Untung saja nyawa Rumi selamat. Padahal darah yang keluar banyak. Untuk itu Rumi disarankan di rumah sakit dulu sampai pulih. Keluarga pun tak keberatan demi keseharian wanita itu.
Alip mengajak Rumi ke rumah orang tuanya dan berharap istrinya melahirkan di sana. Rumi mau saja. Dia ikut apa yang diinginkan Alip dan coba untuk menenangkan hati karena harus pisah dari orang tuanya sendiri. Apalagi ini dia mau punya anak yang pertama.
Hingga hari itu tiba saat perutnya berasa mulas terus-menerus.
Di desa sang suami juga sama seperti di daerah Rumi, masih percaya dengan dukun bayi. Jadi di saat perut Rumi mulai mulas berkelanjutan, para tetangga menyarankan untuk segera memanggil dukun. Rumi disuruh menunggu di kamar. Orang tua suaminya segera menyiapkan perlengkapan bayi.
Rumi berbaring di ranjang sambil terus menahan mulas.
Wanita itu meringis dan menangis tertahan tanpa tahu cara mengurangi rasa sakitnya. Tidak lama, suaminya mendekat untuk berusaha membuat si istri sedikit tenang. Namun, istrinya tidak segera tenang.
"Alip, tungguin istrimu dulu, Ibu mau ke rumah Si Mbah!"
"Ya, Bu," jawab Alip yang mulai gemetar melihat istrinya.
Alip tidak tahu harus bagaimana. Dia sendiri tak tahu apa yang membuat istrinya tidak menangis kesakitan. Dia hanya bisa mengelus perut si istri.
"Oh, iya, ambil bawang merah dan taruh di setiap pojokan!"
"Ya, Bu."
"Jangan boleh ada yang masuk sebelum dukun datang!"
Alip mengangguk dan membiarkan ibunya pergi dari ruangan itu. Dia pun segera menuju ke dapur untuk menyiapkan bawang merah untuk ditaruh di sudut-sudut kamarnya. Dia tidak tahu gunanya apa.
Beberapa menit kemudian, Alip kembali ke kamar dengan beberapa bawang merah yang siap untuk diletakkan di sudut-sudutnya. Namun, dia kaget karena ternyata di dalam kamarnya ada Si Mbah. Wanita tua yang bibirnya merah akibat menguyah kapur sirih itu pun kaget melihat Alip.
"Jangan ke sini! Tunggu di luar! Istrimu gak boleh ditungguin!"
Alip ingat pesan sang ibu. Dia tidak berpikir lebih jauh. Segera saja dia menyingkir. Dia berharap Si Mbah bisa segera menolong istrinya. Dia sangat tidak sabar melihat anaknya lahir.
Alip keluar kamar dan menuju ruang depan yang ramai.
Tetangga kanan kiri Alip memang sengaja hadir untuk memberikan dukungan. Sudah jadi sebuah kebiasaan, di saat ada warga yang akan lahiran, tetangga ikut datang. Mereka seperti berjaga di sana.
Tidak lama mereka mendengar teriakan Rumi di kamar.
Teriakan disertai suara tangis keras. Dia seperti kesakitan. Semua orang yang mendengar suara tangis Rumi merasa was-was sekaligus berharap anak wanita itu segera lahir.
Namun, suara tangisan Rumi terus terdengar dari kamarnya.
Sudah begitu juga sepertinya wanita itu meminta tolong.
Hal itu sontak membuat Alip makin khawatir dan memutuskan untuk masuk. Namun, suara dukun bayi dari dalam melarangnya untuk masuk kamar karena bisa mengganggu. Langkah Alip langsung berhenti.
Namun, Rumi di dalam sana terus menangis dan meraung-raung.
Si Mbah sekali lagi meyakinkan Alip bahwa sang istri tidak boleh diganggu oleh siapa pun. Walau khawatir, Alip menurut saja. Dia kembali ke arah ruang depan dan terkejut saat melihat seseorang datang bersama ibunya. Dukun bayi itu datang ke situ bersama ibunya.
"Bu, bukannya Si Mbah sudah datang dari tadi ke sini?"
Semua orang ikut terkejut melihat kedatangan Si Dukun.
"Tidak bisa dibiarkan!" seru wanita tua yang tadi datang bersama ibu Alip itu sambil tergesa untuk masuk ke kamar di mana Rumi berada. Alip dan semua yang ada segera membututi wanita itu ke kamar. Lantas mereka semua ternganga. Darah tampak berceceran di lantai dan tempat tidur.
"Beraninya kamu menggangguku!" seru sosok di dekan Rumi yang mukanya penuh cipratan darah segar.
Di tangan wanita itu tampak bayi merah. Rumi di ranjang. Wanita itu sepertinya tidak sadarkan diri dan tampak lemah. Sosok yang tadi dikira dukun bayi itu pelan-pelan berubah menjadi kuntilanak.
Dia terbang membawa bayi Rumi. Tawanya juga teedengar. Melengking cumiakkan telinga dan membuat merinding orang yang mendengarnya.
Kuntilanak itu ditahan dengan sebuah mantra Si Mbah.
Kuntilanak itu hanya terbang berputar-putar dan tidak berhasil kabur. Tawanya makin melengking. Bau anyir makin santer tercium oleh semua yang ada di sana.
"Bawang merah cepetan!" teriak Si Mbah ke ibu Alip.
Alip yang tadi memang sudah menyiapkan benda itu segera mengeluarkannya dari kantung celana panjangnya.
Si Mbah berkomat-kamit dan melempari bawang merah.
Segala penjuru dilempari bawang merah dan dia berhasil membuat kuntilanak itu terjatuh. Bayi di tangan makhluk menyerah itu segera diambil Si Mbah. Setelah itu Si Mbah kembali membacakan mantra.
Kuntilanak pun menghilang dengan suara tangis menyayat.
Rumi yang pingsan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Untung saja nyawa Rumi selamat. Padahal darah yang keluar banyak. Untuk itu Rumi disarankan di rumah sakit dulu sampai pulih. Keluarga pun tak keberatan demi keseharian wanita itu.
Semua percakapan dilakukan dengan dialek asli ngapak.
Hanya saja ane menggantinya Bahasa Indonesia, GanSis.
Cerita asli dari saudara di sebuah desa di Jawa Tengah.
Diubah oleh nofivinovie 14-09-2023 16:56
spaghettimi dan 2 lainnya memberi reputasi
3
39
Kutip
0
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan