- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Teman Nongkrong - KUNCEN
TS
blasakana
Teman Nongkrong - KUNCEN
Quote:
Kegiatan nongkrong sudah menjadi hal yang biasa bagi anak SMA, hampir setiap hari kalo menyempatkan diri untuk nongkrong, entah itu di sekolah, di mall atau di rumah salah satu teman.
“mau langsung pada balik?”, tanya seorang temanku
“ga tau, emang mau pada kemana?”, tanya yang lain
“ke rumah gua aja, sekalian ngerjain tugas. Kalo sendiri males ngejainnya”, sahut yang lain
Dan tak perlu waktu lama yang lain pun menyetujui untuk nongkrong di rumah salah satu teman kami.
“boncengannya mau cowo-cowo apa cowo cewe nih?”, tanya salah satu temanku
“cowo-cowo, cewe-cewe lah, enak aja lu”, sahut teman perempuanku
“nge gas terus”, kata yang lain
“gua tau isi otak lu pada”, sahut teman perempuanku yang lain
Akhirnya kamipun berangkat. Setibanya di sana hari sudah cukup sore, kamipun di persilahkan masuk oleh orang tua teman kami, Ketika sedang memarkir motor ku lihat M hanya diam duduk di motornya sambil melihat sekeliling rumah ini, dan seperti biasa setelah melakukan itu dia melihat ke arahku sambil tersenyum.
Setelah meletakkan tas di ruang tamu, kami pun langsung membuka buku tugas dan mulai mengerjakannya. Selesai magrib kamipun rampung menyelesaikan tugas kami.
“pada makan dulu yuk”, kata yang punya rumah
Kamipun dengan semangat merapihkan buku dan berjalan mengikuti yang punya rumah.
“pada ambil piring dah sono, kalo kurang nasinya nanti tinggal bilang aja”, kata yang punya rumah
Kamipun langsung mengambil piring masing-masing, mengantri mengambil lauk dan nasi, setelah itu kami duduk melingkar dan mulai makan.
“abis makan jangan lupa pada shalat dulu, terus yang cewe abis shalat langsung balik aja, udah malem soalnya”, kata M
“siap pak ustad”, kata yang lain serempak
Aku melirik ke arah M sejenak lalu melanjutkan makan ku.
Selesai makan kami pun merapihkan piring dan yang lainnya, setelah itu melakukan apa yang di katakan oleh M.
Tinggal lah para cowo di rumah ini.
“maen ps yuk lah”, kata yang punya rumah
Kamipun langsung mengiyakan.
Kamipun melakukan hompimpa dah suit untuk menentukan siapa lawan siapa di game bola ini, M yang mendapatkan giliran ke tiga memilih untuk diam di teras depan rumah.
Suasana pun mulai riuh karena gol dan yang lain-lain, tak terasa waktu berlalu dan jam menunjukan pukul set 10 malam. Kamipun memilih untuk nongkrong di teras, oh iya teras rumah temanku ini parkirannya tidak ada genteng atau kanopinya jadi kita bisa langsung melihat ke atas langit. M berdiri tepat di depan kami, dia sedang bersandar di salah satu tiang, sedangkan kami sedang duduk di lantai.
Kami ngobrol ngalor ngidul membahas hal yang tidak penting, tak jarang tawa kami tidak bisa di kontrol sehingga beberapa kali M mengingatkan.
“mau pada ngendong apa balik?”, tanya yang punya rumah
“balik sih, iya ni balik palingan”, kata kami bersahutan
Akupun kedalam untuk mengambil beberapa cemilan dan minum yang ada di ruang tamu, ku lihat M sedang menatap ke atas, mungkin dia sedang menikmati pemandangan di langit malam ini, pikirku.
Akupun meletakkan minuman dan cemilan yang tadi ku bawa dan berdiri di samping M.
“ngitung Bintang lu?”, tanyaku
“ga”, katanya
“asik amat kayanya”, kataku sambil melihat ke atas
Dengan cepat M meremas pundakku, tidak keras tapi itu membuatku menahan apa yang ingin ku ucapkan.
Ternyata dari tadi M bukan melihat Bintang, tapi melihat sesosok yang sedang duduk di genteng tepat di atas kami.
Tubuhnya seukuran orang dewasa, aku tidak bisa memutuskan itu Perempuan atau laki-laki, dia duduk menggunakan pakaian putih, posisi duduknya membelakangi kami. Aku mencoba untuk melepaskan pandanganku sosok ini tapi kepalaku terasa berat untuk di gerakkan.
Sekali lagi M meremas pundakku tapi kali ini agak keras sehingga aku mengaduh dan membuat obrolan berhenti.
“kenapa lu?”, tanya salah satu temanku
“nyamuk”, kataku
“kirain apaan”, kata yang punya rumah.
Akupun langsung masuk rumah dan mencuci muka, mencoba untuk menenangkan diri. Setelah kurasa sedikit lebih tenang akupun Kembali berjalan kea rah teras, kulihat M sudah berdiri dengan yang lain dan menghadap kea rah yang sama dengan reaksi yang sama. Akupun menengok ke sekeliling ruang tamu, yang punya rumah sedang berada di kamarnya merapihkan buku dan tas miliknya, aku berjalan cepat ke teras.
“balik”, kataku
Yang lain melihat ke arahku dan mengangguk sedangkan M masih melihat kea rah yang sama.
Akhirnya kamipun berpamitan untuk pulang, M pun berkata kalua dia akan mengantar kami sampai rumah masing-masing barulah dia pulang ke rumahnya. Karena arah rumah ku dan M sama sehingga membuat diriku menjadi orang terakhir yang di antar oleh M, setibanya di rumah akupun langsung merebahkan diriku di Kasur, ku pasang earphone dan ku dengarkan lagu untuk menghilangkan perasaan takut yang ku rasakan.
“mau langsung pada balik?”, tanya seorang temanku
“ga tau, emang mau pada kemana?”, tanya yang lain
“ke rumah gua aja, sekalian ngerjain tugas. Kalo sendiri males ngejainnya”, sahut yang lain
Dan tak perlu waktu lama yang lain pun menyetujui untuk nongkrong di rumah salah satu teman kami.
“boncengannya mau cowo-cowo apa cowo cewe nih?”, tanya salah satu temanku
“cowo-cowo, cewe-cewe lah, enak aja lu”, sahut teman perempuanku
“nge gas terus”, kata yang lain
“gua tau isi otak lu pada”, sahut teman perempuanku yang lain
Akhirnya kamipun berangkat. Setibanya di sana hari sudah cukup sore, kamipun di persilahkan masuk oleh orang tua teman kami, Ketika sedang memarkir motor ku lihat M hanya diam duduk di motornya sambil melihat sekeliling rumah ini, dan seperti biasa setelah melakukan itu dia melihat ke arahku sambil tersenyum.
Setelah meletakkan tas di ruang tamu, kami pun langsung membuka buku tugas dan mulai mengerjakannya. Selesai magrib kamipun rampung menyelesaikan tugas kami.
“pada makan dulu yuk”, kata yang punya rumah
Kamipun dengan semangat merapihkan buku dan berjalan mengikuti yang punya rumah.
“pada ambil piring dah sono, kalo kurang nasinya nanti tinggal bilang aja”, kata yang punya rumah
Kamipun langsung mengambil piring masing-masing, mengantri mengambil lauk dan nasi, setelah itu kami duduk melingkar dan mulai makan.
“abis makan jangan lupa pada shalat dulu, terus yang cewe abis shalat langsung balik aja, udah malem soalnya”, kata M
“siap pak ustad”, kata yang lain serempak
Aku melirik ke arah M sejenak lalu melanjutkan makan ku.
Selesai makan kami pun merapihkan piring dan yang lainnya, setelah itu melakukan apa yang di katakan oleh M.
Tinggal lah para cowo di rumah ini.
“maen ps yuk lah”, kata yang punya rumah
Kamipun langsung mengiyakan.
Kamipun melakukan hompimpa dah suit untuk menentukan siapa lawan siapa di game bola ini, M yang mendapatkan giliran ke tiga memilih untuk diam di teras depan rumah.
Suasana pun mulai riuh karena gol dan yang lain-lain, tak terasa waktu berlalu dan jam menunjukan pukul set 10 malam. Kamipun memilih untuk nongkrong di teras, oh iya teras rumah temanku ini parkirannya tidak ada genteng atau kanopinya jadi kita bisa langsung melihat ke atas langit. M berdiri tepat di depan kami, dia sedang bersandar di salah satu tiang, sedangkan kami sedang duduk di lantai.
Kami ngobrol ngalor ngidul membahas hal yang tidak penting, tak jarang tawa kami tidak bisa di kontrol sehingga beberapa kali M mengingatkan.
“mau pada ngendong apa balik?”, tanya yang punya rumah
“balik sih, iya ni balik palingan”, kata kami bersahutan
Akupun kedalam untuk mengambil beberapa cemilan dan minum yang ada di ruang tamu, ku lihat M sedang menatap ke atas, mungkin dia sedang menikmati pemandangan di langit malam ini, pikirku.
Akupun meletakkan minuman dan cemilan yang tadi ku bawa dan berdiri di samping M.
“ngitung Bintang lu?”, tanyaku
“ga”, katanya
“asik amat kayanya”, kataku sambil melihat ke atas
Dengan cepat M meremas pundakku, tidak keras tapi itu membuatku menahan apa yang ingin ku ucapkan.
Ternyata dari tadi M bukan melihat Bintang, tapi melihat sesosok yang sedang duduk di genteng tepat di atas kami.
Tubuhnya seukuran orang dewasa, aku tidak bisa memutuskan itu Perempuan atau laki-laki, dia duduk menggunakan pakaian putih, posisi duduknya membelakangi kami. Aku mencoba untuk melepaskan pandanganku sosok ini tapi kepalaku terasa berat untuk di gerakkan.
Sekali lagi M meremas pundakku tapi kali ini agak keras sehingga aku mengaduh dan membuat obrolan berhenti.
“kenapa lu?”, tanya salah satu temanku
“nyamuk”, kataku
“kirain apaan”, kata yang punya rumah.
Akupun langsung masuk rumah dan mencuci muka, mencoba untuk menenangkan diri. Setelah kurasa sedikit lebih tenang akupun Kembali berjalan kea rah teras, kulihat M sudah berdiri dengan yang lain dan menghadap kea rah yang sama dengan reaksi yang sama. Akupun menengok ke sekeliling ruang tamu, yang punya rumah sedang berada di kamarnya merapihkan buku dan tas miliknya, aku berjalan cepat ke teras.
“balik”, kataku
Yang lain melihat ke arahku dan mengangguk sedangkan M masih melihat kea rah yang sama.
Akhirnya kamipun berpamitan untuk pulang, M pun berkata kalua dia akan mengantar kami sampai rumah masing-masing barulah dia pulang ke rumahnya. Karena arah rumah ku dan M sama sehingga membuat diriku menjadi orang terakhir yang di antar oleh M, setibanya di rumah akupun langsung merebahkan diriku di Kasur, ku pasang earphone dan ku dengarkan lagu untuk menghilangkan perasaan takut yang ku rasakan.
bukhorigan dan azhuramasda memberi reputasi
2
92
Kutip
0
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan