- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Pendapat Para Pakar Komunikasi soal Usul Semua Capres Muncul di Azan TV


TS
Novena.Lizi
Pendapat Para Pakar Komunikasi soal Usul Semua Capres Muncul di Azan TV
Pendapat Para Pakar Komunikasi soal Usul Semua Capres Muncul di Azan TV
Eva Safitri - detikNews
Selasa, 12 Sep 2023 16:50 WIB

Ilustrasi TV (Foto: Getty Images/iStockphoto/shaunl)
Jakarta - Para pakar komunikasi memberikan pandangan soal usulan Politikus PSI Ade Armando agar bakal capres Prabowo Subianto dan Anies Baswedan ikut juga muncul di azan TV seperti Ganjar Pranowo. Ada yang mengkritik, tapi ada juga yang bicara konsistensi aturan tayangan azan di TV.
Salah satunya, komunikolog Universitas Hasanuddin Hasrullah yang menilai aksi capres di azan TV itu melanggar aturan. Dengan begitu, harus dihentikan bukan malah mendorong agar semua capres ikut tampil.
"Sebagai komunikolog, kami tidak setuju. Ini kan tidak konsisten. Posisi kami di Asosiasi Komunikolog sangat jelas: kalau azan seperti itu melanggar aturan, ya harus dihentikan. Jangan malah menganjurkan agar Prabowo dan Anies dibuat tampil dalam siaran azan. Itu kan tidak logis pemikirannya. Apakah sesuatu yang melanggar kalau dibuat untuk rame-rame dianggap tidak lagi melanggar?" kata Hasrullah dalam keterangannya, Selasa (12/9/2023).
Sementara Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Suko Widodo lebih menyerahkan persoalan itu ke Bawaslu dan KPI. Dia juga bicara pentingnya konsistensi pemahaman terkait munculnya wajah seseorang di azan TV.
"Sekarang tinggal Bawaslu & KPI membuat keputusan. Kan ini terkait dengan P3SPS Komisi Penyiaran Indonesia, mungkin pasal 58 ayat 5, bahwa siaran azan tidak boleh disisipi iklan. Masalahnya apakah wajah Ganjar dalam siaran azan itu merupakan iklan? Menurut kami tidak demikian," ujarnya.
"Kalau ya, maka seluruh wajah dalam semua tayangan azan adalah iklan. Ganjar kan saat ini sama dengan warga negara biasa. Kalau kita konsisten maka seluruh azan tidak boleh ada wajah orang. Cukup suara dan visualisasi tulisan. Bagi kami yang penting adalah sikap konsisten," lanjut Suko.
Dosen komunikasi dari London School of Public Relations (LSPR) Iwel Sastra setuju dengan konsistensi aturan tersebut. Jika adanya wajah dinilai melanggar aturan, maka di tayangan azan sebaiknya tidak boleh ada tampilan wajah siapapun.
"Pada saat kita ingin adil terhadap nama-nama lain, maka kita jangan melupakan harus adil juga pada Ganjar. Kalau wajah rakyat lain boleh tampil pada siaran azan, maka wajah Ganjar yang kini adalah rakyat biasa juga boleh tampil di sana. Atau jika mau adil secara hakiki, maka seluruh azan harus tanpa wajah siapapun," tutur Iwel Sastra memperkuat Suko Widodo.
Pakar komunikasi Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mempertanyakan konsistensi media secara luas. "Saya tertarik membicarakan konsistensi. Kita harus adil seluas-luasnya. Jika ada stasiun TV menayangkan satu acara politik suatu partai tertentu selama 2 jam, maka dia juga harus menayangkan acara seluruh partai lain secara adil selama 2 jam. Apakah kita akan konsisten seperti itu? Menurut saya ini menarik sebagai diskusi publik untuk kedewasaan komunikasi politik kita," ucapnya.
Sementara peneliti Institut Salemba School Effendi Gazali setuju dengan Suko Widodo dan Hasrullah agar konsisten menunggu hasil penelusuran Bawaslu dan KPI. "Kita harus bicara konsisten, entahlah wajah Ganjar, Anies, atau Prabowo dalam siaran azan itu. Kebetulan saat ini yang tampil adalah wajah Ganjar," ujar Effendi.
Menurut Effendi, harus ada diskusi substantif soal definisi iklan atau aturan mana yang tidak boleh dan boleh. Dia menambahkan mungkin sekarang hanya di negara-negara komunis klasik atau ortodox, hal tersebut dibatasi.
"Apakah ajakan atau gagasan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan ajakan untuk menunaikan ibadah sekarang dibatasi, tidak boleh dalam tayangan tertentu? Atau boleh dalam semua siaran justru karena ajakan moralnya hakiki?" ujar Effendi.
https://news.detik.com/pemilu/d-6927...cul-di-azan-tv
Anies bisa di Metro TV, lha kl Prabowo di TV mana donk, TV Oon
Eva Safitri - detikNews
Selasa, 12 Sep 2023 16:50 WIB

Ilustrasi TV (Foto: Getty Images/iStockphoto/shaunl)
Jakarta - Para pakar komunikasi memberikan pandangan soal usulan Politikus PSI Ade Armando agar bakal capres Prabowo Subianto dan Anies Baswedan ikut juga muncul di azan TV seperti Ganjar Pranowo. Ada yang mengkritik, tapi ada juga yang bicara konsistensi aturan tayangan azan di TV.
Salah satunya, komunikolog Universitas Hasanuddin Hasrullah yang menilai aksi capres di azan TV itu melanggar aturan. Dengan begitu, harus dihentikan bukan malah mendorong agar semua capres ikut tampil.
"Sebagai komunikolog, kami tidak setuju. Ini kan tidak konsisten. Posisi kami di Asosiasi Komunikolog sangat jelas: kalau azan seperti itu melanggar aturan, ya harus dihentikan. Jangan malah menganjurkan agar Prabowo dan Anies dibuat tampil dalam siaran azan. Itu kan tidak logis pemikirannya. Apakah sesuatu yang melanggar kalau dibuat untuk rame-rame dianggap tidak lagi melanggar?" kata Hasrullah dalam keterangannya, Selasa (12/9/2023).
Sementara Pakar Komunikasi Universitas Airlangga Suko Widodo lebih menyerahkan persoalan itu ke Bawaslu dan KPI. Dia juga bicara pentingnya konsistensi pemahaman terkait munculnya wajah seseorang di azan TV.
"Sekarang tinggal Bawaslu & KPI membuat keputusan. Kan ini terkait dengan P3SPS Komisi Penyiaran Indonesia, mungkin pasal 58 ayat 5, bahwa siaran azan tidak boleh disisipi iklan. Masalahnya apakah wajah Ganjar dalam siaran azan itu merupakan iklan? Menurut kami tidak demikian," ujarnya.
"Kalau ya, maka seluruh wajah dalam semua tayangan azan adalah iklan. Ganjar kan saat ini sama dengan warga negara biasa. Kalau kita konsisten maka seluruh azan tidak boleh ada wajah orang. Cukup suara dan visualisasi tulisan. Bagi kami yang penting adalah sikap konsisten," lanjut Suko.
Dosen komunikasi dari London School of Public Relations (LSPR) Iwel Sastra setuju dengan konsistensi aturan tersebut. Jika adanya wajah dinilai melanggar aturan, maka di tayangan azan sebaiknya tidak boleh ada tampilan wajah siapapun.
"Pada saat kita ingin adil terhadap nama-nama lain, maka kita jangan melupakan harus adil juga pada Ganjar. Kalau wajah rakyat lain boleh tampil pada siaran azan, maka wajah Ganjar yang kini adalah rakyat biasa juga boleh tampil di sana. Atau jika mau adil secara hakiki, maka seluruh azan harus tanpa wajah siapapun," tutur Iwel Sastra memperkuat Suko Widodo.
Pakar komunikasi Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing mempertanyakan konsistensi media secara luas. "Saya tertarik membicarakan konsistensi. Kita harus adil seluas-luasnya. Jika ada stasiun TV menayangkan satu acara politik suatu partai tertentu selama 2 jam, maka dia juga harus menayangkan acara seluruh partai lain secara adil selama 2 jam. Apakah kita akan konsisten seperti itu? Menurut saya ini menarik sebagai diskusi publik untuk kedewasaan komunikasi politik kita," ucapnya.
Sementara peneliti Institut Salemba School Effendi Gazali setuju dengan Suko Widodo dan Hasrullah agar konsisten menunggu hasil penelusuran Bawaslu dan KPI. "Kita harus bicara konsisten, entahlah wajah Ganjar, Anies, atau Prabowo dalam siaran azan itu. Kebetulan saat ini yang tampil adalah wajah Ganjar," ujar Effendi.
Menurut Effendi, harus ada diskusi substantif soal definisi iklan atau aturan mana yang tidak boleh dan boleh. Dia menambahkan mungkin sekarang hanya di negara-negara komunis klasik atau ortodox, hal tersebut dibatasi.
"Apakah ajakan atau gagasan untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan ajakan untuk menunaikan ibadah sekarang dibatasi, tidak boleh dalam tayangan tertentu? Atau boleh dalam semua siaran justru karena ajakan moralnya hakiki?" ujar Effendi.
https://news.detik.com/pemilu/d-6927...cul-di-azan-tv
Anies bisa di Metro TV, lha kl Prabowo di TV mana donk, TV Oon






nomorelies dan 3 lainnya memberi reputasi
4
312
25


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan