- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
ADA YANG HADIR KETIKA AKU BERCERITA YANG LAIN - KUNCEN


TS
adamtzero
ADA YANG HADIR KETIKA AKU BERCERITA YANG LAIN - KUNCEN
Quote:
Cerita ini bermula saat aku sedang seru-serunya ketika membuat kisah horror fiksi yang dituliskan ke suatu forum. Dalam sehari di waktu itu, aku bisa membuat hingga lima halaman word, suatu pencapaian yang luar biasa yang rasanya sulit diulang jika suasana hati sedang tidak baik-baik saja.
Dalam menulis ada ritual yang harus aku lakukan terlebih dahulu, seperti membaca hasil tulisan orang lain, lalu setelahnya berkhayal bagaimana adegannya ketika nanti dibuat menjadi sebuah film. Tidak lupa dengan mendengarkan sebuah lagu instrumen seram, agar suasana dan dapat merangsang otak agar lebih kreatif lagi.
Aku menulis di ruang tamu waktu itu, berhadapan langsung dengan lemari kaca yang isinya gelas-gelas ekslusif yang hanya dikeluarkan ketika ada tamu penting saja. Biasanya aku menulis di waktu siang, agar tidak terbawa suasana jika menulis di malam hari.
Aku membuka laptop, membaca ulang untuk mengingat kembali bagian sebelumnya agar jalan ceritanya tidak mengular kemana-mana. Selang beberapa detik suara keyboard menggema di ruangan yang kosong, saling beradu keras dengan suara angin yang berhembus di luar. Aku tidak merasakan apa-apa, hanya sibuk merangkai kata.
Lalu saat cerita masuk dengan menjelaskan suatu makhluk halus, di situ hawa mulai dingin. Entah salahku terlalu mendeskripsikannya terlalu detil atau bagaimana, tapi aku malah merasakan perasaan yang ganjil. Tiba-tiba ujung mataku melirik ke arah lain, rasanya ada seseorang yang lewat.
Aku berhenti sejenak, beranjak dari kursi dan berjalan ke ruangan tengah, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada ibuku yang sedang menyiapkan makan siang, setelah semua aman aku kembali melanjutkan membuat cerita. Lagi-lagi suara keyboard mampu membuyarkan suasana sepi yang melanda.
Tidak terasa sudah ada beberapa halaman yang sudah rampung. Aku bersandar pada bangku, sambil membayangkan adegan selanjutnya, dan merubahnya menjadi bentuk tulisan. Tidak ingin lama-lama istirahat dan kebetulan semuanya masih terekam sempurna, aku melanjutkannya.
Belum ada lima menit dari sana, aku terkejut bukan main ketika melihat sebuah bayangan hitam berdiri tegak dari pantulan kaca lemari yang ada didepanku. Reflek aku membalikan badan, tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada sebuah jendela dengan pemandangan luar rumah.
Lalu aku mencoba dengan sangat hati-hati melihat lagi ke arah kaca lemari, sosok itu pun hilang. Aku menghela nafas panjang dan tanpa pikir panjang terus menulis. Ketika mataku melihat ke arah layar, sosok itu kembali muncul dalam pantulan kaca. Tapi kali ini aku tidak menghiraukannya, dalam benaku jika sosok itu tidak mengganggu maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ternyata aku salah, sosok hitam itu secara tiba-tiba menggerakan tangannya mencoba meraih laptop yang kugunakan untuk menulis, seolah-olah memintaku untuk berhenti. Terkejut dengan serangan tiba-tiba itu aku melompat ke samping untuk menghindar. Yang lucunya tanganku sempat ingin menepis tangan sosok hitam itu, padahal dalam sepersekian detik, sosok itu hanya bergerak dalam pantulan kaca, disampingku sosoknya sama sekali tidak ada.
Kejadian itu membuat aku syok, lagu seram yang masih berputar kumatikan, ku ganti dengan lagu yang ceria dengan volume yang lebih keras. Dan sosok hitam tadi berhasil membuatku berhenti menulis pada hari itu, untuk menghindari tindakan ‘protes’ lebih gila dibanding hanya tuk meraih laptop.
Dalam menulis ada ritual yang harus aku lakukan terlebih dahulu, seperti membaca hasil tulisan orang lain, lalu setelahnya berkhayal bagaimana adegannya ketika nanti dibuat menjadi sebuah film. Tidak lupa dengan mendengarkan sebuah lagu instrumen seram, agar suasana dan dapat merangsang otak agar lebih kreatif lagi.
Aku menulis di ruang tamu waktu itu, berhadapan langsung dengan lemari kaca yang isinya gelas-gelas ekslusif yang hanya dikeluarkan ketika ada tamu penting saja. Biasanya aku menulis di waktu siang, agar tidak terbawa suasana jika menulis di malam hari.
Aku membuka laptop, membaca ulang untuk mengingat kembali bagian sebelumnya agar jalan ceritanya tidak mengular kemana-mana. Selang beberapa detik suara keyboard menggema di ruangan yang kosong, saling beradu keras dengan suara angin yang berhembus di luar. Aku tidak merasakan apa-apa, hanya sibuk merangkai kata.
Lalu saat cerita masuk dengan menjelaskan suatu makhluk halus, di situ hawa mulai dingin. Entah salahku terlalu mendeskripsikannya terlalu detil atau bagaimana, tapi aku malah merasakan perasaan yang ganjil. Tiba-tiba ujung mataku melirik ke arah lain, rasanya ada seseorang yang lewat.
Aku berhenti sejenak, beranjak dari kursi dan berjalan ke ruangan tengah, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada ibuku yang sedang menyiapkan makan siang, setelah semua aman aku kembali melanjutkan membuat cerita. Lagi-lagi suara keyboard mampu membuyarkan suasana sepi yang melanda.
Tidak terasa sudah ada beberapa halaman yang sudah rampung. Aku bersandar pada bangku, sambil membayangkan adegan selanjutnya, dan merubahnya menjadi bentuk tulisan. Tidak ingin lama-lama istirahat dan kebetulan semuanya masih terekam sempurna, aku melanjutkannya.
Belum ada lima menit dari sana, aku terkejut bukan main ketika melihat sebuah bayangan hitam berdiri tegak dari pantulan kaca lemari yang ada didepanku. Reflek aku membalikan badan, tidak ada siapa-siapa di sana, hanya ada sebuah jendela dengan pemandangan luar rumah.
Lalu aku mencoba dengan sangat hati-hati melihat lagi ke arah kaca lemari, sosok itu pun hilang. Aku menghela nafas panjang dan tanpa pikir panjang terus menulis. Ketika mataku melihat ke arah layar, sosok itu kembali muncul dalam pantulan kaca. Tapi kali ini aku tidak menghiraukannya, dalam benaku jika sosok itu tidak mengganggu maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Ternyata aku salah, sosok hitam itu secara tiba-tiba menggerakan tangannya mencoba meraih laptop yang kugunakan untuk menulis, seolah-olah memintaku untuk berhenti. Terkejut dengan serangan tiba-tiba itu aku melompat ke samping untuk menghindar. Yang lucunya tanganku sempat ingin menepis tangan sosok hitam itu, padahal dalam sepersekian detik, sosok itu hanya bergerak dalam pantulan kaca, disampingku sosoknya sama sekali tidak ada.
Kejadian itu membuat aku syok, lagu seram yang masih berputar kumatikan, ku ganti dengan lagu yang ceria dengan volume yang lebih keras. Dan sosok hitam tadi berhasil membuatku berhenti menulis pada hari itu, untuk menghindari tindakan ‘protes’ lebih gila dibanding hanya tuk meraih laptop.
Quote:

Spoiler for NOTE:
Diubah oleh adamtzero 13-09-2023 13:55






bukhorigan dan 4 lainnya memberi reputasi
5
342
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan