djendradjenarAvatar border
TS
djendradjenar
Sumur Tua Kuntilanak Merah Berdarah (1) - KUNCEN
Bandung, 1991

Pertengahan tahun adalah masanya liburan sekolah, saya yang tinggal di kota Bekasi karena ikut orangtua yang bertugas disana sedang liburann di kota Bandung, tempat kelahiran sekaligus tempat yang paling nyaman karena masa kecil saya tumbuh besar disini. Saat itu siang hari di rumah Nenek, hanya ada saya, sepupu yang bernama Shidarta Sidik Permana, yang biasa dipanggil Diki kelahiran Bali juga sedang berada disini. Kakek sedang berada di tokonya seperti biasa dan akan pulang menjelang sore hingga magrib dengan membawa oleh oleh untuk cucu cucunya yang sedang liburan sekolah, sementara Nenek sedang pergi ke pasar tradisional membeli keperluan yang dibutuhkan untuk sesajen. 

Seiring pertambahan usia, saya mulai sedikit banyak paham untuk apa Nenek membeli sesajen, apa yang dilakukannya dengan sesajen itu, dan memang bukan suatu kebetulan, hari itu adalah malam jumat kliwon. Saya sudah beberapa kali melihat Nenek menyiapkan sesajen dari tahun tahun sebelumnya, dan saya pernah menanyakan untuk apa semua itu disajikan, lalu Nenek menjelaskan, katanya untuk menghormati Leluhur Leluhurnya, karena Jiwa tidak pernah mati, Jiwa itu abadi, saya hanya menganggukkan kepala, sambil mencoba mencerna kata kata Nenek yang setelah dewasa saya bisa memahaminya, semuanya berhubungan dengan konsep reinkarnasi. 

Menjelang pukul dua siang, Nenek datang dengan membawa sekantung plastik sesajen yang sangat lengkap, saya selalu bersemangat ketika Nenek mulai menata semua yang dibelinya, entah kenapa saya memang selalu tertarik dengan ritual yang Nenek lakukan. Di daerah Cibeureum, Bandung ini, Nenek memang cukup dikenal sebagai "orang pintar" dan banyak orang yang sering berkunjung kerumah untuk berkonsultasi dengannya. Mungkin karena memiliki kelebihan itulah menjadikan salah satu alasan kenapa Nenek selalu harus menyiapkan sesajen di malam malam tertentu, seingat saya memang tidak harus selalu malam jumat kliwon, tapi juga malam selasa, baik kliwon atau bukan.

Diruang tengah, Diki sedang asyik membaca serial Kungfu lokal berjudul Si Buta Dari Goa Hantu yang bergambar hitam putih, dia terbilang anak yang cuek dengan kebiasaan Nenek, kecuali saya yang memang memiliki ketertarikan yang mendalam dengan hal hal bernuansa mistis, magis, dan klenis itu. Menjelang pukul dua siang, terdengar suara pintu ruang tamu diketuk, bisa dipastikan itu adalah salah satu tamu Nenek. Bergegas saya membukakan pintu, seorang wanita paruh baya datang bersama dengan seorang wanita lainnya yang usianya lebih muda. Saya menelan ludah dan terpaku sesaat dengan seketika untuk memandangi tamu tamu yang datang.

Detik itu juga saya merasakan sesuatu yang aneh. Ada semacan energi negatif tak kasat mata yang menyelimuti wanita muda itu, wajahnya nampak pucat, pandangan matanya seperti kosong, dan mendadak saya merasa mual, seperti ingin muntah. Dari luar pintu itu mendadak pula berhembus angin yang tergolong kencang, namun sedikit teras panas, dan membuat saya semakin merasa ingin muntah, namun saya tahan, sambil menghela napas yang panjang, saya persilahkan kedua tamu itu untuk masuk dan duduk di ruang tamu. Lalu Nenek muncul dari arah belakang, kemunculan Nenek menyelamatkan saya untuk segera berlari dari ruang tamu menuju kamar mandi di belakang, di kamar mandi itu saya muntah berulangkali.

Masih di dalam kamar mandi, kemudian seolah ada sesosok yang tak kasat mata berusaha mendekati saya, mendadak bulu kuduk saya merinding sejadi jadinya, pundak terasa berat, dan kedua kaki saya terasa sulit digerakkan. Seperti itulah yang sering dirasakan ketika Nenek didatangi tamu tamunya, terutama yang datang diselimuti energi negatif yang rasanya sulit untuk dijelaskan, namun dengan jelas sangat terasakan. Sesosok yang tak kasat mata itu berusaha menekan tubuh saya hingga saya tidak bisa bergerak, saya merintih, ini persis seperti kejadian yang sudah beberapa kali dialami, dan kini terjadi lagi.

"Ssshhh... Ssshhh..."

Terdengar suara yang seperti mendesah atau mendesis, tubuh saya makin berat, makin merinding sejadi jadinya, aura energi kamar mandi menjadi sangat menyeramkan, lalu, pundakku dipukul pukul oleh Diki, detik itu juga saya bernapas terengah engah, sekujur tubuh saya berkeringat, seperti habis berlari, padahal hanya ke kamar mandi. 

Diki lalu bertanya, "Kamu masuk angin? Kok muntah muntah?" Wajahnya mengkerut keheranan.

Saya yang telah terbebaskan dari energi negatif atas sosok tak kasat mata yang berusaha menguasai itu langsung menyiram muntahan saya berulang kali hingga bersih, lalu membasuh muka, dan menatap Diki yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi yang sengaja terbuka. 

"Tidak apa apa, cuma mual sedikit." Jawab saya sambil berlalu ke dapur untuk mengambil air putih. Sambil berjalan pelan.

Saya kembali bertanya tanya, apakah itu sosok yang memang terbiasa ada disekitar rumah Nenek yang sejak usia lima atau enam tahun sudah berulangkali saya lihat, ataukah itu sosok lain yang mungkin bersemayam menyelimuti tubuh wanita muda di ruang tamu itu? Saya hanya menggelengkan kepala, lalu mereguk air mineral dari sebuah teko yang ada di atas meja makan. Saya terkadang memang bisa melihat hal hal yang tak kasat mata biasa, namun juga sesekali tidak terlihat, hanya energinya saja yang terasa, seperti yang saya alami di kamar mandi beberapa menit ke belakang tadi. 

Kemudian saya duduk di ruang tengah, berseberangan dengan Diki yang kembali asyik membaca komik hitam putih kesukaannya. Di ruang tamu, percakapan Nenek dan kedua tamunya berusaha saya dengarkan dengan sangat seksama, apa maksud dan tujuan mereka itu, apakah berhubungan dengan sesajen yang Nenek beli dari pasar beberapa saat lalu, ataukah ada kepentingan lainnya? Alam pikiran saya berusaha memastikan sendiri, bahwa yang saya pikirkan adalah sesuatu yang berhubungan. Dari posisi duduk di kursi saya di ruang tengah bisa langsung melihat ke arah ruang tamu, juga ke arah kedua tamu Nenek. 

Wanita muda itu terlihat menunduk, batin saya mengatakan jika wanita muda itu seperti sedang diselimuti sesuatu, persis seperti yang saya rasakan di kamar mandi, hanya saja mungkin dia terjerat dengan begitu kuat hingga tak bisa melepaskan diri dari ikatan itu, sebuah ikatan atas energi negatif yang membuatnya menjadi sosok yang auranya tidak cerah, berpandangan kosong, berwajah suram, dan vibrasinya sangat tidak enak jika terlalu berdekatan, bisa menimbulkan rasa mual hingga ingin muntah. Lalu Nenek terlihat berpindah posisi duduknya ke sebelah wanita muda itu. Saya mulai paham, Nenek pasti akan segera beraksi.

Napas saya kembali berdegup kencang, mendadak kembali merasakan hawa yang panas, seperti terjadinya benturan energi antara energi positf pada manusia dengan energi negatif pada sosok yang tak kasat mata biasa. Nenek terlihat membaca baca sebuah mantra berbahasa sunda, kata katanya terdengar seperti bisikan, tangan kanannya memegang punggung wanita muda itu, sementara tangan kirinya berusaha memegang kepala wanita muda itu yang kemudian terlihat sedikit meronta ronta, seperti kesakitan, dan kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, lalu seperti terdengar rintihan, makin kuat Nenek mengucapkan mantra  mantranya, makin kuat pula wanita muda itu ingin berontak.

Begitu aksi yang dilakukan Nenek akan mencapai puncaknya, wanita muda itu memposisikan kepalanya persis berhadap hadapan dengan wajah saya, dan wajahnya begitu pucat, keduanya matanya nampak memerah dan melotot ke arah saya, membuat saya kembali merinding sejadi jadinya, sejurus kemudian Nenek berdiri dan posisi kedua tanganya persis seperti orang yang sedang menetralisir energi negatif dengan metode metafisika pada orang yang sedang kerempelan mahluk tak kasat mata. Lalu wanita muda itu berusaha bangkit dari posisi duduknya, namun Nenek menahannya sekuat tenaga, memaksimalkan kekuatan pada tekanan kedua tangannya, membuat wanita muda itu lalu berteriak dengan sangat kencang, dan terdengar menyeramkan.

"Aaahhh... Aaahhh... Hiahahaha... Hihihihi..."

Dari teriakan kesakitan kemudian berubah menjadi tertawa cekikikan, membuat Diki bangkit dari duduknya dan dengan spontan menyaksikan apa yang sedang terjadi di ruang tamu itu, lalu sesuatu melesat dari tubuh wanita muda itu dengan cepat ke arah saya, sesuatu itu bervisual rambut panjang berantakan yang menjuntai hingga ke lantai, berwajah putih pucat menyeramkan, bermata putih seluruhnya, giginya bertaring, dan berpakaian merah berdarah darah.

"Aaarrrgghhhhh... Whaaaarrggghhhh..."

Saya berteriak dengan begitu kencang hingga setengah sadar terjatuh diatas lantai, sosok itu adalah sosok Kuntilanak Merah Berdarah, yang sesaat lalu melesat dari tubuh wanita muda itu terbang ke arah saya dengan begitu cepat, lalu menghilang dalam hitungan detik. Saya bernapas terengah engah, kembali keringat bercucuran dari sekujur tubuh saya, dan Diki dengan wajah tegang keheranan mendekati saya, dan berusaha menenangkan saya dengan menepuk nepuk pipi kiri kanan saya. Dan saya sangat tahu, Diki pasti tidak melihat apa yang saya lihat sesaat yang lalu. Wanita muda itu lalu terduduk lemas, air matanya keluar, napasnya terengah engah, namun auranya menjadi terlihat lebih cerah. Rupanya Nenek berhasil mengusir sosok Kuntilanak Merah Berdarah yang menguasai tubuh wanita muda itu, entah sejak kapan, saya tidak pernah tahu. 

Menjelang sore, Kakek kemudian pulang membawa kue balok kesukaan saya dan Diki, kami berdua langsung melahapnya dan menyisakan setengahnya untuk dimakan lagi nanti. Kakek lalu ke kamar mandi, seperti biasa mencuci muka, kaki dan tangannya dari debu debu jalanan, karena setiap harinya Kakek terbiasa pulang pergi ke tokonya menggunakan sepeda tua yang di masa sekarang termasuk ke dalam kategori sepeda antik karena berusia lebih dari tujuh puluh tahun, orang orang menyebutnya itu adalah sepeda ontel buatan Belanda, dan kebetulan milik Kakek bermerk Fongers, pemberian sahabat Ayahnya dulu yang konon sama sama pernah bersekolah di SR atau Sekolah Rakyat, sekitar tahun 1940 - an sebelum Indonesia merdeka. 

(Bersambung Bagian 2 Karena Kapasitas Karakter Tidak Cukup)

bukhoriganAvatar border
pilotproject715Avatar border
kubelti3Avatar border
kubelti3 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
686
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan