- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
JENAZAH AYAH - KUNCEN
TS
rifaldifiran969
JENAZAH AYAH - KUNCEN
Ini kisah seorang gadis bernama Ayu, dia mempunyai ayah bernama Jarwo. Mereka tinggal di sebuah pedesaan yang cukup jauh dari kota. Desa tersebut sangat kental dengan kepercayaan Islam. Namun berbeda dengan orang-orang desa, Jarwo merupakan dukun santet. Warga sudah lama risih dibuat Jarwo, namun tak ada yang berani menegur secara langsung karena Jarwo yang dikenal sangat sakti. Berbeda dengan ayahnya, Ayu tumbuh menjadi anak yang baik dan sholehah. Ia tahu bahwa yang dilakukan ayahnya salah, namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Sikap Ayu yang baik tak membuat warga senang dengannya, Ayu seringkali dijauhi anak-anak seusianya karena mereka menganggap Ayu dan Jarwo sama saja.
Sampai pada suatu hari Ayu melihat ada seorang laki-laki yang mendatangi rumahnya, tentu saja tak lain tujuannya adalah meminta bantuan ayah. Dari celah pintu Ayu melihat laki-laki tersebut tampak tidak senang dengan ucapan ayahnya. Laki-laki tersebut malah pergi dengan wajah marah. Malam harinya ayah mendatangi Ayu yang hendak tidur, tak seperti biasanya tebiat ayah keras. Malam itu justru sikapnya sangat lembut pada Ayu, dengan lembut ayah berkata "nak, maaf ya kalo selama ini ayah belum bisa menjadi orangtua yang baik untuk kamu. Nak, jika ayah sudah tidak ada, kamu jangan jadi seperti ayah ya, tetap jadi anak yang sholehah dan selalu doakan ayahmu ini". Entah apa yang ada di pikiran ayahku malam itu, pikir Ayu. Ayu kemudian mengangguk dan ayah mencium kening Ayu, tak suah-suah ayah seperti itu.
Keesokan harinya Ayu terbangun dan tak merasa ada yang aneh. Ayu memanggil-manggil ayahnya namun tak ada jawaban. Ia kemudian berjalan menuju dapur dan yang ia saksikan tak akan dilupakannya seumur hidup. Ayu melihat tubuh ayahnya berada di langit-langit dapur. Dengan posisi tangan yang terentang dan darah di sekitarnya. Ayu berteriak dan seketika itu tubuh ayahnya terjatuh ke bawah. Mendengar kabar kematian ayah Ayu (pak Jarwo) membuat warga gempar. Namun tidak ada satupun warga yang mau membantu mengurus jenazah pak Jarwo. Semua menutup mata dan telinga berpura-pura tak terjadi apa-apa. Mau tak mau Ayu seorang diri yang mengurus jenazah ayahnya. Pada saat memandikan jenazah tersebut Ayu merasa ada yang aneh pada tubuh tersebut. Terdapat puluhan jarum dan kaca di dalam kulit itu. Selesai memandikan Ayu kemudian mengafankan jenazah ayahnya dengan kain seadanya. Ia bingung bagaimana menguburkan ayahnya seorang diri, sudah dicoba untuk menghubungi keluarganya namun tak ada jawaban.
Hari semakin gelap namun jenazah itu tak kunjung dikuburkan. Hujan lebat mulai turun disertai petir dan kilat. Ayu membacakan surah Yasin di samping jenazah ayahnya. Tak lama setelah itu, lampu padam. Ayu berjalan menuju dapur untuk mengambil lilin. Saat kembali, dengan samar Ayu melihat jenazah itu terduduk. Karena ketakutan ia menyalakan lilin dan melihat jenazah tersebut ternyata tetap terbaring. Ayu meletakkan lilin tepat di samping jenazah dan lanjut membacakan Yasin. Ayu merasa putus asa dan menangis karena tak tahu dengan siapa lagi ia meminta bantuan. Ia kemudian nekat untuk menggali sendiri tanah di belakang rumahnya, Ayu menggali dengan alat seadanya. Dengan basah kuyup ia terus menggali hingga dirasa cukup untuk menimbun jenazah tersebut. Ia kembali masuk ke dalam rumah namun jenazah itu menghilang. Dengan panik dan ketakutan Ayu mencari ke sekeliling rumah dan tak menemukan apapun. Sampai ia mencium bau hangus di ruang tengah. Dengan panik Ayu berlari dan menyaksikan jenazah ayahnya terbakar habis oleh api. Serasa hal itu tak mungkin terjadi, karena Ayu melihat sendiri di tempat itu tadi tidak ada tubuh jenazah tersebut.
Ayu kemudian tersungkur dan perlahan menutup mata. Samar-samar terdengar adzan subuh. Mata Ayu terbuka perlahan dan melihat sesosok makhluk berkaki empat seperti anjing namun berkepala manusia. Sosok tersebut menyeret jenazah gosong ayahnya menggunakan giginya.
Sampai pada suatu hari Ayu melihat ada seorang laki-laki yang mendatangi rumahnya, tentu saja tak lain tujuannya adalah meminta bantuan ayah. Dari celah pintu Ayu melihat laki-laki tersebut tampak tidak senang dengan ucapan ayahnya. Laki-laki tersebut malah pergi dengan wajah marah. Malam harinya ayah mendatangi Ayu yang hendak tidur, tak seperti biasanya tebiat ayah keras. Malam itu justru sikapnya sangat lembut pada Ayu, dengan lembut ayah berkata "nak, maaf ya kalo selama ini ayah belum bisa menjadi orangtua yang baik untuk kamu. Nak, jika ayah sudah tidak ada, kamu jangan jadi seperti ayah ya, tetap jadi anak yang sholehah dan selalu doakan ayahmu ini". Entah apa yang ada di pikiran ayahku malam itu, pikir Ayu. Ayu kemudian mengangguk dan ayah mencium kening Ayu, tak suah-suah ayah seperti itu.
Keesokan harinya Ayu terbangun dan tak merasa ada yang aneh. Ayu memanggil-manggil ayahnya namun tak ada jawaban. Ia kemudian berjalan menuju dapur dan yang ia saksikan tak akan dilupakannya seumur hidup. Ayu melihat tubuh ayahnya berada di langit-langit dapur. Dengan posisi tangan yang terentang dan darah di sekitarnya. Ayu berteriak dan seketika itu tubuh ayahnya terjatuh ke bawah. Mendengar kabar kematian ayah Ayu (pak Jarwo) membuat warga gempar. Namun tidak ada satupun warga yang mau membantu mengurus jenazah pak Jarwo. Semua menutup mata dan telinga berpura-pura tak terjadi apa-apa. Mau tak mau Ayu seorang diri yang mengurus jenazah ayahnya. Pada saat memandikan jenazah tersebut Ayu merasa ada yang aneh pada tubuh tersebut. Terdapat puluhan jarum dan kaca di dalam kulit itu. Selesai memandikan Ayu kemudian mengafankan jenazah ayahnya dengan kain seadanya. Ia bingung bagaimana menguburkan ayahnya seorang diri, sudah dicoba untuk menghubungi keluarganya namun tak ada jawaban.
Hari semakin gelap namun jenazah itu tak kunjung dikuburkan. Hujan lebat mulai turun disertai petir dan kilat. Ayu membacakan surah Yasin di samping jenazah ayahnya. Tak lama setelah itu, lampu padam. Ayu berjalan menuju dapur untuk mengambil lilin. Saat kembali, dengan samar Ayu melihat jenazah itu terduduk. Karena ketakutan ia menyalakan lilin dan melihat jenazah tersebut ternyata tetap terbaring. Ayu meletakkan lilin tepat di samping jenazah dan lanjut membacakan Yasin. Ayu merasa putus asa dan menangis karena tak tahu dengan siapa lagi ia meminta bantuan. Ia kemudian nekat untuk menggali sendiri tanah di belakang rumahnya, Ayu menggali dengan alat seadanya. Dengan basah kuyup ia terus menggali hingga dirasa cukup untuk menimbun jenazah tersebut. Ia kembali masuk ke dalam rumah namun jenazah itu menghilang. Dengan panik dan ketakutan Ayu mencari ke sekeliling rumah dan tak menemukan apapun. Sampai ia mencium bau hangus di ruang tengah. Dengan panik Ayu berlari dan menyaksikan jenazah ayahnya terbakar habis oleh api. Serasa hal itu tak mungkin terjadi, karena Ayu melihat sendiri di tempat itu tadi tidak ada tubuh jenazah tersebut.
Ayu kemudian tersungkur dan perlahan menutup mata. Samar-samar terdengar adzan subuh. Mata Ayu terbuka perlahan dan melihat sesosok makhluk berkaki empat seperti anjing namun berkepala manusia. Sosok tersebut menyeret jenazah gosong ayahnya menggunakan giginya.
Diubah oleh rifaldifiran969 06-09-2023 13:32
tianarch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
186
0
Komentar yang asik ya
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan