Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anasaufarazi810Avatar border
TS
anasaufarazi810
Balas Dendam Penyihir
Angelika yakin malam-malam Gibervelt di Caterwiling golongan Simon, perempuan Gymdavra itu benar-benar keluyuran di atas sepuluh malam. “Aku pun sebenarnya belum begitu percaya. Tetapi, siapa penghuni Reichgard kecuali dirinya? Ia paling dekat dari kamar-kamar bundar eleve dan Prevet. Bisa saja; Barley kadang-kadang mengintip muridnya, kau bisa bayangkan, perempuan itu menyelinap seperti tikus dan mengendus jempol kakimu, kau tertidur meneteskan liur dan perempuan itu meneteskan liur taringnya.”

“Barley mustahil animakus.” Bentley setengah geram. “Ia mengajakku ke kantin, membayarku. Kami banyak bicara satu sama lain, kecuali Bozarth atau pun Bogatir, ia boleh saja bohong tapi, aku percaya.”

“Terserah saja. Penting kau bahagia kan?”

“Kau mencemburuiku.”

Angelika terbahak suram, mukanya yang lurus menatap ke depan, tahu-tahu menyingkir menarik jubah Bentley. “Ada yang datang!”

Keduanya menyembunyikan diri ke lemari kebersihan, Angelika sanggup melihat Bentley tidak gembira sama sekali. Melalui kiraian lemari yang tipis, matanya nyaris seluruhnya sempit itu, mendapatkan lorong-lorong sunyi kemasukan orang. Lagi-lagi ia keberatan meyakinkan Bentley, perasaannya menyangkal, percuma saja kejahatan mana pun mustahil mempan selama itu mendorongmu ke cinta. Dan itu basi. Angelika bangun menyalak. “Barley baru saja melewati kita!”

Bentley yang anteng serupa penyihir tua itu, sekarang beranjak ke pojokan lemari, menyinarkan matanya keluar dempetan pel dan ember bau. Ia berusaha melihat orang menjauh ke dalam koridor. Hilang kilauan jubahnya diluar sana.

“Kalau begitu kejar sekarang!”

Angelika membuka lebar-lebar jubah hantu, menyekap keduanya dan menembus keremangan, sekejap jubah itu turun ke bawah kegelapan lorong.
“Ke mana larinya?”

“Mungkin sekarang lantai itu menyedotnya!”

“Bagus!” teriak sengit seseorang.
Angelika menubruk Bentley, kerisnya hampir lompat keluar kedinginan jubahnya.

“Properin kurangi enam puluh poin.” Barley muncul semakin dekat.

“Apa kabar penyihirku?” menyeringai muncul ke tengah mereka.

“Kami telah lama mengenalmu, kau kotor! Pengkhianat!” Angelika menyalak, menyemburkan kemarahan.

“Beraninya begitu padaku?” Barley mendekat lebih maju. “Mungkin malam ini, ibu mengajarkan materi lain daripada lain, kalian berumur menjanjikan, mungkin perpisahan tidak ada enaknya. Jangan sedih, terutama kau putriku, Bin. Gymdavra tutup sekarang. Jangan berusaha membobolnya tanpa seijinku. Bagus rompinya?”

Keduanya merinding bebarengan.
“Kau mengintaiku bukan Bin? Kalian mau tahu apa kubicarakan di perapian?”

“Ada apa denganmu Bu?” Bentley bersuara serak.

“Ssh!” Barley tersenyum. “Satu ajaran lagi sayang, kalian akan lulus, barangkali pertahanan ilmu hitam, ibu hapus pertahanan itu dan mengajarkan ilmu hitam saja? Mana yang lebih baik? Jangan kaget. Satu ajaran lagi, kalian mendapatkan peringkat sihir tinggi. Oh, jangan menangis begitu, Bin. Sungai Danube telah membiru, setetes pun kau tidak membutuhkannya. Mau memeluk ibu?”

“Jangan Bin!” Angelika meraung.
“Malam ini purnama terang-terangnya, tidak ada kelirunya kita berpisah malam ini. Kapanlagi? Menemukan orangtuamu yang betul-betul menyanyangimu. Sudahlah jangan menangis, peluklah ibumu sekarang.”

“Kau membunuhnya Barley!” keluar seseorang.

Ketiganya terperangah persis diatur di atas panggung.

“Aku tidak punya urusan denganmu udik!” bentaknya; keluarkan keris dari jubahnya.

“Kau lupa, aku pertahanan ilmu hitam sekarang; Alibus akan menerapkan ajaran lama, seperti katamu sebulan lamanya, Laskar Luther akan menangkis Sombart dan Bozarth, sekarang kami tahu siapa pantas tersingkirkan. Kalau perlu terasingkan.” Remus Rufus datang, menekuk kedua tangan ke dalam jubahnya, melonggarkan kanan kiri pinggang, bukan mengeluarkan keris, justru botol penangkal reaksi. “Anekdotmu ketinggalan; Gibervelt melupakan serbet fantasimu, Barley, lelaki itu menyantolkan setanganmu di atas mejamu begitu kau lupa, mencarinya kembali. Tidak sengaja, menyenggol laci kelasmu siang itu, kau senang kenal Bentley? Menganggapnya putrimu. Botolmu ada ditanganku sekarang.”

Barley berubah pucat, ia memandang keliling, berusaha pertahankan kebaikannya, sebulan lamanya, tetapi sekarang lolos berhamburan ke dalam kebencian muridnya. Angelika menggeleng. Bentley tetap menitikan airmatanya.

“Tidak ada basa-basi denganmu Lafango! Sekarang kembalikan!”

“Siapa Lafango?” Angelika terbangun kebingungan.

“Tidak penting, masa lalu, pastinya kau membutuhkanku sekarang.” Remus berjalan ke tengah ketiganya. “Pergi atau senjata kami habisimu!” teriaknya sekejap.

“Kau memilih keduanya tumbang malam ini? Baik. Jam sepuluh sekarang, purnama tidak ada buruknya, memakanmu hidup-hidup Remus!”

“Mundur!” serunya, adalah Remus melebarkan kakinya, melindungi jarak Angelika dan Bentley, keduanya lupa, jas hantunya lepas gelumpruk di lantai lorong.

“Jubahmu!” Angelika gagap menutup bibirnya.

“Ya; cantik, ini memang pakaianku, dulunya pelanggan setia Cooper Brown, kakekku sendiri!” suaranya membesar. “Terlahir dari darah buangan dan tidak diakui, terusir kepenyihiran dan tercampakan, terlempar tak satu pun pedulikan; kecuali orang perburuan selama ini, Maribeth Gambit, ia perempuan pertama menyaksikan nasibku, mengajar tanpa bayaran, melunasi pajak tinggi Hogsmurth untuk darah lumpur sepertiku. Amber datang padaku, ya, Amber Firethorn, penyelamatku dan penolongku, pacarmu yang satu asrama denganmu, Remus!”

“Amber bukan siapa pun!” Remus mengelak, menyapu matanya ke jam kantong saku atasnya. “Apa yang menahanmu? Keluarkan semuanya! Cinta? Kau tidak memilikinya. Kau melarikan diri dari Prinskaban, mengorbankan Maribeth, menjalin hubungan rahasia dengan Bogatir, mengintip Braun dari kamar rekreasi dan meloloskan Whitley untuk ikut campur! Kau bedebah, busuk!”

“Berapa banyak guru penting?” Barley melegakan suaranya, meski jubahnya gemetar. “Hampir tidak ada. Masuknya Alibus, mengurangi simpatisan Laskar Luther, menyingkirkan mereka ke naungan ketiadaan, kosong pembelaan di kementrian dan semua sibuk mengurus kematian Alfred, beruntung, Bogatir berbaik melalui Meryl dan aku, kami menyekat kepalanya di kamar mandi menara atas, menembaknya, merajang lehernya sampai benar-benar putus, sekali tebusan peluru keris, guru-guru melarang tongkat karena itu. Korban tidak terkirakan, tongkat belum Hogsmurth kuasai. Itulah kenapa Alibus, melahirkan kembali ide gilanya, keris?” Bentley tergelak, tawanya berguncang-guncang, badannya meringkuk, jubahnya mengendur pelan-pelan, lolongan roh-roh anjing di atas bukit telah merasukinya.

“Menyingkir!” Remus teriak sekali lagi. “Ia akan mengubah wujudnya! Kalian kembali ke kamar!”

“Kami tetap di sini!” Bentley beranjak maju. “Kami punya hutang budi dengannya, ia mengajarkan sihir langka, guru-guru kebanyakan, mengajarkan kami mantra pemula, praktek ringan dan membosankan. Barley menuturkan sebenarnya, segalanya yang ia tahu, tanpa tebusan berarti, termasuk mantra pertahanan.”

Remus geleng-geleng, menjawab suram. “Apa kau tahu tentangnya? Ia bermaksud menangkap kalian, menyeleksi dengan caranya, maksudku, membidangi ajaran lama, menjebak kalian ke dalamnya. Nasibmu? Bogatir! Barley sengaja memilih siapa pun eleve untuk kepentingan Bogatir!”

“Aku tidak yakin.” Bentley merengek hampa. “Ia begitu baik! Mau membimbing kami setulus mungkin, jika Tuan meragukan, barangkali itu hanya tragedi, masa lalu kalian pemicunya. Dan itu bom waktu yang menyeret paksa kalian.”

“Tidak ada bom waktu!” Remus menyimpan botol kecil itu ke kantong di lehernya. “Aku peringatkan, sekarang pergilah.” suaranya berubah lembut, berdiri lebih jelas di bawah menara jam bundar.

“Kau!” Angelika menggigit lengan jubahnya. “Lari!” sepatunya terjerembab, kain jubahnya terpeleset mulus ke lantai menjatuhkannya. Menjerit.

Barley menggeram, wajahnya mendidih, kulitnya hilang timbul ke dalam bulu-bulu kasar, sekujur punggungnya membesar, seketika badannya meninggi melolong, mengeluarkan ekor menyerupai anjing. Mulutnya meneteskan liur, moncong menyeluruh hilangkan mukanya. Kedua belah taring membesar keluar gigi-giginya, menyusul ukuran kakinya, mencengkeram lantai dan bercakar. Menggonggong.

“Jadi? Sombart bukan?” Bentley putus suaranya.

“Ia di Prinskaban sekarang, difitnah, Birbeck sama halnya, keduanya kurban Bogatir, dan kalian lihat Bogatir itu melolong sekarang!” Remus mencengkam lengan-lengan Angelika dan Bentley, menariknya menjauh.

Bersambung ....

bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
93
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan