- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Demi Ilmu Pengasihan, Anak Hampir Ditumbalkan - Kuncen
TS
nofivinovie
Demi Ilmu Pengasihan, Anak Hampir Ditumbalkan - Kuncen
sumber foto dari situt Pexel.com
Ini adalah kisah dari seorang pria muda beranak dua.
Peristiwa ini terjadi sekitar awal 90an, saat dunia belum seheboh sekarang. Saat internet belum ke desa-desa. Sebelum acara-acara dunia lain ikut naik daun pastinya.
Usianya saat itu sekitar 35 tahun. Memiliki bisnis rumahan yang lumayan besar hingga memiliki 20 orang karyawan produksi. Dia dibantu 20 orang itu memproduksi tahu.
(Pria ini terbilang masih kerabat dekat ane, Gan, Sis)
Quote:
Sebut dia Didi. Meski usahanya sukses besar, tetap saja dia kekurangan uang. Bukannya uang dari usahanya dibuat menyenangkan anak dan istri tersayang, malahan dipakai judi.
Sebutlah Didi memang hobi judi. Tentu saja uang yang menjadi tujuannya. Padahal usahanya amat sukses.
Namanya manusia serakah, uang yang banyak di jalan lurus dirasa tidak cukup. Hasratnya punya banyak uang makin hari kian meningkat seiring di dunia perjudian dia sering kalah. Sudahlah sering judi, circlepertemanan dia juga orang yang belok. Jadilah ide gila mampir di otaknya.
Pengasihan.
Tujuannya agar saat berjudi nanti, Didi akan terus menang.
Entah pengasihan atau apa istilahnya. Yang jelas tujuannya tetaplah uang. Biar segala yang akan Didi kerjakan nanti selalu sukses, terutama saat di meja judi.
Berangkatlah Didi dengan seorang teman menuju TKP (Titik Kumpul Pemujaan) yang sudah biasa digunakan untuk briefing. Mau pengasihan juga butuh briefing. Biar gak sesat, eh.
Nah, singkat kata Didi mengutarakan maksudnya datang.
Seorang pria tua memberikan arahan untuk Didi bertapa(semedi).
Katanya, "Jangan pernah peduli dengan seluruh gangguan!"
Pria tua itu bilang jika gangguan itu adalah satu bentuk upaya untuk menggagalkan tujuan orang yang sedang semedi. Sekali saja terusik, pastilah gagal. Penunggu area itu tidak akan memberikan apa pun yang dicari pertapa. Sayang sekali, kan?
Didi manggut-manggut mendengar petuah sang pria.
Baginya yang tidak takut dengan apa pun, semua dirasa akan mudah. Baginya, mahkluk astral dan sejenisnya tidak akan mampu membuat hatinya goyah. Tujuannya sudah sangat bulat.
Setelah sepakat akhirnya Didi memulai aktivitas bertapanya.
Suasana tempat itu terasa sunyi. Tidak ada suara sama sekali dari sekeliling Didi. Dia sudah sendiri karena temannya menunggu di tempat pria tua di bawah. Didi di atas bukit sendirian dengan tekad bulat.
Malam pertama dilalui Didi dengan lancar tanpa gangguan.
Namun, dia tidak 'diberikan' apa pun yang dapat dibawanya.
Jadi dia harus melanjutkan di malam berikutnya lagi.
Malam kedua dimulai Didi dengan semangat dan keoptimisan.
Didi mulai duduk bersila dengan mata terpejam sempurna.
Didi berusaha fokus dengan tujuannya. Sekitar 5 menit Didi fokus, suara angin tiba-tiba datang ke arahnya. Bahkan, Didi merasa angin itu membelai wajah dan tubuhnya.
Lamat-lamat terdengar suara seorang wanita di dekatnya.
"Di...Didi...Didi...!" Lirih dan halus. Didi merasa di tengkuknya ada usapan. Dingin. Seperti jemari di sana.
Angin masih berembus. Suara wanita itu kembali terdengar. Usapan di tengkuk Didi makin menjadi intens.
Didi makin berusaha untuk fokus. Dia tidak ingin gagal. Dia harus pulang dengan sebuah ilmu nan sakti.
Beberapa saat kemudian, suara dan usapan telah berhenti.
Didi merasa lega. Namun, dia bersiap dengan hal lain. Dia yakin gangguannya tidak akan berhenti sekarang.
Baru saja pikiran Didi kembali fokus kepada apa tujuannya, tiba-tiba ada sesuatu di pangkuannya dan hampir saja pria itu membuka mata karena terkejut. Didi merasa seperti ada sesuatu jalan di sana. Didi bergidik merasakan banyaknya kaki di tubuhnya. Pria itu yakin yang sedang merayap di tubuhnya itu sejenis kaki seribu. Rasanya jijik dan geli. Didi bahkan hampir muntah.
Di dalam semedinya, Didi tiba-tiba seperti berada terpisah dengan tubuhnya. Mungkin bisa dibilang roh Didi keluar. Dia bahkan bisa melihat tubuhnya yang kini bersila.
Benar dugaannya bahwa yang merayap di tubuh pria itu sejenis kaki seribu. Didi dapat melihat di tubuhnya dirayapi kelabang. Kelabang memang memiliki kaki banyak.
Dia menahan jijik. Beberapa menit kemudian, dia bisa menyakiti kelabang itu turun dari tubuhnya. Yang membuat pria itu terkejut adalah ukuran si kelabang. Besar dan panjang abnormal.
Padahal tadi waktu merayapi tubuh Didi, ukuran kelabang itu biasa. Namun, setelah selesai justru membesar. Didi tidak tahu kenapa. Yang jelas dia masih syok dengan ukuran kelabang raksasa itu, saat sesosok tubuh tinggi besar datang menuju tubuhnya. Saking tinggi dan besarnya si makhluk, tanah sampai bergetar. Persis seperti gempa. Di saat itu Didi masih terpejam.
Namun, tentu saja rohnya masih ada di luar dan bisa dengan leluasa melihat sosok besar warna hitam.
Rambut makhluk itu panjang dan seperti ijuk dan matanya merah melotot. Dia menatap tubuh Didi. Dari mulutnya yang besar itu, tampak dia meniup udara. Tubuh Didi bergetar karena embusan dari tiupan mahkluk itu. Belum lagi aroma busuk yang menyerang. Udara juga mendadak dingin.
Beberapa kali makhluk itu meniup udara ke arah Didi.
Didi tetap fokus. Dia betul-betul ingin membawa kemauannya. Ingin mendapat ilmu pengasihan di sana.
Setelah beberapa menit berlalu dan Didi tetap di posisinya, mahkluk itu pergi entah ke mana. Didi lega. Namun, dia kembali dikejutkan dengan satu penampakan yang mengejutkan.
Roh Didi melihat seorang wanita tanpa busana di depannya.
Wanita itu menuju tubuh Didi. Duduk di pangkuan Didi. Bahkan, terang-terangan dia 'mengajak' Didi 'berbuat'.
Hampir saja Didi goyah andai tidak ingat bahwa wanita itu pasti bukan manusia. Didi juga ingat di sana dia sedang menginginkan sesuatu. Dia tak mau pulang dengan tangan kosong.
Wanita itu berlalu seiring cueknya Didi yang coba fokus.
Anehnya, kini sosok yang datang adalah wanita menyeramkan.
Wajahnya rusak dan melotot marah. Dia seperti tidak suka dengan kehadiran Didi. Kehadiran Didi seperti mengusik wanita seram itu. Tampak sang wanita mendekati Didi.
Dia memutari Didi. Mencoba mengusir Didi lewat suara. Lamat-lamat, tetapi cukup jelas. Jelas dia memperingatkan.
"Pulang! Keluargamu bisa mengalami sepertiku, Didi! Pulang! Jangan bertidak ceroboh demi satu keinginanmu!"
Didi mencoba fokus. Dia yakin itu hanya upaya si mahkluk menggagalkan misinya. Dia yakin hanya 'gertakan'.
Pokoknya Didi akan menunggu hingga mendapat 'pengasihan'.
Konon, akan ada sebuah benda di depannya yang akan membuatnya 'sakti'. Dia bisa mencapai apa keinginannya. Semuanya. Termasuk menang pas judi. Seperti kemauannya.
Wanita seram itu pergi dan berganti sosok istri di rumah.
Didi melihat istrinya tersenyum manis. Wanita itu tersenyum sambil duduk di teras. Begitu menurut penglihatannya.
Didi semakin mantap untuk melanjutkan misinya bertapa.
Namun, niat Didi mulai goyah di waktu sosok dua anaknya muncul di hadapannya sambil menangis sedih.
"Tega!"
Hanya kata itu yang didengar Didi dari keduanya, ciut.
Mendadak Didi menahan napas karena sesak di dadanya.
Pikirannya mulai kacau. Apalagi saat sang anak melambai. Seperti memberikan salam berpisah dengannya.
Didi menangis sesenggukan. Dia tidak bisa untuk meneruskan. Dia langsung berdiri dan berlari ke bawah.
Didi tidak peduli lagi dengan keinginannya punya pengasihan.
Didi hanya takut anaknya kenapa-kenapa. Untuk itu, Didi mengajak temannya pulang. Dia tak mau menunggu.
Sepanjang perjalanan ke rumah mereka, Didi dan temannya hanya diam-diaman. Sang teman tidak tahu kenapa Didi tiba-tiba begitu. Dia hanya bisa menebak-nebak. Kemungkinan Didi sudah dapat pengasihan.
Sesampainya di rumah, Didi langsung mencari si anak.
Anak-anak itu ternyata sedang demam. Kata istri tercintanya, kedua anak mereka tiba-tiba demam. Keduanya terus meracau. Mereka juga berteriak, "Pak, jangan lakukan!"
"Memang kamu dari mana sebenarnya, Pak?"
Sebutlah Didi memang hobi judi. Tentu saja uang yang menjadi tujuannya. Padahal usahanya amat sukses.
Namanya manusia serakah, uang yang banyak di jalan lurus dirasa tidak cukup. Hasratnya punya banyak uang makin hari kian meningkat seiring di dunia perjudian dia sering kalah. Sudahlah sering judi, circlepertemanan dia juga orang yang belok. Jadilah ide gila mampir di otaknya.
Pengasihan.
Tujuannya agar saat berjudi nanti, Didi akan terus menang.
Entah pengasihan atau apa istilahnya. Yang jelas tujuannya tetaplah uang. Biar segala yang akan Didi kerjakan nanti selalu sukses, terutama saat di meja judi.
Berangkatlah Didi dengan seorang teman menuju TKP (Titik Kumpul Pemujaan) yang sudah biasa digunakan untuk briefing. Mau pengasihan juga butuh briefing. Biar gak sesat, eh.
Nah, singkat kata Didi mengutarakan maksudnya datang.
Seorang pria tua memberikan arahan untuk Didi bertapa(semedi).
Katanya, "Jangan pernah peduli dengan seluruh gangguan!"
Pria tua itu bilang jika gangguan itu adalah satu bentuk upaya untuk menggagalkan tujuan orang yang sedang semedi. Sekali saja terusik, pastilah gagal. Penunggu area itu tidak akan memberikan apa pun yang dicari pertapa. Sayang sekali, kan?
Didi manggut-manggut mendengar petuah sang pria.
Baginya yang tidak takut dengan apa pun, semua dirasa akan mudah. Baginya, mahkluk astral dan sejenisnya tidak akan mampu membuat hatinya goyah. Tujuannya sudah sangat bulat.
Setelah sepakat akhirnya Didi memulai aktivitas bertapanya.
Suasana tempat itu terasa sunyi. Tidak ada suara sama sekali dari sekeliling Didi. Dia sudah sendiri karena temannya menunggu di tempat pria tua di bawah. Didi di atas bukit sendirian dengan tekad bulat.
Malam pertama dilalui Didi dengan lancar tanpa gangguan.
Namun, dia tidak 'diberikan' apa pun yang dapat dibawanya.
Jadi dia harus melanjutkan di malam berikutnya lagi.
Malam kedua dimulai Didi dengan semangat dan keoptimisan.
Didi mulai duduk bersila dengan mata terpejam sempurna.
Didi berusaha fokus dengan tujuannya. Sekitar 5 menit Didi fokus, suara angin tiba-tiba datang ke arahnya. Bahkan, Didi merasa angin itu membelai wajah dan tubuhnya.
Lamat-lamat terdengar suara seorang wanita di dekatnya.
"Di...Didi...Didi...!" Lirih dan halus. Didi merasa di tengkuknya ada usapan. Dingin. Seperti jemari di sana.
Angin masih berembus. Suara wanita itu kembali terdengar. Usapan di tengkuk Didi makin menjadi intens.
Didi makin berusaha untuk fokus. Dia tidak ingin gagal. Dia harus pulang dengan sebuah ilmu nan sakti.
Beberapa saat kemudian, suara dan usapan telah berhenti.
Didi merasa lega. Namun, dia bersiap dengan hal lain. Dia yakin gangguannya tidak akan berhenti sekarang.
Baru saja pikiran Didi kembali fokus kepada apa tujuannya, tiba-tiba ada sesuatu di pangkuannya dan hampir saja pria itu membuka mata karena terkejut. Didi merasa seperti ada sesuatu jalan di sana. Didi bergidik merasakan banyaknya kaki di tubuhnya. Pria itu yakin yang sedang merayap di tubuhnya itu sejenis kaki seribu. Rasanya jijik dan geli. Didi bahkan hampir muntah.
Di dalam semedinya, Didi tiba-tiba seperti berada terpisah dengan tubuhnya. Mungkin bisa dibilang roh Didi keluar. Dia bahkan bisa melihat tubuhnya yang kini bersila.
Benar dugaannya bahwa yang merayap di tubuh pria itu sejenis kaki seribu. Didi dapat melihat di tubuhnya dirayapi kelabang. Kelabang memang memiliki kaki banyak.
Dia menahan jijik. Beberapa menit kemudian, dia bisa menyakiti kelabang itu turun dari tubuhnya. Yang membuat pria itu terkejut adalah ukuran si kelabang. Besar dan panjang abnormal.
Padahal tadi waktu merayapi tubuh Didi, ukuran kelabang itu biasa. Namun, setelah selesai justru membesar. Didi tidak tahu kenapa. Yang jelas dia masih syok dengan ukuran kelabang raksasa itu, saat sesosok tubuh tinggi besar datang menuju tubuhnya. Saking tinggi dan besarnya si makhluk, tanah sampai bergetar. Persis seperti gempa. Di saat itu Didi masih terpejam.
Namun, tentu saja rohnya masih ada di luar dan bisa dengan leluasa melihat sosok besar warna hitam.
Rambut makhluk itu panjang dan seperti ijuk dan matanya merah melotot. Dia menatap tubuh Didi. Dari mulutnya yang besar itu, tampak dia meniup udara. Tubuh Didi bergetar karena embusan dari tiupan mahkluk itu. Belum lagi aroma busuk yang menyerang. Udara juga mendadak dingin.
Beberapa kali makhluk itu meniup udara ke arah Didi.
Didi tetap fokus. Dia betul-betul ingin membawa kemauannya. Ingin mendapat ilmu pengasihan di sana.
Setelah beberapa menit berlalu dan Didi tetap di posisinya, mahkluk itu pergi entah ke mana. Didi lega. Namun, dia kembali dikejutkan dengan satu penampakan yang mengejutkan.
Roh Didi melihat seorang wanita tanpa busana di depannya.
Wanita itu menuju tubuh Didi. Duduk di pangkuan Didi. Bahkan, terang-terangan dia 'mengajak' Didi 'berbuat'.
Hampir saja Didi goyah andai tidak ingat bahwa wanita itu pasti bukan manusia. Didi juga ingat di sana dia sedang menginginkan sesuatu. Dia tak mau pulang dengan tangan kosong.
Wanita itu berlalu seiring cueknya Didi yang coba fokus.
Anehnya, kini sosok yang datang adalah wanita menyeramkan.
Wajahnya rusak dan melotot marah. Dia seperti tidak suka dengan kehadiran Didi. Kehadiran Didi seperti mengusik wanita seram itu. Tampak sang wanita mendekati Didi.
Dia memutari Didi. Mencoba mengusir Didi lewat suara. Lamat-lamat, tetapi cukup jelas. Jelas dia memperingatkan.
"Pulang! Keluargamu bisa mengalami sepertiku, Didi! Pulang! Jangan bertidak ceroboh demi satu keinginanmu!"
Didi mencoba fokus. Dia yakin itu hanya upaya si mahkluk menggagalkan misinya. Dia yakin hanya 'gertakan'.
Pokoknya Didi akan menunggu hingga mendapat 'pengasihan'.
Konon, akan ada sebuah benda di depannya yang akan membuatnya 'sakti'. Dia bisa mencapai apa keinginannya. Semuanya. Termasuk menang pas judi. Seperti kemauannya.
Wanita seram itu pergi dan berganti sosok istri di rumah.
Didi melihat istrinya tersenyum manis. Wanita itu tersenyum sambil duduk di teras. Begitu menurut penglihatannya.
Didi semakin mantap untuk melanjutkan misinya bertapa.
Namun, niat Didi mulai goyah di waktu sosok dua anaknya muncul di hadapannya sambil menangis sedih.
"Tega!"
Hanya kata itu yang didengar Didi dari keduanya, ciut.
Mendadak Didi menahan napas karena sesak di dadanya.
Pikirannya mulai kacau. Apalagi saat sang anak melambai. Seperti memberikan salam berpisah dengannya.
Didi menangis sesenggukan. Dia tidak bisa untuk meneruskan. Dia langsung berdiri dan berlari ke bawah.
Didi tidak peduli lagi dengan keinginannya punya pengasihan.
Didi hanya takut anaknya kenapa-kenapa. Untuk itu, Didi mengajak temannya pulang. Dia tak mau menunggu.
Sepanjang perjalanan ke rumah mereka, Didi dan temannya hanya diam-diaman. Sang teman tidak tahu kenapa Didi tiba-tiba begitu. Dia hanya bisa menebak-nebak. Kemungkinan Didi sudah dapat pengasihan.
Sesampainya di rumah, Didi langsung mencari si anak.
Anak-anak itu ternyata sedang demam. Kata istri tercintanya, kedua anak mereka tiba-tiba demam. Keduanya terus meracau. Mereka juga berteriak, "Pak, jangan lakukan!"
"Memang kamu dari mana sebenarnya, Pak?"
Cerita ini disampaikan oleh 'Didi' kepada istrinya yang kemudian seluruh keluarga pun mendengar kisahnya.
(Semoga ada manfaat yang bisa diambil GanSis sekalian)
Kisah ini ditulis untuk Kuncen (Konten tUlisan CErita Ngeri) di SFTH.
Narasi pribadi dengan didasarkan cerita keluarga dekat
Diubah oleh nofivinovie 25-08-2023 18:41
riodgarp dan 9 lainnya memberi reputasi
10
424
Kutip
10
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan