- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
RUMAH SUNGIL - SENYUMAN WANITA DI BALIK TIRAI


TS
wira090720
RUMAH SUNGIL - SENYUMAN WANITA DI BALIK TIRAI

Halo, semua! Selamat malam dan selamat merinding bersama wira! Kali ini, wira akan membagikan sebuah kisah seram terkait dengan sebuah rumah yang memiliki terror mengerikan. Nah kira-kira, kalian mau gak tinggal di rumah ini? Nama rumahnya adalah Rumah Sungil. Kenapa disebut Rumah Sungil? Skuy langsung dibaca aja!Part 1 - Senyuman Wanita di balik tirat
RUMAH SUNGIL
''Ada keluarga lain di dalam sebuah keluarga''
Spoiler for Part 1 - Senyuman Wanita di Balik Tirai:
Spoiler for Part 1 - Senyuman Wanita di Balik Tirai:
Quote:
Berawal dari satu keluarga pendatang yang berisi lima orang. Mereka adalah Pak Bayu, Ibu Ela, Guntur, Kiki dan juga seorang wanita tua yang merupakan nenek dari Guntur dan Kiki. Sang Nenek Bernama Mbah Iyem dan termasuk ibu kandung Pak Bayu serta mertua dari Ibu Ela.
Pak Bayu membeli sebuah rumah di salah satu perkampungan di daerah jawa barat. Namanya juga kampung, pasti belum terlalu banyak penduduknya. Lagi pula, mereka membeli di tahun 2008. Sehingga, jarak antara satu tetangga dengan tetangga lainnya gak terlalu dekat.
Rumah tersebut memiliki tiga buah kamar tidur, satu kamar mandi yang berdekatan dengan dapur dan satu ruang penyimpan barang-barang seperti Gudang yang ukurannya tidak terlalu luas seperti kamar mereka. Ada lagi hal yang menarik dari rumah tersebut. Di hadapan rumah yang mereka beli, terdapat sebuah pohon mangga besar. Anehnya, pohon mangga ini tidak pernah sama sekali berbuah semenjak rumah tersebut berdiri.
Lalu, siapa pemilik sebelumnya?
Spoiler for Wanita di balik tirai:
Pemilik sebelumnya sebut saja namanya Pak Harto. Dia berasal Jakarta dan sengaja menjual rumah tersebut untuk biaya pengobatan isterinya. Namun, Pak Harto tidak menjelaskan secara detail mengapa dirinya menjual rumah itu. Selain untuk biaya pengobatan, alasan utama Pak Harto menjual rumah tersebut adalah karena ingin mencari suasana baru dan menetap lama di Jakarta.
Pak Bayu bekerja di salah satu pabrik. Jarak antara rumah yang Pak Bayu tempati dengan pabrik berkisar 45 menit. Terkadang, dia mengambil lemburan hingga pulang tengah malam. Sedangkan Ibu Ela, dia seorang ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya mengasuh kedua anaknya yang masih kecil. Dimana Guntur masih berumur 5 tahun sedangkan si bungsu yaitu Kiki masih berumur 3 tahun. Satu lagi, Mbah Iyem di sini dia tidak bisa bicara karena terkena stroke. Sehingga, dia akan meminta bantuan kepada Ibu Ela atau yang lainnya dengan menggunakan Bahasa isyarat.
Bulan pertama mereka menempati rumah itu, tidak ada keanehan sama sekali. Bahkan, rumah itu tergolong nyaman-nyaman aja dan gak ada gangguan aneh yang memang membuat mereka semua tidak nyaman.
Akan tetapi, tepat di bulan kedua, tepatnya di bulan Juli 2008, awal mula terror pun terjadi…
Berawal saat Pak Bayu baru pulang kerja, dia tidak langsung masuk ke dalam rumah dan lebih memilih untuk membakar sebatang rokok di depan rumahnya. Di sela-sela Pak Bayu sedang menghisap rokok, tiba-tiba, dia mendengar suara ringikan tawa wanita yang sangat lirih namun terdengar jelas.
‘’Hik hik hik.’’
Suara itu hanya berbunyi satu kali namun jelas. Awalnya, Pak Bayu cuek dan tidak meladeni suara tawaan tersebut. Ia lebih memilih menikmati sebatang rokok dengan desiran angin malam yang menyejukkan pikirannya.
Namun, suara ringikan tawa yang kedua terdengar lagi. Kali ini, sumbernya berasal dari dalam rumah. Pak Bayu langsung berbicara dalam hatinya,
‘’Loh? Ibu lagi ketawa-ketawa sendiri? Tapi, tumben malem-malem gini.’’
Pak Bayu langsung membuang sisa rokok yang dia bakar lalu dia injak baranya. Kemudian, ia masuk ke dalam rumah untuk memastikan jika Bu Ela yang berada di dalam kamar. Perlahan, Pak Bayu melangkahkan kakinya ke kamar. Ia kemudian membuka kamarnya dan ternyata, isterinya sedang tertidur bersama dengan kedua anaknya yang telah terlelap tanpa ada suara sedikit pun kecuali suara desahan nafas saat tertidur.
Pak Bayu mulai sedikit gelisah. Ia mencoba untuk menenangkan pikirannya. Di sela-sela Pak Bayu sedang menenangkan pikirannya, tiba-tiba, ia kembali mendengar suara aneh yang berasal dari pohon mangga depan rumahnya. Bunyinya seperti suara kucing yang sedang menaiki pohon mangga.
Kresek…Kresekk
Namun,… baru saja Pak Bayu melangkahkan kakinya sebanyak 2 langkah dengan tujuan memastikan apa yang baru saja menaiki pohon mangga depan rumahnya, tiba-tiba, terdengar suara yang sama.
‘’Hik Hik Hik.’’
Suara ringikan tawa yang sama kembali terdengar. Alhasil, Pak Bayu pun langsung masuk ke dalam rumah dan memaksakan dirinya untuk tidur berdesakan bersama dengan isteri dan kedua anaknya.
Keesokan harinya, Pak Bayu menceritakan hal janggal semalam kepada isterinya.
‘’Bu… Semalam aku denger suara ketawa. Bapak kira, itu suara ibu lagi ketawa di dalam kamer bareng anak-anak. Eh pas bapak buka kamar, ternyata ibu sama anak-anak lagi tidur.’’ Ucap Pak Bayu kepada Bu Ela
‘’Ah yang bener, pak. Aku sama anak-anak aman-aman aja kok. Mungkin bapak kecapean habis pulang kerja. Siapa tahu, itu sugesti biasa.’’
'’Bener, bu. Bapak gak bohong. Nah, ada satu lagi yang bikin Bapak janggal. Semalam, ada suara seperti bunyi kresek-kresek gitu dari pohon mangga. Bapak kira itu kucing, eh pas bapak mau ngecek, tiba-tiba, bapak denger suara wanita ketawa.’’
Ibu Ela sama sekali tidak menanggapi apa yang baru saja dikatakan oleh Pak Bayu. Ia bahkan merasa, jika apa yang dikatakan oleh suaminya itu hanyalah sugesti biasa.
'’Udah, pak. Mending Bapak kerja. Jangan mikirin setan-setan. Kita udah 1 bulan di sini, harusnya, kalo setan itu ada di rumah ini, kenapa gak dari awal nerrornya?’’
‘’Husstttt… Pamali, bu. Gimana kalo setannya denger.’’
'’Biarin. Sini mana setannya. Jangan nguping aja…’’ Ucap Bu Ela dengan nada menantangnya
Baru saja Bu Ela berbicara seperti itu, tiba-tiba, foto pigura berukuran 21x30 cm yang terpasang di dinding tembok terjatuh di lantai.
BRUK!!
Pak Bayu dan Ibu Ela langsung terkejut. Pecahan kaca pigura berserakan dimana-mana. Mereka berdua langsung terdiam sesaat dan saling menatap satu sama lain seperti sedang membenarkan hal janggal yang baru saja terjadi.
‘’Bu. Kan udah Bapak bilang … Jangan aneh-aneh bicaranya.’’ Bisik Pak Bayu
‘’Hadeh, Bapak! Ini cuman angin. Udah, bapak berangkat kerja aja. Ibu beresin ini.’’
‘’Tapi, Bapak khawatir sama anak-anak, bu.’’
‘’Khawatir apa lagi? Di sini ada Ibu yang jagain anak-anak sama simbah.’’
Rasa kekhawatiran yang tercipta dari dalam pikiran Pak Bayu seperti benar-benar membuat hati Pak Bayu tidak tenang. Dia seakan-akan terbawa dalam rasa takut yang membuatnya tidak berhenti untuk memikirkan keselamatan keluarganya.
‘’Bismillah… Semoga aman-aman aja ya, bu.’’ Ucap Pak Bayu dengan nafas panjangnya
Bu Ela hanya mengangguk seperti membenarkan harapan suaminya. Ia kemudian beranjak bangkit, lalu mengambil sapu dan serokan untuk membersihkan sisa-sisa serpihan kaca yang sudah berantakan di lantai. Pak Bayu mengangkat tas kerjanya lalu pergi keluar rumah untuk menyalakan motornya. Suara riuh knalpot motor terdengar sedikit mengganggu orang rumah. Pak Bayu sesaat melihat ke arah isterinya yang sedang membersihkan pecahan kaca.
‘’Bu… Bapak berangkat dulu, ya.’’ Teriak Pak Bayu dari luaran rumah
‘’Iya, hati-hati pak.’’
Suara motor dari Pak Bayu perlahan meninggalkan rumah. Kini, Bu Ela kembali menjalankan aktivitasnya untuk membersihkan rumah dan lainnya. Ia sama sekali orang yang tidak mempercayakan akan hal-hal mistis seperti suaminya. Baginya, kehidupan manusia dan kehidupan terhadap makhluk-makhluk ghaib itu berbeda. Sehingga, mereka tidak akan saling bertemu satu sama lain kecuali…
‘’Hik Hik Hik…’’
Bu Ela mendengar suara tawaan lirih dari belakang rumahnya. Ia sedikit kebingungan dengan suara tawaan seorang wanita yang baru saja didengarnya itu. Bagaimana bisa ada wanita lain di rumah ini selain dirinya dan juga Mbah Iyem.
‘’Aku salah dengar, ya? Mana ada suara orang ketawa siang-siang ini.’’ Ucap Bu Ela sehabis membersihkan serpihan kaca yang masih berantakan di lantai. Ia kemudian membuang serpihan kaca itu di tong sampah depan rumah. Lalu, ia kembali meletakkan sapu dan serokan di tempat semula.
Langkah Bu Ela langsung terdiam sewaktu dia mendengar suara kursi roda milik mertuanya itu dari arah belakang. Jantung Bu Ela berdegup kencang. Dia menyadari, bahwa mertuanya itu sedang mengalami stroke. Mana mungkin kursi roda tersebut digerakkan oleh kedua tangannya yang tidak bisa digerakkan secara normal.
‘’Ibu…’’ Ucap Bu Ela
Ia kembali berjalan ke arah belakang untuk melihat keadaan mertuanya. Namun, lagi-lagi suara kursi roda itu masih terdengar jelas beriringan dengan suara lirihan tawa wanita. Perasaan Bu Ela semakin tidak enak. Dia seperti membayangkan bahwa mertuanya sedang dengan orang lain.
‘’Bu? Ibu?’’ Ucap Bu Ela
Bu Ela semakin tidak sabar untuk mendapati mertuanya. Hingga akhirnya,..
BRUK!
Bu Ela melihat Mbah Iyem sudah terjatuh dengan kursi roda yang menimpa tubuhnya. Bu Ela segera berlari ke arah Mbah Iyem dan mengangkat kursi roda yang menimpa tubuh mertuanya itu.
‘’Astaghfirullah, Ibu….’’ Teriak Bu Ela
‘’E---eee---eee---ee’’ Ucap Mbah Iyem sembari meneteskan air mata
‘’Ada orang lain di rumah ini?’’ Tanya Bu Ela yang mencoba untuk menerjemahkan Bahasa yang tidak bisa dimengerti olehnya
‘’Eee----eeee----eee’’ Ucap Mbah Iyem
‘’Dari dalam gudang?’’ Tanya Bu Ela
Ia pun menatap ke arah kamar gudang yang sudah terbuka. Bu Ela merasa janggal. Tidak mungkin mertuanya masuk sendirian ke gudang tersebut. Begitu juga dengan keadaan mertuanya yang terkena stroke, sangat tidak mungkin jika kursi roda itu digerakkan oleh mertuanya sendiri.
Bu Ela membantu Mbah Iyem untuk kembali duduk di kursi roda. Dengan sekuat tenaga, Bu Ela mengangkat tubuh mertuanya yang tidak bisa bergerak sama sekali.
‘’Bismillahhhhh….Allahuuuuuu.’’ Ucap Bu Ela sewaktu mengangkat tubuh mertuanya
BRUK!
Tubuh Mbah Iyem sudah berada di kursi roda. Bu Ela mencoba untuk menenangkan mertuanya dan membawanya menuju ke depan rumah supaya pikirannya tenang. Baru kali ini, Bu Ela merasa ada sesuatu yang tidak wajar semenjak sang suami menceritakan kejanggalan yang terjadi di rumahnya.
Bu Ela semakin waspada dengan apa yang sudah terjadi kepada Mbah Iyem. Walaupun Mbah Iyem tidak bisa menjelaskan secara rinci, namun, dirinya masih ada rasa ketakutan yang besar mana kala mertuanya itu di tinggal sendirian.
Matahari hampir tenggelam. Surup sudah menyapa. Sebentar lagi, waktu maghrib akan berkumandang. Bu Ela sibuk menyuruh anak-anaknya untuk bersiap-siap melaksanakan sholat di mushola terdekat.
‘’Guntur, Kiki. Cepet sholat di mushola.’’ Teriak Bu Ela
Guntur dan Kiki segera keluar dari kamarnya. Mereka berdua telah rapih mengenakan pakaian muslim untuk pergi ke masjid.
‘’Jangan guyonan kalo lagi sholat. Sehabis sholat, langsung pulang.’’
‘’Iya, bu.’’ Jawab mereka secara bersamaan
Guntur dan Kiki langsung menyalami tangan Bu Ela. Mereka berdua kemudian mengucapkan salam dan pergi meninggalkan rumah. Sekarang, tugas Bu Ela adalah membersihkan tubuhnya dan menjalankan sholat maghrib di rumah.
Selesai membersihkan badan, Bu Ela berniat untuk mengecek kamar mertuanya, Mbah Iyem. Ia kemudian membuka kamar Mbah Iyem dan melihat mertuanya sedang terduduk sembari memandangi tembok.
‘’Bu? Ibu mau makan lagi?’’
Bu Ela awalnya tidak menaruh curiga dengan tingkah ibu mertuanya tersebut. Ia kemudian menutup kembali pintu kamar ibu mertuanya. Akan tetapi, sebelum dia meninggalkan kamar, lagi-lagi, suara ringikan tawa terdengar dari dalam kamar ibu mertuanya.
‘’Hik hik hik.’’
Bu Ela langsung merinding seketika. Dari ujung kaki hingga rambutnya seperti bergetar sewaktu mendengar suara ringikan tawa seorang wanita dari dalam kamar ibu mertuanya. Bu Ela mengurungkan niatnya untuk meninggalkan kamar ibu mertuanya. Ia memberanikan diri untuk kembali masuk ke dalam kamar ibu mertuanya. Sewaktu dirinya membuka pintu kamar, Bu Ela terkejut dengan posisi rambut ibu mertuanya sudah berantakan,
‘’Ibuuu!’’
‘’Eeee—eeee—eeee.’’
‘’Siapa yang berantakin rambut Ibu?’’
Bi Iyem menatap ke arah tembok. Sepertinya, ada sesuatu yang dimaksud oleh Bi Iyem sedang berada di pojok kamar. Bu Ela segera menuju ke arah tembok yang dimaksud. Dia menaruh tangannya ke tembok yang dimaksud. Dan sesuatu terjadi di sana,
‘’Hah? Hawa panas apa ini?’’
Bu Ela merasakan hawa panas sewaktu dirinya menyentuh tembok tempat dimana sesuatu yang mengganggu Bi Iyem berada di sana. Ia kemudian memundurkan diri dan segera membawa ibu mertuanya untuk keluar dari kamar.
‘’Ada yang gak beres sama rumah ini!” Jelas Bu Ela
Ia pun membawa Ibu mertuanya masuk ke dalam kamar. Bersamaan dengan itu, anak-anak Bu Ela tiba. Bu Ela langsung dengan sigapnya menyuruh Guntur dan Kiki untuk masuk ke dalam kamar.
‘’Sini masuk ke kamar!” Teriak Bu Ela
‘’Ada apa, bu?’’
‘’Udah masuk aja.’’
Sewaktu Guntur dan Kiki masuk ke dalam kamar, terdengar suara ringikan tawa wanita dari luar kamar. Suaranya sangat membuat mereka semua ketakutan. Bu Ela pun memeluk kedua anak-anaknya sembari menjaga Ibu mertuanya agar dihindari dari gangguan-gangguan aneh tersebut. Sampai akhirnya, ketika gangguan itu mereda, suara motor dari Pak Bayu tiba
'’Bu… Bapak datang…’’
‘’Kalian di sini aja.’’
'’Ibu, Guntur sama Kiki takut…’’
Bu Ela tampak kebingungan. Dia tidak memiliki pilihan lain selain menjaga kedua anaknya dan membiarkan sang suami untuk masuk ke dalam rumah. Pak Bayu yang berada di luaran sedikit kebingungan sewaktu pintunya masih ditutup rapat. Ia pun mengetuk pintu beberapa kali. Namun, tidak ada jawaban dari dalam rumah. Pikir Pak Bayu, keluarganya sedang berada di ruangan belakang. Pak Bayu pun membuka pintu rumah sendiri lalu memasukkan motornya ke dalam.
Akan tetapi, sewaktu dirinya baru memakirkan motornya, tiba-tiba, Pak Bayu merasakan hawa merinding sekaligus ada sesuatu yang aneh dari balik tirai ruangan belakangnya.
'’Ela? Kamu lagi ngapain?’’
Pak Bayu melihat ada siluet bayangan hitam sedang berdiri di balik tirai. Ketika dirinya ingin menuju ke arah tirai tersebut, tiba-tiba suara ringikan tawa kembali terdengar bersamaan dengan tirai tersebut terbuka dengan sendirinya,
Sosok wanita dengan mengenakan pakaian serba putih dan rambut yang menutupi wajahnya sedang memandangi Pak Bayu dengan ringikan tawa yang mengerikan.
‘’Hik hik hik.’’
(Bersambung part-2)
Diubah oleh wira090720 31-08-2023 11:40






nightstory770 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
5.1K
Kutip
22
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan