- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Keraton Gunung Kawi


TS
djendradjenar
Keraton Gunung Kawi
Keraton Gunung Kawi
...
Keraton Gunung Kawi ini awalnya pada sekitar tahun 1112 adalah sebuah padepokan yang didirikan oleh Raja Kerajaan Dhoho/Dhaha (Kerajaan Kediri) Prabu Kameswara II. Suatu hari Prabu Kameswara II pernah berpesan kepada rakyatnya yang menyatakan bahwa beliau akan pergi ‘Mukso’ (Moksa) atau menyatu dengan alam ke Gunung Kawi.
...
Pada tahun 1830 awal, salah satu Penasehat Spiritual Pangeran Diponegoro bernama Kanjeng Kyai Zakaria II memutuskan pergi ke Gunung Kawi. Beliau seorang Spiritualis yang punya kemampuan Perang, dan lebih dikenal dengan nama Eyang Djoego (Jago).
...
Di Gunung Kawi itu Eyang Djoego lalu membangun sebuah Pesantren untuk menyebarkan Ajaran Islam, beliau mengangkat dua muridnya yaitu Raden Mas Djoned dan Ki Moeridun. Keduanya membawa Pusaka yaitu Kudi Caluk dan Kudi Pecok. Keduanyapun jago Bela Diri - Silat.
...
Pada masa setelahnya Eyang Djoego melakukan perjalanan ke Negeri Cina dan bertemu dengan seorang Janda China yang sedang mengandung karena kepergian suaminya. Eyang Djoego lalu dengan tanpa pamrih membantu proses anak dalam kandungan itu hingga lahir ke dunia. Pasca kejadian itu, beliau meninggalkan pesan, "Kelak, jika anak ini sudah besar suruh datang dan cari aku ke Gunung Kawi di Pulau Jawa."
...
Eyang Djoego meninggal dunia pada 22 Januari 1871 dan dimakamkan di area kompleks Keraton Gunung Kawi tak jauh dari Padepokan yang pernah didirikannya. Saat ini Pasarean almarhum sering dikunjungi masyarakat pada momen momen tertentu seperti Satu Suro.
...
Puluhan tahun kemudian, datang seorang pemuda dari negeri China ke Keraton Gunung Kawi untuk bertemu dengan sosok Eyang Djoego yang dulu membantu proses kelahirannya di Negeri China, namun yang dimaksud sudah meninggal dan pemuda itu bersedih karena belum sempat bertemu dengan salah satu orang yang sangat berjasa dalam hidupnya. Karena ingin membalas jasa Eyang Djoego, maka pemuda itu lalu merawat Pasarean almarhum dan membangunnya dengan megah hingga seperti yang terlihat di masa sekarang ini.
...
Berhubung pemuda yang bernama Tamyang ini seorang Konghuchu, lalu dia pun membangun tempat beribadah sesuai kepercayaannya karena memutuskan untuk tinggal beberapa lama, lalu dibuatlah sebuah Kuil untuknya beribadah yang masih berdiri hingga saat ini di Gunung Kawi. Kemudian dalam perjalanan waktu, di Kompleks Keraton Gunung Kawi tidak hanya ada Mesjid, Kuil karena kemudian juga ada Pura, Wihara dan lain lainnya yang berdiri berdampingan satu sama lain dan sangat dikeramatkan oleh masing masing pemeluknya (Jauh dari SARA).
...
Sejarah mencatat bahwa Eyang Djoego dimakamkan di Gunung Kawi pada 1871 dan makam atau Pasareannya jadi tempat yang dikeramatkan. Banyak peziarah yang datang dari berbagai Lintas Agama di dunia. Itulah salah satu hebatnya seorang Penasihat Spiritual Pangeran Diponegoro.
...
Jadi sejak kapan Gunung Kawi dijadikan tempat praktek Pesugihan? Ada yang tahu sejarahnya?
#SalamUniversal
...
Keraton Gunung Kawi ini awalnya pada sekitar tahun 1112 adalah sebuah padepokan yang didirikan oleh Raja Kerajaan Dhoho/Dhaha (Kerajaan Kediri) Prabu Kameswara II. Suatu hari Prabu Kameswara II pernah berpesan kepada rakyatnya yang menyatakan bahwa beliau akan pergi ‘Mukso’ (Moksa) atau menyatu dengan alam ke Gunung Kawi.
...
Pada tahun 1830 awal, salah satu Penasehat Spiritual Pangeran Diponegoro bernama Kanjeng Kyai Zakaria II memutuskan pergi ke Gunung Kawi. Beliau seorang Spiritualis yang punya kemampuan Perang, dan lebih dikenal dengan nama Eyang Djoego (Jago).
...
Di Gunung Kawi itu Eyang Djoego lalu membangun sebuah Pesantren untuk menyebarkan Ajaran Islam, beliau mengangkat dua muridnya yaitu Raden Mas Djoned dan Ki Moeridun. Keduanya membawa Pusaka yaitu Kudi Caluk dan Kudi Pecok. Keduanyapun jago Bela Diri - Silat.
...
Pada masa setelahnya Eyang Djoego melakukan perjalanan ke Negeri Cina dan bertemu dengan seorang Janda China yang sedang mengandung karena kepergian suaminya. Eyang Djoego lalu dengan tanpa pamrih membantu proses anak dalam kandungan itu hingga lahir ke dunia. Pasca kejadian itu, beliau meninggalkan pesan, "Kelak, jika anak ini sudah besar suruh datang dan cari aku ke Gunung Kawi di Pulau Jawa."
...
Eyang Djoego meninggal dunia pada 22 Januari 1871 dan dimakamkan di area kompleks Keraton Gunung Kawi tak jauh dari Padepokan yang pernah didirikannya. Saat ini Pasarean almarhum sering dikunjungi masyarakat pada momen momen tertentu seperti Satu Suro.
...
Puluhan tahun kemudian, datang seorang pemuda dari negeri China ke Keraton Gunung Kawi untuk bertemu dengan sosok Eyang Djoego yang dulu membantu proses kelahirannya di Negeri China, namun yang dimaksud sudah meninggal dan pemuda itu bersedih karena belum sempat bertemu dengan salah satu orang yang sangat berjasa dalam hidupnya. Karena ingin membalas jasa Eyang Djoego, maka pemuda itu lalu merawat Pasarean almarhum dan membangunnya dengan megah hingga seperti yang terlihat di masa sekarang ini.
...
Berhubung pemuda yang bernama Tamyang ini seorang Konghuchu, lalu dia pun membangun tempat beribadah sesuai kepercayaannya karena memutuskan untuk tinggal beberapa lama, lalu dibuatlah sebuah Kuil untuknya beribadah yang masih berdiri hingga saat ini di Gunung Kawi. Kemudian dalam perjalanan waktu, di Kompleks Keraton Gunung Kawi tidak hanya ada Mesjid, Kuil karena kemudian juga ada Pura, Wihara dan lain lainnya yang berdiri berdampingan satu sama lain dan sangat dikeramatkan oleh masing masing pemeluknya (Jauh dari SARA).
...
Sejarah mencatat bahwa Eyang Djoego dimakamkan di Gunung Kawi pada 1871 dan makam atau Pasareannya jadi tempat yang dikeramatkan. Banyak peziarah yang datang dari berbagai Lintas Agama di dunia. Itulah salah satu hebatnya seorang Penasihat Spiritual Pangeran Diponegoro.
...
Jadi sejak kapan Gunung Kawi dijadikan tempat praktek Pesugihan? Ada yang tahu sejarahnya?
#SalamUniversal
0
148
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan