Kaskus

Entertainment

User telah dihapusAvatar border
TS
User telah dihapus
Razia Rambut: Bentuk Hipokritas di Lingkungan Sekolah
Razia Rambut: Bentuk Hipokritas di Lingkungan Sekolah
Foto oleh pixabay.com/Pexels



Kalian, para kaum adam pernah nggak kena razia rambut di sekolah? Kalo pernah, pasti rasanya menyakitkan bukan? Sakit sekali seperti tertusuk duri yang sebesar paus biru. Berangkat ke sekolah, duduk dengan tertib, memperhatikan guru yang sedang mengajar di depan kelas dengan saksama. Eh tiba-tiba dateng guru killer membawa parang, eh gunting maksudnya. Auto panik seluruh siswa laki-laki di kelas itu. Saya jamin, si paling cool-pun tatkala mengalami hal ini pasti psikisnya kena jika rambut kesayangan terancam untuk ditebas.

Saya masih mending razia pake razor sih. Apalagi pihak sekolah yang rela buat mbayar tukang cukur, itu lebih baik dan pilihan terbaik. Bisa dibandingin lah ya, sama razia yang dieksekusi oleh guru langsung, nggak modal pula pake gunting. Outputnya jelas jauh berbeda, bagai langit dan bumi. Yang satu hasilnya bagus, rapi, walau jadinya botak. Tapi, seenggaknya kita nggak harus keluar duit lagi buat nggundulin kepala. Kalo pake gunting, apalagi yang nyukur guru sendiri, pasti jadinya cepak mekar rambut kita, harus keluar duit pula buat ke pangkas mbotakin kepala yang rambutnya sudah tidak berbentuk lagi.

Saya juga pernah tuh protes, berkeluh kesah kepada wali kelas. Karena memang saat itu ada sesi kritik dan saran. Saya tanya dong, "Pak Guru, kenapa para siswa diwajibkan untuk berambut pendek, sedangkan guru tak apa berambut gondrong. Bukankah, guru itu digugu dan ditiru?"

"Karena, guru diatur oleh kepala sekolah, dan tidak ada kewajiban untuk guru harus berambut pendek. Jadi, kami mengikuti aturan dari kepala sekolah," jawab Pak Guru.

Waktu itu saya belum bisa untuk mendebat beliau. Tapi, sekarang saya ingin menyampaikan kritik yang belum tersampaikan itu melalui tulisan ini. Jika alasannya adalah seperti demikian, muncul lagi pertanyaan lain di kepala. Kenapa kepala sekolah tidak membuat aturan untuk guru berambut pendek.

Bukankah guru itu digugu dan ditiru? Jikalau guru yang memberi aturan saja tidak berambut pendek, mana mau para siswa mengikuti peraturan yang sudah dibuat. Karena, siswa pasti akan mengkambing hitamkan seorang guru yang berambut gondrong. Dan menjadi trigger mereka untuk malas potong rambut. Ya, walaupun tetap akan kena razia di hari H jika menentang hal itu.

Ini kan hipokrit. Memberikan peraturan sedemikian rupa, tetapi yang mempunyai wewenang tidak mencontohkan apa yang ditulisnya. Hipokritas seperti ini sudah biasa di dunia pendidikan kita. Akronim "Guru" yang memiliki kepanjangan di gugu dan di tiru, memang sudah klise. Sangat klise.

Gimana menurut agan-agan semua?

Sekian, terimakasih.

R < D x V + SS
Diubah oleh User telah dihapus 01-08-2023 15:28
masnukhoAvatar border
masnukho memberi reputasi
1
95
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan