

TS
ormarr
Membentuk Karakter Qur'ani Dalam Masyarakat Millennial (Bagian. Satu)
Masyarakat millennial adalah generasi yang selalu bersentuhan dan tidak asing dengan teknologi dalam kesehariannya. Mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali mereka selalu bersentuhan dengan gadget agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Mencari tahu keadaan lingkungan sekitar dan berkomunikasi dengan masyarakat bukanlah hal yang sulit di lakukan generasi millennial. Berbeda dengan sebelum era millennial yang ranah komunikasinya terbatas dengan hanya yang ada di sekitarnya saja. Perubahan gaya hidup/life style/pola hidup yang begitu cepat merupakan fenomena atau realita sosial yang di alami generasi muda era millennial. Beberapa fenomena positif maupun negatif merupakan hal yang mungkin terjadi dalam masyarakat millennial.
Beberapa di antaranya seperti pergaulan bebas, membuat konten atau live streaming yang tidak mengandung unsur pendidikannya bagi diri sendiri maupun orang banyak, berbuat baik dengan tujuan pamer semata, membully orang lain di sosial media dengan tujuan menyakiti perasaan orang lain, pamer kekayaan materi agar mendapatkan pujian orang banyak, menyebarluaskan pengetahuan yang tidak bermanfaat kepada orang banyak dan menyalahgunakan sosial media untuk hal yang tidak bermanfaat. Agar fenomena tersebut tidak terjadi perlu pembentukan karakter sejak dini. Pembentukan karakter tidak dapat di lakukan secara instant dan harus di lakukan sejak dini di dalam maupun luar lingkungan Sekolah. Salah satu pendidikan karakter yang sangat idel di gunakan masyrakat millennial adalah karakter Qur’ani.
Dalam kajian studi Islam karakter Qur’ani dengan akhlak atau adab memiliki ruang lingkup yang tidak jauh berbeda. Salah satu tanda pengetahuan seseorang yang luas dan bijak dalam sikapnya ketidak karakter yang ada di dalam dirinya mengarah kepada hal-hal yang positif. Dalam kajian sejarah karakter Qur’ani selalu memberikan hasil yang positif, terlebih lagi apabila di terapkan di Rumah, Sekolah maupun masyarakat. Beberapa karakter Qur’ani yang berhasil melahirkan generasi emas dalam sejarah Islam yaitu kegigihan dalam belajar secara formal maupun nonformal, kesabaran di saat susah maupun senang, kejujuran, kesungguh-sungguhan dan keseriusan dalam ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah dan enggan melakukan ibadah yang tidak memberikan mafaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Beberapa ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan kegigihan dalam belajar secara formal maupun nonformal adalah surah Iqra dan Al-Qalam. Definisi Iqra secara bahasa adalah bacalah. M.Quraisy Shihab dalam salah satu bukunya memaknai Iqra dengan memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dan beberapa aktivitas lainnya yang melebihi membaca. Dalam kajian sejarah Islam tidak sedikit ditemukan beberapa pemimpin yang tidak hanya menjalankan tugasnya sebagai pemimpin suatu negara, wilayah tertentu. Mereka juga gemar membaca dan memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa di antaranya seperti ‘Umar bin ‘Abdul Aziz, Shalaḥuddin Yusuf ibn Ayyụb atau biasa yang dikenal dengan nama Shalaḥuddin Al-Ayubi, Muawiyah bin Abu Sufyan dan beberapa pemimpin lainnya.
Kegigihan dalam belajar secara formal maupun non formal mereka lakukan sejak usia muda sampai akhir hayatnya. Mencari, mengambankan dan melahirkan suatu teori dalam ilmu pengetahuan bukanlah hal yang sulit di lakukan masyarakat milleniall, terlebih lagi generasi muda. Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi informatika yang begitu cepat. Melalui gadget saja kita dapat mencari pengetahuan di manapun dan kapanpun. Karakter Qur’ani kedua yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah kesabaran dalam keadaan senang maupun susah. Sabar terbagi dua, sabar dalam cobaan dan sabar dalam ibadah. Persaingan gaya hidup yang begitu cepat dalam masyarakat millennial dapat merubah kondisi emosional seseorang menjadi tidak sabar terhadap keadaan atau situasi yang di alaminya.
Beberapa fenomena negatif dapat terjadi apabila manusia tidak sabar dengan ibadah yang di lakukan adalah tujuan dari ibadah yang tidak terealisasikan dalam kehidupan sehari-hari . Seperti apa yang terjadi di bulan Ramadhan ketika sebagian besar masyarakat muslim melaksanakan ibadah shalat tarawih dan witir dengan tujuan mendapatkan banyak jama’ah tanpa memperhatikan tata cara shalat yang baik dan benar. Fenomena rutin yang selalu terjadi di bulan Ramadhan tersebut menandakan sebagian besar masyarakat muslim yang tidak mengetahui makna dari setiap gerak gerik shalat dan hikmah di balik kewajiban shalat sunnah tarawih maupun witir maupun kekhusuan dalam pelaksanaannya. Ibadah yang tidak di lakukan dengan khusu’ tidak dapat merubah kondisi emosional seseorang menjadi lebih stabil di saat senang maupun susah.
Persaingan gaya hidup/pola hidup/life style yang begitu cepat dalam masyarakat millennial dapat merubah kondisi emosional seseorang menjadi tidak stabil yang ditandai dengan tidak sabar terhadap kondisi yang di alami. Karakter Qur’ani ketiga yang terdapat dalam Al-Qur’an adalah kejujuran. Perkembangan teknologi informatika yang begitu cepat dapat merubah cara belajar masyarakat menjadi serba instant atau cepat walaupun harus memanipulasi data. Terlebih lagi generasi millennial yang selalu bersentuhan dengan teknologi dalam proses belajarnya di dalam maupun luar lingkungan Sekolah dan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta. Manipulasi data merupakan bagian dari perilaku tidak jujur yang mudah di lakukan masyarakat millennial. Dalam kajian Al-Qur’an jujur merupakan bagian dari perilaku tercela yang di lakukan Iblis ketika menipu Adam dan Hawa di dalam Surga.
Iblis menipu Adam dan Hawa dengan mengatakan bahwa buah Khuldi merupakan buah yang dapat menjadikan mereka hidup lebih lama di dalam Surga. Adam dan Hawa tertipu dengan tipu daya Iblis sehingga memakan buah tersebut. Apabila perilaku tidak jujur yang di lakukan Iblis di lakukan manusia dalam lingkungan pendidikan dapat memberikan efek negatif berkepanjangan berupa kualitas sumber daya manusia yang tidak bermutu, karakter Qur'ani yang tidak terbentuk dalam diri seseorang dan kepercayaan seseorang yang hilang di mata masyarakat. Salah satu terjemahan matan hadith yang berhubungan dengan kejujuran sebagai berikut, "Hendaklah kalian bersikap atau berucap dengan jujur karena kejujuran dapat seseorang kepada kebenaran dan kebenaran mengantarkan kepada Surga. Hindarilah kebohongan karena kebohongan membawa kepada keburukan dan keburukan mengantarkan manusia ke Neraka".
(Bersambung ke Judul :"Membentuk Karakter Qur'ani Dalam Masyarakat Millennial Dalam Lingkungan Sekolah (Bagian Dua)"
Iblis menipu Adam dan Hawa dengan mengatakan bahwa buah Khuldi merupakan buah yang dapat menjadikan mereka hidup lebih lama di dalam Surga. Adam dan Hawa tertipu dengan tipu daya Iblis sehingga memakan buah tersebut. Apabila perilaku tidak jujur yang di lakukan Iblis di lakukan manusia dalam lingkungan pendidikan dapat memberikan efek negatif berkepanjangan berupa kualitas sumber daya manusia yang tidak bermutu, karakter Qur'ani yang tidak terbentuk dalam diri seseorang dan kepercayaan seseorang yang hilang di mata masyarakat. Salah satu terjemahan matan hadith yang berhubungan dengan kejujuran sebagai berikut, "Hendaklah kalian bersikap atau berucap dengan jujur karena kejujuran dapat seseorang kepada kebenaran dan kebenaran mengantarkan kepada Surga. Hindarilah kebohongan karena kebohongan membawa kepada keburukan dan keburukan mengantarkan manusia ke Neraka".
(Bersambung ke Judul :"Membentuk Karakter Qur'ani Dalam Masyarakat Millennial Dalam Lingkungan Sekolah (Bagian Dua)"
Diubah oleh ormarr 20-09-2023 06:39
0
39
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan