Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

anasaufarazi810Avatar border
TS
anasaufarazi810
Tembang Malam Hari
Malam dingin itu aku sendirian di kamar. Sendirian saja. Semua kaset sudah aku putar. Hampir semua kuhafal kecuali kidung sering kudengar setiap hampir satu malam. Suara perempuan. Sangat halus seperti kecantikan mistis. Kecantikan sulit disentuh namun mudah dirasakan. Benar saja. Sayup-sayup suaranya yang bening seperti memanggil-manggil. Aku buka jendela dengan kepala sibuk melongok kanan kiri. Suasana luarbiasa dingin, perumahan perumnas itu sejuk dan damai, harini Februari 1981. Beberapa hari lagi peringatan Valentine.

Beranikan diri badanku melompat keluar jendela. Peduli setan kamar tidak aku gembok. Siapa hendak maling? Kecuali darah dan pedang.

Kedua sepatuku menjinjit menaiki dinding. Mataku sibuk menyipit setipis lidi. Kedua tanganku mencengkam dinding lalu lompat turun ke tanah. Suara itu semakin jelas saja. Di bawah rembulan kuning raksasa semakin dingin saja. Di bawah pohon ketapang mataku melihat sosok perempuan duduk main gitar. Beratus meter dari sepatuku membisu. Haruskah ke sana?

Badanku lintang pukang mendekati jendela di mana perempuan itu sedang ada di kamarnya. Mataku menganga takjub sendirinya. Wanita itu lincah gunakan telunjuknya. Kedua tangan itu meletik-letik gitar kayu. Suara itulah membikinku sukar tidur. Penasaran namun takut mencari. Sekarang semua semakin jelas. Kami tetangga namun tidak saling kenal. Mungkin ayahnya mentri penerangan sedang ayahku pns yang gajinya pas pasan. Ah, huh tidak guna bandingan rasial. Sekarang urusanku harus berani. Berani tinggal sentuh hatinya. Sentuhan kenalan pertama di satu dini hari.

“Mainmu bagus.” kataku berdiri berkacak pinggang.

Perempuan berambut brunette itu terjompak naik akibat kaget. “Siapa kau? Mau aku teriak?”

“Tidak usah. Kalau tidak suka. Panggil mami papimu ke sini. Mereka pasti usir saya.”

Sejenak mukanya merenung sebentar. Matanya terangkat menatapku. Matanya berkilau-kilau. “Mereka tidak dirumah.”

“Ada atau tidaknya aku sudah tidak sopan.” kataku melipat kedua tangan ke tepian jendela.

“Memang,” perempuan itu hampiriku. “Siapa berani suruh kau ke sini?”

“Aku sendiri.”

“Mustahil. Tidak ada berani lompati tembok rumahku.”

“Dan orang itu sudah di depanmu.” jawabku bersiul kemudian.

“Tidak tidur?” tanyanya kembali duduk.

“Aku tidak kuliah. Aku juga sudah lulus.”

“Kenapa tidak?”

“Kenapa? Percuma kuliah kalau tidak boleh bicara.”

“Kau perusuh?”

“Maksudmu?”

“Mereka kumpul untuk bikin rusuh. Itu sebab tidak bolehkan. Terpelajar sekarang sama nakalnya dengan mereka yang sama sekali buta huruf.”

“Kenapa kau main gitar?”

“Tidak kau tahu? Kesenian itu pedang. Orang dulu bilang seni seperti pedang. Ketangkasan, keuletan, setiakawan semua ada di sana. Itu waktu musik belum kenal manusianya. Sekarang tidak perlu bela diri, sekarang bukan jaman barok, mereka tidak setuju dengan penguasa hanya menyulitkan dirinya. Seperti kataku, belajarlah kesenian karena seni menyatukan siapa pun tanpa perlu diminta.”

“Itu untuk mereka punya uang.” kataku masih luar jendela.

“Tidak, sekarang memang belum, coba buktikan kataku empat tahun dari sekarang.”

“Negeri kita tidak kenal seniman.”

“O, tentu kenal.” katanya yakin. Dan aku sendiri tidak.

“Negeri kita tahunya meniru saja.”

“Itu tidak benar. Meniru sangat mudah tapi tidak semua bisa dan mau melakukannya.”

“Siapa penyanyi favoritmu?”

“Wilfredo McGurerro, Rigoletto Verdi, Commedia del arte, La Traviata dan Theatre en liberte.”

“Itu teater bukan kenyataan harini.”

“Menurutmu? Apa musik itu?”

“Frank Zappa, Moon Zappa, Daryll Hall, Dionne Warwick dan Stevie Wonder. Mereka itulah dekorasi seni harini.”

“Lucu, katamu benar, kau tidak tahu? Mereka hebat bukan akibat terkenal. Mereka punya peran tidak banyak orang tahu. Selain hiburan mereka kenal humanisme, peduli lingkungan. Ada juga pembantu pemerintah. Jane Fonda, Sonny Bono atau Sting belakangan.”

“Aku baru tahu. Kau pun mau ikut festival? Benar kataku.”

“Benar, sekarang orang suka lagu rakyat sudah tujuh tahun lamanya.”

“DKS sudah tutup.”

“Tidak, tutup hanya sementara saja, sekarang pergi. Aku mau tutup jendela.”

Besoknya kami sering ketemuan di tempat dan suasana sama. Saking seringnya, saking dekatnya hanya bisa lihat dia main saja di kamarnya. Aku tidak pernah masuk ke sana. Sampai suatu hari kata-katanya seperti begini:

“Besok aku akan ke Canberra, sepupuku baru kerja ke sana, omaku sudah kangen katanya.”

Dan aku baru tahu dia peranakan Australia. Ada Australia dalam darahnya. Kami sudah tidak pernah ketemu lagi. Mungkin lima bulan sudah. Valentine sudah terlampaui. Terlampaui juga harapan-harapan luarbiasa hatiku: bisakah kali ini saja aku kenal cinta? Kata orang, kata pujangga muda dan tua, cinta sumber segala-galanya. Sang gurubesar semesta dan manusianya tetaplah cinta.

Suaranya yang jauh tidak lagi kudengar. Aku tidak punya tangan ke seberang untuk menariknya duduk ke sini denganku. Tanpa sadar mataku menitik tinta biru. Tinta itu sekarang aku tuliskan, kembalilah untuk semua pernah kita lalui, tidak ada kata lain kecuali. Datanglah seperti tembang malam hari. Datanglah seperti suaramu hidup di tengah deru nafasku dan seisi dunia tahu, binatang-binatang malam dan bintang-bintang Timur sampai bintang fajar, bintang pagi. Semua tahu belaka. Aku benar-benar cinta mati padamu. Aku benar-benar terpukau suaramu. Terpukau kenyataan dan seisinya: cintamu tidak sejauh bahasa nasib manusia. Hatimu sudah penentang jarak-jarak Bhatarakala, jarak-jarak pemisah ke titik kemusnahan. Jiwamu berada sekarang. Negeri yang asing dalam segala-galanya.

Empat tahun seperti katamu, musik benar-benar satu kesatuan manusianya, semua benar-benar aku saksikan harini, AID, sumbangan konser terbesar sepanjang umat manusia, di mana kelaparan rasanya sudah umum saja. Termasuk Afrika sekarang. Bob Geldof sudah letakan dirinya untuk naik marak dengan namanya sebagai penyumbang kelaparan Afrika. Mau tidak mau aku teringat kata-kata Ira, perempuan kutemui empat tahun itu, kesenian menyatukan seluruh lapisan tanpa paksaan dan seniman Eropa semakin besar saja dibanding negeriku. Mereka tidak lagi hiburan kosong tanpa kesadaran, mereka yang membutuhkan sedang butuh perlindungan dan kemanusiaan. Adakah negeriku begitu? Mungkin menyusul aku pun tidak tahu.

***

Malam ini seperti mengulangi sikapmu. Aku berada di tepi jendela, duduk di sana dengan main gitar, memainkan apa saja lagu-lagu kesukaanku. Balada cengeng, balada desa, balada berapi-api, balada lenong, balada kanak-kanak, balada sambal trasi dstr, dstr ....

Berharap kau nongol tiba-tiba dan menciumku. Huh, ah rasanya tidak mungkin. Bulumataku semakin berat saja. Kantuk diam-diam menyerangku. Tetapi tertahan dengan suara gemerisik langkah seseorang. Aku putar kepala ke pekarangan. Sayup-sayup dibawah kabut kebiruan saking dingin, sayup-sayup sinar rembulan semakin jelas menampakan dirinya.

Perempuan dengan baju perawat semakin maju saja. Wajahnya hilang di bawah sebatang pohon Kamboja. Kontan buluromaku seperti menggigil ketakutan. Perempuan dengan sepatu cabaret putih itu datang sendirian. “Bosan menunggu?”

“Empat tahun tidak ada artinya.”

“Bohong, sekarang aku mau dengar suaramu.”

“Suaramu dulu.”

Nyatanya itu dia, dia yang aku rindukan suaranya satu dini hari itu. Tembang malam hari tidak sedingin malam-malam lain. Aku mengagumimu ....

End

Catatan:

DKS (dewan kesenian) juri atau pengurus lomba musik dekade 1972 sampai 1975. Paling banyak lagu rakyat atau indie kalau sekarang.

Pns jaman itu konon tidak dapat honor pantas seperti harini.

Konser AID, konser amal kontroversial, di mana Indonesia kena latah konser serupa di tahun 1992 sampai 1993. Ada di cafe, gor sampai musisi besar seperti Iwan Fals ikut peran konser amal.

Pemerintah orba melarang organisasi terpelajar sejak peristiwa Malaria merugikan rezim. Peraturan itu semakin kuat memasuki dekade 80an.

pulaukapokAvatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan pulaukapok memberi reputasi
2
1.3K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan