- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
Ibu Kaget Lihat CCTV, Si Sulung Cekik Adiknya hingga Tewas, Ayah: Trauma di-Bully
TS
yellowmarker
Ibu Kaget Lihat CCTV, Si Sulung Cekik Adiknya hingga Tewas, Ayah: Trauma di-Bully
Teman di sekolah
Jumat, 7 Juli 2023 11:40
Kakak sulung cekik adik hingga tewas, ibu syok lihat rekaman CCTV, ayah beberkan penyebabnya.
Penulis: ninda iswara Editor: ninda iswara
TRIBUNTRENDS.COM -Betapa kagetnya seorang ibu melihat rekaman CCTV dari ponselnya.
Sang ibu kala itu sedang berada di tempat kerjanya pun langsung menghubungi tetangga untuk melihat keadaan anak-anaknya.
Alangkah terkejutnya si ibu melihat putra sulungnya yang berusia 14 tahun mencekik adiknya.
Bocah berusia 9 tahun tersebut menghembuskan napas terakhirnya setelah dicekik sang kakak.
Kejadian pilu di Melaka ini pun cukup mengejutkan publik.
Sang ayah, Najli Yakob, menerima suratan takdir yang menghampiri putranya yang telah tiada, Muhammad Haziq Damiri Najli.
Haziq diketahui memang cukup dekat dengan kakak sulungnya.
Najli Yakob ceritakan putranya di-bully dan trauma, cekik adik hingga tewas (Ohmymedia)
Sayang, kelakuan sang kakak mulai berubah di tahun lalu setelah menjadi korban bully.
Najli menuturkan bahwa putra sulungnya pernah mengadu kalau ia di-bully.
Bullying yang diterima si sulung ini membuatnya trauma.
Akibat dari bully tersebut, sang anak juga kerap meracau.
Bahkan sang ayah pernah lapor ke polisi lantaran sang anak dipukul temannya ketika berada di asrama.
"Dia (abang) pernah cerita kalau dicekik saat tidur hingga disiram air. Kami juga sudah membuat laporan polisi terkait bullying yang dialami anak kami. Akibat dari bully ini, anak kami mengalami trauma dan memendam apayang ia rasakan. Saya yakin dia tidak sadar atas apa yang telah ia lakukan terhadap adiknya," ujar Najli, seperti TribunTrends kutip dari Ohmymedia, Jumat (7/7/2023).
Bullying yang dialami anak sulung Najli ternyata tak berhenti sampai di situ.
Ia pun kembali membeberkan apa yang dialami sang putra.
"Dia mengaku pernah dipukul, ditendang menggunakan sepatu. Tapi setelah satu tahun, dia tidak lagi menyebut nama kedua temannya itu karena tidak ingin dipukuli lagi," ujarnya mengingat cerita sang putra.
Pria berusia 42 tahun percaya kalau putra sulungnya mencekik sang adik hingga tewas dalam keadaan tidak sadar.
Terlebih apa yang dilakukan oleh sang putra ini bukanlah yang pertama.
Najli Yakob ceritakan putranya di-bully dan trauma, cekik adik hingga tewas (Ohmymedia)
Putra sulungnya juga pernah mencekiknya dan sang istri.
Pria yang berprofesi sebagai tukang urut ini ikhlas dengan kepergian sang putra.
Kendati demikian, Najli berharap semoga para pem-bully yang membuat putra sulungnya trauma dikenai hukuman.
Hal ini dikarenakan aksi bullying mereka telah memakan korban.
Ikhlas sang putra telah tiada, Najli sendiri merasa bersalah karena tidak bisa mengawasi anak-anak kala itu.
"Saya merasa sangat bersalah karena meninggalkan mereka berdua bersama. Saya langsung lemas setelah sang istri mengabarkan kalau putra kami telah tiada," pungkasnya.
Jenazah Haziq sendiri sempat disemayamkan di rumah kakeknya di Kampungku Sayang, Bukit Piatu.
Setelah itu, jenazahnya dimakamkan di tempat pemakaman Islam Bukit Piatu.
(TribunTrends/Ninda/Monalisa)
Sumber
Kakak sulung cekik adik hingga tewas, ibu syok lihat rekaman CCTV, ayah beberkan penyebabnya.
Penulis: ninda iswara Editor: ninda iswara
TRIBUNTRENDS.COM -Betapa kagetnya seorang ibu melihat rekaman CCTV dari ponselnya.
Sang ibu kala itu sedang berada di tempat kerjanya pun langsung menghubungi tetangga untuk melihat keadaan anak-anaknya.
Alangkah terkejutnya si ibu melihat putra sulungnya yang berusia 14 tahun mencekik adiknya.
Bocah berusia 9 tahun tersebut menghembuskan napas terakhirnya setelah dicekik sang kakak.
Kejadian pilu di Melaka ini pun cukup mengejutkan publik.
Sang ayah, Najli Yakob, menerima suratan takdir yang menghampiri putranya yang telah tiada, Muhammad Haziq Damiri Najli.
Haziq diketahui memang cukup dekat dengan kakak sulungnya.
Najli Yakob ceritakan putranya di-bully dan trauma, cekik adik hingga tewas (Ohmymedia)
Sayang, kelakuan sang kakak mulai berubah di tahun lalu setelah menjadi korban bully.
Najli menuturkan bahwa putra sulungnya pernah mengadu kalau ia di-bully.
Bullying yang diterima si sulung ini membuatnya trauma.
Akibat dari bully tersebut, sang anak juga kerap meracau.
Bahkan sang ayah pernah lapor ke polisi lantaran sang anak dipukul temannya ketika berada di asrama.
"Dia (abang) pernah cerita kalau dicekik saat tidur hingga disiram air. Kami juga sudah membuat laporan polisi terkait bullying yang dialami anak kami. Akibat dari bully ini, anak kami mengalami trauma dan memendam apayang ia rasakan. Saya yakin dia tidak sadar atas apa yang telah ia lakukan terhadap adiknya," ujar Najli, seperti TribunTrends kutip dari Ohmymedia, Jumat (7/7/2023).
Bullying yang dialami anak sulung Najli ternyata tak berhenti sampai di situ.
Ia pun kembali membeberkan apa yang dialami sang putra.
"Dia mengaku pernah dipukul, ditendang menggunakan sepatu. Tapi setelah satu tahun, dia tidak lagi menyebut nama kedua temannya itu karena tidak ingin dipukuli lagi," ujarnya mengingat cerita sang putra.
Pria berusia 42 tahun percaya kalau putra sulungnya mencekik sang adik hingga tewas dalam keadaan tidak sadar.
Terlebih apa yang dilakukan oleh sang putra ini bukanlah yang pertama.
Najli Yakob ceritakan putranya di-bully dan trauma, cekik adik hingga tewas (Ohmymedia)
Putra sulungnya juga pernah mencekiknya dan sang istri.
Pria yang berprofesi sebagai tukang urut ini ikhlas dengan kepergian sang putra.
Kendati demikian, Najli berharap semoga para pem-bully yang membuat putra sulungnya trauma dikenai hukuman.
Hal ini dikarenakan aksi bullying mereka telah memakan korban.
Ikhlas sang putra telah tiada, Najli sendiri merasa bersalah karena tidak bisa mengawasi anak-anak kala itu.
"Saya merasa sangat bersalah karena meninggalkan mereka berdua bersama. Saya langsung lemas setelah sang istri mengabarkan kalau putra kami telah tiada," pungkasnya.
Jenazah Haziq sendiri sempat disemayamkan di rumah kakeknya di Kampungku Sayang, Bukit Piatu.
Setelah itu, jenazahnya dimakamkan di tempat pemakaman Islam Bukit Piatu.
(TribunTrends/Ninda/Monalisa)
Sumber
Quote:
Pondok Pesantren Gontor Akui Ada Bullying Kasus Tewasnya Santri
Kompas.com - 06/09/2022, 10:47 WIB
Jubir Ponpes Darussalam Gontor, Noor Syahid saat mengeluarkan pernyataan terkait AM santri dari Palembang yang meninggal dunia.
Penulis Sandra Desi Caesaria | Editor Dian Ihsan
KOMPAS.com -Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Gontor, Ponorogo Jawa Timur merespons kasus santri AM asal Palembang yang tewas dianiaya santri lain.
Juru bicara Pondok Pesantren Gontor, Noor Syahid membenarkan adanya kasus santri Ponpes Gontor yang tewas dianiaya.
"Atas nama pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur saya selaku juru bicara Pondok dengan ini menyampaikan terkait wafatnya Almarhum ananda AM santri Gontor asal Palembang pada Senin pagi 22 Agustus," ujarnya dari keterangan resmi yang didapat Kompas.com.
Noor mengatakan, dari penelusuran Pondok Pesantren Gontor, kasus bullying ini sudah terjadi dan sudah ditangani dengan tegas.
Santri AM yang meninggal dunia karena dianiaya terungkap dari aduan ibu AM bernama Soimah kepada pengacara kondang Hotman Paris.
Video aduan Soimah ini kemudian diunggah ke akun Instagram @hotmanparisofficial.
Dalam video itu, Hotman meminta Polda Jatim merespons kasus itu. Sebab, orangua AM merasa ada kejanggalan dalam kematian anaknya tersebut.
Misalnya, menyebut kalau jenazah mendiang AM banyak mengeluarkan darah.
Bahkan kain kafan sampai harus diganti dua kali sebelum dimakamkan oleh keluarganya. Termasuk banyaknya lebam pada tubuh anaknya.
AM disebut meninggal karena kelelahan oleh Uztad Agus, wali dari Pondok Pesantren Gontor yang mengantarkan jenazah AM ke Palembang.
Untuk hal ini, Noor menyampaikan beberapa respons akan kasus ini, berupa tiga poin penting. Berikut rinciannya:
1. Menyayangkan aksi bullying
Pertama, Pondok Modern Darussalam Gontor dengan ini memohon maaf sekaligus berbela sungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya almarhum ananda AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.
Pihaknya menyesali terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum.
"Untuk itu upaya pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu sama berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," tambahnya.
Pihaknya juga merespon tanggapan orangtua almarhum yang menganggap pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan tidak terbuka.
2. Mengakui adanya bullying
Kemudian, pada poin kedua pihak Ponpes Darussalam Gontor mengakui adanya bullying atau penganiayaan terhadap AM.
"Temuan tim pengasuhan santri memang menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat," tambahnya.
Menyikapi hal ini pihak Ponpes Darussalam Gontor langsung bertindak cepat dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan atau bullying tersebut pada hari yang sama ketika almarhum wafat.
"Kami juga mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada santri yang diduga terlibat yaitu dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari Pondok Modern Darussalam Gontor secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orang tua mereka masing-masing," tegas Noor.
Dia mengatakan pada prinsipnya Pondok Modern Darussalam Gontor tidak mentoleransi segala aksi kekerasan atau bullying di dalam lingkungan pesantren ataupun bentuknya.
3. Ponpes Darussalam Gontor siap berkoordinasi secara hukum
Lalu poin ketiga, pihak Ponpes Darussalam Gontor siap mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini.
"Hingga pernyataan resmi ini diterbitkan kami pihak Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus berusaha intens menjalin komunikasi dengan keluarga almarhum ananda AM untuk mendapatkan solusi-solusi terbaik dan kemaslahatan bersama," tambah Noor.
Terpisah, Kementerian Agama (Kemenag) mengaku pihaknya telah melakukan sosialisasi dan imbauan agar bisa memberantas tindakan pencegahan bullying di kalangan pondok pesantren.
"Himbauan dan sosialisasi sudah dilakukan (untuk mencegah bullying) di lingkungan ponpes," ucap Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghafur kepada Kompas.com.
Sumber
Kompas.com - 06/09/2022, 10:47 WIB
Jubir Ponpes Darussalam Gontor, Noor Syahid saat mengeluarkan pernyataan terkait AM santri dari Palembang yang meninggal dunia.
Penulis Sandra Desi Caesaria | Editor Dian Ihsan
KOMPAS.com -Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Gontor, Ponorogo Jawa Timur merespons kasus santri AM asal Palembang yang tewas dianiaya santri lain.
Juru bicara Pondok Pesantren Gontor, Noor Syahid membenarkan adanya kasus santri Ponpes Gontor yang tewas dianiaya.
"Atas nama pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur saya selaku juru bicara Pondok dengan ini menyampaikan terkait wafatnya Almarhum ananda AM santri Gontor asal Palembang pada Senin pagi 22 Agustus," ujarnya dari keterangan resmi yang didapat Kompas.com.
Noor mengatakan, dari penelusuran Pondok Pesantren Gontor, kasus bullying ini sudah terjadi dan sudah ditangani dengan tegas.
Santri AM yang meninggal dunia karena dianiaya terungkap dari aduan ibu AM bernama Soimah kepada pengacara kondang Hotman Paris.
Video aduan Soimah ini kemudian diunggah ke akun Instagram @hotmanparisofficial.
Dalam video itu, Hotman meminta Polda Jatim merespons kasus itu. Sebab, orangua AM merasa ada kejanggalan dalam kematian anaknya tersebut.
Misalnya, menyebut kalau jenazah mendiang AM banyak mengeluarkan darah.
Bahkan kain kafan sampai harus diganti dua kali sebelum dimakamkan oleh keluarganya. Termasuk banyaknya lebam pada tubuh anaknya.
AM disebut meninggal karena kelelahan oleh Uztad Agus, wali dari Pondok Pesantren Gontor yang mengantarkan jenazah AM ke Palembang.
Untuk hal ini, Noor menyampaikan beberapa respons akan kasus ini, berupa tiga poin penting. Berikut rinciannya:
1. Menyayangkan aksi bullying
Pertama, Pondok Modern Darussalam Gontor dengan ini memohon maaf sekaligus berbela sungkawa yang sebesar-besarnya atas wafatnya almarhum ananda AM, khususnya kepada orangtua dan keluarga almarhum di Sumatera Selatan.
Pihaknya menyesali terjadinya peristiwa yang berujung pada wafatnya almarhum.
"Untuk itu upaya pondok pesantren yang concern terhadap pendidikan karakter anak, tentu sama berharap agar peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi di kemudian hari," tambahnya.
Pihaknya juga merespon tanggapan orangtua almarhum yang menganggap pengantaran jenazah dianggap tidak jelas dan tidak terbuka.
2. Mengakui adanya bullying
Kemudian, pada poin kedua pihak Ponpes Darussalam Gontor mengakui adanya bullying atau penganiayaan terhadap AM.
"Temuan tim pengasuhan santri memang menemukan adanya dugaan penganiayaan yang menyebabkan almarhum wafat," tambahnya.
Menyikapi hal ini pihak Ponpes Darussalam Gontor langsung bertindak cepat dengan menindak atau menghukum mereka yang terlibat dugaan penganiayaan atau bullying tersebut pada hari yang sama ketika almarhum wafat.
"Kami juga mengambil tindakan tegas dengan menjatuhkan sanksi kepada santri yang diduga terlibat yaitu dengan mengeluarkan yang bersangkutan dari Pondok Modern Darussalam Gontor secara permanen dan langsung mengantarkan mereka kepada orang tua mereka masing-masing," tegas Noor.
Dia mengatakan pada prinsipnya Pondok Modern Darussalam Gontor tidak mentoleransi segala aksi kekerasan atau bullying di dalam lingkungan pesantren ataupun bentuknya.
3. Ponpes Darussalam Gontor siap berkoordinasi secara hukum
Lalu poin ketiga, pihak Ponpes Darussalam Gontor siap mengikuti segala bentuk upaya penegakan hukum terkait peristiwa wafatnya almarhum AM ini.
"Hingga pernyataan resmi ini diterbitkan kami pihak Pondok Modern Darussalam Gontor masih terus berusaha intens menjalin komunikasi dengan keluarga almarhum ananda AM untuk mendapatkan solusi-solusi terbaik dan kemaslahatan bersama," tambah Noor.
Terpisah, Kementerian Agama (Kemenag) mengaku pihaknya telah melakukan sosialisasi dan imbauan agar bisa memberantas tindakan pencegahan bullying di kalangan pondok pesantren.
"Himbauan dan sosialisasi sudah dilakukan (untuk mencegah bullying) di lingkungan ponpes," ucap Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono Abdul Ghafur kepada Kompas.com.
Sumber
OMG, this is insane.
Human is so random.
I can't stand it anymore.
Au.. Au.. Auuuuu~
Human is so random.
I can't stand it anymore.
Au.. Au.. Auuuuu~
Diubah oleh yellowmarker 07-07-2023 13:52
0
262
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan