Pada 27 Juni 2023 lalu menjadi hari spesial Gan, pasalnya tanggal tersebut diperingati sebagai momen pengisian bahan bakar pertama di dunia yang dilakuakan oleh US Army Air Force (dulu belum ada USAF). Pqda proses air refueling yang pertama melibatkan dua pesawat biplan de Havilland DH-4B yang dimodifikasi. Di kokpit depan masing-masing pesawat adalah Letnan Satu Virgil Hine dan Letnan Satu Frank W. Seifert, dengan pilot di kokpit belakang diawaki oleh Kapten Lowell H. Smith dan Letnan Satu John P. Richter.

Pada saat itu kedua pesawat melakukan kontak pada ketinggian 152 meter di atas Lapangan Rockwell, di Pulau Utara San Diego. Seifert, yang berada di kokpit belakang pesawat pertama lantas mengirimkan selang karet ke Richter, di kokpit belakang pesawat kedua. Waktu itu pesawat pertama hanya membawa 416 liter bahan bakar. Dan pada kesempatan pertama ini, hanya 283 liter yang disalurkan ke pesawat penerima.

Masalah mesin pada pesawat penerima memaksa misi air refueling dihentikan, dengan pesawat penerima tetap di udara selama 6 jam 38 menit. Dari eksperimen tersebut telah membuktikan perluasan jangkauan yang ditawarkan oleh pengisian bahan bakar di udara. Kemudian awak pesawat yang sama terlibat dalam uji coba lebih lanjut dengan DH-4B yang diikuti pada minggu-minggu berikutnya.

Untuk menambah fleksibilitas, misi kedua menambahkan pesawat tanker lain, diawaki oleh Kapten Robert G. Erwin dan Letnan Satu Oliver R. McNeel. Pada tanggal 27 dan 28 Agustus 1923, pesawat Smith dan Richter tetap mengudara total waktu 37 jam 25 menit, menetapkan rekor ketahanan dunia baru. Dalam prosesnya pesawat melalui 14 kontak pengisian bahan bakar di udara dengan dua kapal tanker. 



Fase uji coba berikutnya pada tanggal 25 Oktober 1923, ketika Smith dan Richter lepas landas dari Suma, Washington, dekat perbatasan Kanada, dan terbang ke selatan. Di atas Eugene, Oregon, pesawat mereka diisi bahan bakar oleh Hine dan Seifert, sementara lebih banyak bahan bakar diambil di atas Sacramento, California, dengan Erwin dan McNeel menerbangkan pesawat tanker.

Sekitar 12 jam di udara, Smith dan Richter DH-4B berputar-putar di atas Tijuana, Meksiko, setelah membuktikan kelayakan penerbangan perbatasan ke perbatasan tanpa henti. Mereka kemudian mendarat di San Diego. Misi tersebut juga telah menunjukkan bagaimana jangkauan 442 km dari DH-4B dapat diperpanjang hingga 2.000 km.

Namun, waktu itu US Army Air Force masih merupakan organisasi kecil dan kurang dana. Maka pengisian bahan bakar di udara hampir tidak menjadi prioritas yang mendesak. Namun, pada tahun 1928 UA Army Air Force telah kembali melakukan air refueling dengan Atlantic-Fokker C-2 disiapkan sebagai pesawat penerima dan dua Douglas C-1 sebagai pesawat tanker.

Fokker yang bernama Question Mark, diawaki oleh para penerbang termasuk Kapten Ira C. Eaker dan Mayor Carl Spaatz. Pada tanggal 1 Januari 1929, Question Mark lepas landas dalam penerbangan yang pada akhirnya akan berlangsung selama 151 jam yang berlangsung lebih dari enam hari mengudara.



Setelah Amerika, Inggris juga mengembangan teknologi utama dalam pengisian bahan bakar udara ke udara, dipelopori oleh Sir Alan Cobham dan perusahaan pengisian bahan bakar penerbangan miliknya. Teknologi ni termasuk sistem pengisian bahan bakar probe and drogue, dengan pesawat tanker dilengkapi selang dengan drogue penstabil di ujungnya, dan pesawat penerima dilengkapi dengan probe kaku yang dipasang ke sistem bahan bakar. Drogue berfungsi sebagai pemandu berbentuk kerucut untuk probe, dengan katup yang membuka dan menutup secara otomatis.

Setelah Perang Dunia II, minat Angkatan Udara AS dalam pengisian bahan bakar di udara bangkit kembali, untuk memperluas jangkauan pesawat pengebomnya yang kini menjalankan misi global yang semakin meningkat. Sistem flight refuelling looped-house diadopsi pada awalnya. Sistem ini cukup ribet Gan, karena pesawat penerima mengaragkan kabel baja ke pesawat tanker.

Kabel kemudian ditarik ke dalam pesawat tanker kemudian disambungkan ke selang pengisian bahan bakar. Setelah selang terhubung, pesawat tanker akan terbang ke atas pesawat penerima untuk memungkinkan bahan bakar mengalir di bawah gravitasi. Menggunakan kit pengisian bahan bakar penerbangan, 92 pembom B-29 Superfortress diubah menjadi tanker KB-29M, dan 74 B-29 lainnya mendapat modifikasi yang sesuai untuk beroperasi sebagai pesawat penerima. 



Pada Desember 1947, Boeing menerima dana untuk mengembangkan apa yang menjadi sistem flying boom. Ini dimaksudkan untuk mengirimkan bahan bakar dengan kecepatan yang jauh lebih cepat. Sistem ini menggunakan tabung teleskopik, yang terhubung ke pesawat penerima. Permukaan aerodinamis di ujung boom memungkinkannya untuk 'diterbangkan' ke wadah di pesawat penerima oleh operator boom.

Metode flying boom ini pun bertahan sampai sekarang dan digunakan oleh pesawat F-15, F-16 dan F-35A. Selain itu metode pengisian probe and drogue juga masih digunakan oleh Rafale, F-35B/C serta Super Hornet. Di era modern pengisian bahan bakar tak hanya bisa dilakukan oleh pesawat tanker. Sesama pesawat tempur pun bisa mentransfer bahan bakar memakai metode buddy to buddy air refueling.

Pada 27 Juni 2023 lalu dalam memperingati 100 tahun air refueling, USAF melakukan operasi pengisian bahan bakar di udara melewati 50 negara bagian, dengan lebih dari 80 pesawat tanker dan 70 pesawat penerima. Pesawat tanker yang berpartisipasi adalah KC-135 Stratotanker yang ikonik, KC-10 Extender yang akan segera pensiun, dan KC-46 Pegasus. Sayap Pengisian Bahan Bakar Udara ke-6 di Pangkalan Angkatan Udara MacDill, Florida, yang tertua di Komando Mobilitas Udara, memimpin perayaan tersebut. Dan hampir satu abad berlalu, air refuelling masih tetap menjadi komponen kunci dalam operasi militer angkatan udara di seluruh dunia.







Referensi Tulisan:
Sumber Foto: sudah tertera di atas