- Beranda
- Komunitas
- Komunitas Penulis Blogger Indonesia
Tempat Kecelakaan


TS
terbitcomyt
Tempat Kecelakaan
Karya: Terbitcom Yt

Thanks To: @sabna.tamara
Dalam perjalanan pulang sekolah Lala melewati pohon beringin tua. Bebatuan kecil menusuk kaki lewat sela-sela sepatu bolong, karena keluarganya miskin sehingga ia tetap memakai sepatu tersebut. Bau keringat menjadi parfum di balik baju putih birunya. Jaraknya lumayan jauh ia tempuh bersama teman-teman sebayanya.
“La, kamu belum dengar ada berita kemarin?”
“Belum Na”
“Kemarin, ada seorang ayah dan anak gadisnya mengendarai sepeda motor yang kecepatannya rendah sih. Mereka keasyikan bercanda sehingga tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Tiba-tiba, bruugghhh” sambil memukul bahu Lala ia bercerita.
“Aaarghh” Lala kaget sekaligus takut sambil lompat-lompat.
“Kamu sih ah” Lala marah.
“Kalau cerita jangan sambil pukul Na, saya kaget jadinya”.
“Sttt jangan terlalu berisik, itu tanda tempat kecelakaannya”.
Lala terdiam menoleh kiri kanan karena penasaran akan tempat itu. Ia melirik sandal pink yang menggelora hati untuk memilikinya. Tempat itu tidak jauh dari rumah.
Di pertigaan ia berpisah dengan Nana jalan menuju rumahnya.
“Dadah Nana”
“Daaah”
Lala duduk di tempat tidur, mengingat sandal yang ia lirik sambil melepas pakaian seragam serta sepatu bolongnya. Tanpa pikir panjang ia kembali ke tempat kecelakaan. Menoleh kiri kanan di balik pohon jati seperti gelagat orang mencuri, supaya disaat mengambil sandal orang tidak melihatnya karena ia tahu sandal itu adalah milik si gadis kecelakaan yang tertinggal. Pelan-pelan ia ambil. Bulu keruduk berdiri. Namun ia tetap melawan rasa takut. “Slup” ia menyelipkan sandal di kantong kresek berwarna hitam. Lalu ia lari sekencangnya menuju rumah tua; tempat mereka tinggal.
Ngos-ngosan. Ia terduduk di depan halaman rumah. Langkah kecil kakak Nini pulang sekolah terdengar olehnya. ia bergegas menyembunyikan kantong kresek di bawah kolong tempat tidur.
“Siang dek, baru pulang sekolah ngos-ngosan begitu?”
“Iya kakak”
Lala tahu, Kakaknya akan marah apabila mengetahui tentang keberadaan sandal tersebut. Walaupun orangnya telah meninggal akan tetapi ia mengambil barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya. Dan itu pernah diajarkan oleh kedua orangtuanya untuk tidak boleh dilakukannya. Namun ia melanggar.
Setelah makan, Lala menimba air di sumur untuk membantu kakaknya memasak makan malam. Seember air ia sembunyikan mengingat sandal pink belum bersih dari lumpur bercampur darah yang kering.
Canda tawa dalam bingkai keluarga menghiasi santapan makan malam penuh bahagia. Kedua orangtua menceritakan masa kecil mereka yang selalu bertengkar entah memperebutkan pakaikan disaat paskah maupun natal. Tawa kecil, mereka mengenang masa-masa itu. Setelah itu, Lala pura-pura mengerjakan tugas sekolah untuk mengulurkan waktu.
“Kakak duluan tidur yah dek”
“Iya kakak”
Lala tersenyum mengingat sandal yang ia sembunyikan.
Pukul 22:05, ia bangun dari tempat meja belajar. jalan mengendap-endap. Hati-hati ia mengambil kantong kresek di temani lilin menyala. Disaat mencuci sandal ia merasakan ada yang menemaninya, dingin sentuhan dengan tangannya ia rasakan. Namun ia tak menghiraukan sosok misterius itu. Ukuran sandal pink pas banget dengan kakinya.
“Baru kali ini aku merasakan empuknya sandal mahal” ia berbicara sendiri tersenyum puas. Tidak lupa ia sembunyikan lagi setelah ia puas memakainya.
“Terima kasih”. Kata-kata itu mengagetkannya. Ia melihat di sekelilingnya tidak ada seorangpun ia dapat. Dengan tatapan kosong, Gemetaran, kakinya melangkah cepat. Menuju tempat tidur.
Malampun telah berlalu.
Matahari menyapa di balik awan mereka menyambut dengan melakukan aktivitas masing-masing. Kedua orangtua bersiap ke ladang, kakak dan Lala berangkat ke sekolah.
Di sekolah tidak biasanya Lala yang ceria tiba-tiba diam, Tingkahnya aneh, wajahnya pucat. Teman-temannya memperhatikannya dengan kebingungan namun tidak menyapanya.
Pukul 13:30 lonceng berbunyi pertanda KBM telah usai. Seperti yang telah diajarkan oleh orangtuanya saat melewati jalur yang pernah terjadi kecelakaan

Thanks To: @sabna.tamara
Dalam perjalanan pulang sekolah Lala melewati pohon beringin tua. Bebatuan kecil menusuk kaki lewat sela-sela sepatu bolong, karena keluarganya miskin sehingga ia tetap memakai sepatu tersebut. Bau keringat menjadi parfum di balik baju putih birunya. Jaraknya lumayan jauh ia tempuh bersama teman-teman sebayanya.
“La, kamu belum dengar ada berita kemarin?”
“Belum Na”
“Kemarin, ada seorang ayah dan anak gadisnya mengendarai sepeda motor yang kecepatannya rendah sih. Mereka keasyikan bercanda sehingga tidak memperhatikan rambu-rambu lalu lintas. Tiba-tiba, bruugghhh” sambil memukul bahu Lala ia bercerita.
“Aaarghh” Lala kaget sekaligus takut sambil lompat-lompat.
“Kamu sih ah” Lala marah.
“Kalau cerita jangan sambil pukul Na, saya kaget jadinya”.
“Sttt jangan terlalu berisik, itu tanda tempat kecelakaannya”.
Lala terdiam menoleh kiri kanan karena penasaran akan tempat itu. Ia melirik sandal pink yang menggelora hati untuk memilikinya. Tempat itu tidak jauh dari rumah.
Di pertigaan ia berpisah dengan Nana jalan menuju rumahnya.
“Dadah Nana”
“Daaah”
Lala duduk di tempat tidur, mengingat sandal yang ia lirik sambil melepas pakaian seragam serta sepatu bolongnya. Tanpa pikir panjang ia kembali ke tempat kecelakaan. Menoleh kiri kanan di balik pohon jati seperti gelagat orang mencuri, supaya disaat mengambil sandal orang tidak melihatnya karena ia tahu sandal itu adalah milik si gadis kecelakaan yang tertinggal. Pelan-pelan ia ambil. Bulu keruduk berdiri. Namun ia tetap melawan rasa takut. “Slup” ia menyelipkan sandal di kantong kresek berwarna hitam. Lalu ia lari sekencangnya menuju rumah tua; tempat mereka tinggal.
Ngos-ngosan. Ia terduduk di depan halaman rumah. Langkah kecil kakak Nini pulang sekolah terdengar olehnya. ia bergegas menyembunyikan kantong kresek di bawah kolong tempat tidur.
“Siang dek, baru pulang sekolah ngos-ngosan begitu?”
“Iya kakak”
Lala tahu, Kakaknya akan marah apabila mengetahui tentang keberadaan sandal tersebut. Walaupun orangnya telah meninggal akan tetapi ia mengambil barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya. Dan itu pernah diajarkan oleh kedua orangtuanya untuk tidak boleh dilakukannya. Namun ia melanggar.
Setelah makan, Lala menimba air di sumur untuk membantu kakaknya memasak makan malam. Seember air ia sembunyikan mengingat sandal pink belum bersih dari lumpur bercampur darah yang kering.
Canda tawa dalam bingkai keluarga menghiasi santapan makan malam penuh bahagia. Kedua orangtua menceritakan masa kecil mereka yang selalu bertengkar entah memperebutkan pakaikan disaat paskah maupun natal. Tawa kecil, mereka mengenang masa-masa itu. Setelah itu, Lala pura-pura mengerjakan tugas sekolah untuk mengulurkan waktu.
“Kakak duluan tidur yah dek”
“Iya kakak”
Lala tersenyum mengingat sandal yang ia sembunyikan.
Pukul 22:05, ia bangun dari tempat meja belajar. jalan mengendap-endap. Hati-hati ia mengambil kantong kresek di temani lilin menyala. Disaat mencuci sandal ia merasakan ada yang menemaninya, dingin sentuhan dengan tangannya ia rasakan. Namun ia tak menghiraukan sosok misterius itu. Ukuran sandal pink pas banget dengan kakinya.
“Baru kali ini aku merasakan empuknya sandal mahal” ia berbicara sendiri tersenyum puas. Tidak lupa ia sembunyikan lagi setelah ia puas memakainya.
“Terima kasih”. Kata-kata itu mengagetkannya. Ia melihat di sekelilingnya tidak ada seorangpun ia dapat. Dengan tatapan kosong, Gemetaran, kakinya melangkah cepat. Menuju tempat tidur.
Malampun telah berlalu.
Matahari menyapa di balik awan mereka menyambut dengan melakukan aktivitas masing-masing. Kedua orangtua bersiap ke ladang, kakak dan Lala berangkat ke sekolah.
Di sekolah tidak biasanya Lala yang ceria tiba-tiba diam, Tingkahnya aneh, wajahnya pucat. Teman-temannya memperhatikannya dengan kebingungan namun tidak menyapanya.
Pukul 13:30 lonceng berbunyi pertanda KBM telah usai. Seperti yang telah diajarkan oleh orangtuanya saat melewati jalur yang pernah terjadi kecelakaan




funisme. dan akamamichi memberi reputasi
0
63
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan