wahyuwirojoyoAvatar border
TS
wahyuwirojoyo
PUCUK KEMBANG PART 2 - SOSOK SURTINI
Kebimbangan Surtini Terjadi, memilih memiliki bayi atau Menumpahkan Darah Bayi.


“Mbah Ngapunten, Nopo mboten aneh ten logika, Kulo pingin gadah Bayi tapi Mateni bayi” (mbah mohon maaf, apa tidak aneh di Logika, saya pingin bayi tapi membunuh bayi) Ucap Surtini Gemetar

“Yo niku syarate Nduk, nek pingin due anak kudu ngei anak di nggo sing ngenei awakmu” (terang Mbah Nir Menjelaskan pada Surtini

“Mboten enten cara lintune mbah?" (tidak ada cara lain mbah) tanya Surtini

“Saking mbah mung niku nduk, mbah ugi mboten nyarano, luih becik Sabar mosorao" (dari mbah cuma itu nduk, mbah juga tidak menyarankan, lebih baik sabar, yakin pasti bisa) sambung mbah nir

“Nggih mbah, kulo pingin gadah bayi, nopo tego kulo mateni bayi” (iya mbah, saya pingin punya bayi, apa saya tega membunuh bayi) ucap surtini.

“Susuk kui ora ono sing wani nganggo nduk, fungsine yo katah, iso nggo pesugihan, gadah lare, awet muda, ning tumbale mboten main-main" (susuk itu tidak ada yang berani menggunakan nduk, fungsinya juga banyak, bisa untuk kekayaan, memiliki anak, awet muda, cuma tumbalnya tidak main-main) terang mbah nur.

“Nggih mbah, kulo pikirke rumiyen” (iya mbah saya pikirkan dahulu) ucap Surtini

“Niki sampean kan masih haid, nah syatatnya ngge mengikat niku ngangge getih haid” (ini kan kamu masih haid, nah syara untuk mengikatnya dengan darah haid) jelas mbah nir

“Nggih mbah kulo pamit rien” (iya mbah saya pamit dulu) surtini berpamitan untuk pulang karena merasa aneh dengan mbah Nir dia melarang namun juga membujuk dirinya.

Surtini beranjak pulang kerumah, perasaan takut bimbang mulai menghantui surtini, jelas Hal yang menakutkan bagi perempuan, menginginkan bayi namun harus membunuh bayi. Sepanjang perjalanan Surtini di hantui saran dari mbah Nir, alih-alih dia menginginkan mimpinya sejak muda namun pantangan yang harus ia hadapi bukan hal sepele.

******

“Saking pundi bu, kok sonten engast?" (Dari mana bu, kok sor banget?) tanya carto yang ternyata sudah sampai di rumah duluan

“Nembe saking mbak marni, dongeng-dongeng sinau meteng pak heheh” (baru dari mbak marni, bincang-bincang belajar hamil pak heheh) jawab surtini dengan terpaksa Berbohong pada Suaminya karena sang suami tidak ingin dia mengetahui nya.

“Owh ya syukur, nah kono amor kancane karo sinau-sinau ngono loh” (owh ya syukur, nah gitu kumpul sama temennya samil belaja gitu loh) ucap Carto yang selalu sabar menghadapi istrinya supaya tidak putus asa.

Sebenarnya carto juga menginginkan sebuah momongan namun carto sadar dia adalah Pemimpin keluarga, carto Tidak pernah mengengkang istrinya harus memiliki anak, apalagi sampai meninggalkan istrinya, Menjadi keluarga harmonis saja carto sudah merasa bersyukur.

*****

Setiap malam surtini Selalu memikirkan apa yang di katakan oleh mbah Nir, merasa ingin melakukan hal itu namun Syarat yang harus di lakukan di luar nalar.

Setiap hari kebimbangan Menganghantuinya. Setiap kali mendengar kabar ibu melahirkan surtini selalu menawarkan diri akan mengadopsi anaknya, namun buah hati adalah impian semua orang, tak satupun ibu yang surtini temui memberikan buah hatinya.

Saat bulan purnama terlihat sangat cerah surtini melamun memikirkan dirinya di teras rumah, tak sengaja tiba-tiba pikiran Surtini terlintas melakukan hal yang di sarankan oleh mbah nir, Entah setan apa yang menghasut surtini. Selain mencita-citakan buah hati, Sakit hati omongan tetangga lebih membuat dia bertekad melakukan hal itu. Alhirnya surtini memberanikan diri untuk datang lagi ke mbah Nir menanyakan ritual Susuk Pucuk Kembang.

******

Pagi telah tiba surtini bergegas pergi ke mbah Nir, dia mencoba menanyakan detail hal yang di tawarkan mbah nir.

“Pak, surtini tak tumbas sayur rumiyen nggih” (pak, surtini tak beli sayur dahulu ya) ucap surtini berbohong pada suaminya, surtini berpamitan membeli sayur namun tujuan surtini bukan membeli sayur. Tujuan surtini adalah mbah Nir.

“Owh nggih bu, bapak meh langsun mangkat sawah iki, bapak mangke di kirim yo, neng sawah enten Tiang macul" (oh iya bu, bapak mau langsung ke sawah ini, bapak nanti di kirim ya, di sawah ada orang mencangkul) jawab Carto yang segera beranjak menuju sawahnya

“Nggih pak mangke siangan Surtini susul ten sabin” (iya pak, nanti siangan surtini susul ke sawah) sambung Surtini

Setelah memastikan carto pergi ke sawah, surtini langsung menuju ke mbah nir. Dia terpaksa membohongi Suaminya karena hal yang akan dia lakukan sangatlah Di benci suami.

“Tok…tok…tok… kulanuwun mbah Nir, niki kulo Surtini” (permisi mbah nir, ini saya Surtini) ucap surtini dari luar Rumah mbah nir

“Monggo, mlebet mawon nduk, iki mbah lagi Goreng gereh” (masuk saja nduk, ini mbah lagi Goreng Ikan asin) ucap mbah nir yang sepertinya sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya.

“Nggih mbah matursuwun” (iya mbah terimakasih) ucap surtini sembari membuka pintu rumah mbah nir dan menempatkan diri untuk duduk

“Sedelo yo Nduk, mbah lagi Goreng Gereh, bahaya nko ndak gosong” (sebentar ya nduk, mbah lagi goreng ikan asin, bahaya nanti gosong) sambung mbah nir yang menjelaskan ke surtini alasan tidak langsung menemuinya.

“Nggih mbah di rampungke Rumiyen” (iya mbah di Selesaikan dahulu) ucap surtini dari Ruang tamu.

Sembari menunggu mbah nir selesai memasak, surtini melihat - lihat lukisan-lukisan di dinding rumah mbah nir, nampak lukisan keluarga mbah nir terpajang di sana dan melihat lukisan mirip mbah nir yang sedang bertapa di suatu tempat seperti goa namun banyak bunganya. Salut tapi aneh mbah nir perempuan tapi jiwanya seperti laki-laki, karena bertapa biasanya di lakukan oleh kaum laki-laki.

“Sisan sarapan rien yo nduk” (sekalian sarapan dulu yo nduk) ajak mbah nir yang tiba-tiba sudah di sebelah surtini dan mengangketkan pandangan surtini

“Eh mbah, waduh mboten usah repot-repot mbah, surtini sampun sarapan” (eh mbah, waduh tidak usah repot-repot mbah, surtini sudah sarapan) jawab surtini kaged dari pandangannya

“Ora opo-opo nduk, mbah pingin di kancani, sui ora di kancani mangan, mrene mlebu” (tidak apa-apa nduk, mbah pingin di temani, lama tidak di temani makan, sini masuk) ucap mbah nir lesu sambil mengajak surtini masuk dapurnya

“Owh nggih mbah, lare-lare mbah ten pundi?” (oh iya mbah, anak - anak mbah dimana) tanya Surtini pada mbah nir

“Lare mbah sampun sedo sejak umur 10 tahun, garwo mbah sami Ninggal, mbah nggih urip dewe ket kuno nduk” (anak mbah sudah meninggal sejak umur 10 tahun, suami mbah juga meninggal, mbah ya hidup sendiri sejak dulu nduk) jawab mbah nir sambil mengambilkan Nasi untuk surti.

“Owh nggih mbah turut duka cita nggih” (iya mbah, turut berduka cita ya) ucap Surtini

“Mbah dados kangen sareng anak heheh, monggo lawuhi di pendeti ojo sungkan-sungkan" (mbah Jadi kangen bareng anak heheh, silahkan lauknya di ambil, jangan sungkan-sungkan) curhat mbah nir sambil menawarkan lauk ke surtini

“Nggih mbah, Anu mbah niku syarate kangge Susuk kembang nopo mwon” (iya mbah, anu mbah itu syarat untuk susuk kembang apa saja) tanya Surtini secara tiba-tib dan gugup.

Sepertinya surtini sudah menahan pertanyaan itu sejak tadi dan menemukan moment yang pas untuk menanyakan hal tersebut

“Karo di sambi ya, sisan karo dongeng-dongeng, nek nduk Surtini kepingin gadah lare, minggu ngajeng mbah akadno karo Susuk Pucuk kembang, mbah gadah coro, kampung sebelah ono ibu seh meteng sedelo maneh klairan, nduk surtini mengko tak warai yo cara dadi dukun bayi" " (sama sambil di makan ya, sekalian sambil Bincangan-bincang, kalo nduk surtini pingin punya anak, minggu depan mbah akadkan sama susuk pucuk kembang, mbah punya cara, kampung sebelah ada ibu yang lagi hamil sebentar lagi melahirkan, nduk surtini nanti saya ajarkan cara menjadi dukun bayi) terang mbah Nir memberikan cara ke Surtini.

Surtini paham maksud mbah nir, dia bukan mengajarkan cara untuk menjadi dukun bayi, melainkan cara untuk mendapatkan tubal bayi.

“Nggih mbah, surtini Saget Miwiti kapan nggih mbah” (iya mbah, surtini bisa memulai kapan ya mbah) tanya surtini

“Syarate Wengi Purnama, sesok wengi Purnomo Terakhir” (syarat nya Malam Purnama, Besok malam Purnama terkahir) terang mbah nir

“Nggih mbah Surtini pikirkan malih nggih, niki Surtini pamit Rumiyen ngejang Surtini mriki malih” (iya mbah surtini pikirkan lagi ya, ini surtini mau pergi dulu, besok surtini kembali kesini lagi) ucap Surtini yang penuh keraguan akan melakukan hal itu.

Setelah selesaai sarapan yang di sambung dengan bincang-bincang, surtini lanjut pulang kerumah karena surtini ingat janji surtini pada suaminya yang berjanji akan Menyusul suaminya ke sawah. Untuk menghindari kecurigaan suami surtini bergegas untuk pulang.

********

Pelan-pelan Hasutan mbah Nir Kian meracuni Surtini, sekarang bukan lagi perihal hati surtini kasihan dengan bayi, tapi tekad Surtini memiliki buah hati.

Sosok surtini yang lembut dan Santun hilang seketika karena impian dan sakit hatinya. Entah setan apa yang sudah merasuki hati surtini, surtini memutuskan melakukan ritual pucuk kembang tanpa Mengetahui imbas nya.

Bersambung…..

Lanjut Part 3

Eps 1 : https://kask.us/iO6YA
#ForumKaskus via @KASKUS
Diubah oleh wahyuwirojoyo 14-06-2023 15:29
pulaukapokAvatar border
bukhoriganAvatar border
simounlebonAvatar border
simounlebon dan 4 lainnya memberi reputasi
5
848
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan