Kaskus

News

4574587568Avatar border
TS
4574587568
Curhat Warga Rusia di Perbatasan Ukraina: Kami Ditinggalkan
Curhat Warga Rusia di Perbatasan Ukraina: Kami Ditinggalkan

Jakarta, CNBC Indonesia - Wilayah Belgorod di Rusia saat ini tengah menjadi perbincangan dunia. Pasalnya, wilayah itu berbatasan langsung dengan Ukraina, yang sedang diperangi oleh Moskow, sehingga rentan terkena serangan Kyiv.
Dalam beberapa pekan terakhir, frekuensi dan intensitas serangan Ukraina meningkat di kawasan itu. Pada bulan Mei, wilayah Belgorod dibombardir 130 kali, menewaskan delapan orang dan melukai 60 lainnya. Dan pada minggu pertama bulan Juni, lebih dari 1.000 apartemen di Kota Shebekino rusak atau hancur.
Menurut analis militer, serangan intensif di wilayah Belgorod adalah bagian dari serangan balasan musim panas Ukraina dan bertujuan untuk memaksa Rusia memusatkan pasukan di perbatasan. Ini diharapkan melemahkan pertahanan Moskow di garis depan. 


Pejabat Ukraina tidak pernah mengakui bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang sempat memicu evakuasi massal dari distrik Shebekino. Banyak penduduk di wilayah itu tetap bertahan meski dibiarkan tanpa listrik atau air mengalir.
Meskipun pemerintah menjanjikan kompensasi satu kali sebesar 10.000 rubel (Rp 1,8 juta) kepada penduduk di daerah yang terkena dampak serangan, banyak yang menuduh pihak berwenang tidak berbuat cukup.
"Mereka melupakan kami, kami dibiarkan sendiri," kata Pavel, seorang relawan lokal yang meminta namanya diganti demi alasan keamanan, kepada The Moscow Times, Selasa (13/6/2023).
Pavel dan pacarnya terpaksa meninggalkan apartemen mereka setelah sebuah bom menghantam atap gedung dan menghancurkan sebagian tangga. Seperti 4.000 warga Shebekino lainnya, mereka kini tinggal di tempat penampungan sementara yang didirikan di asrama universitas di ibu kota daerah, Belgorod.
Terlepas dari ketidakpuasan yang meluas terhadap otoritas lokal, kritik eksplisit terhadap kepemimpinan Rusia atas serangan ke Ukraina masih sangat jarang terjadi di antara penduduk Shebekino. Mereka bahkan menyalahkan Amerika Serikat (AS) atas konflik bersenjata yang terjadi.
[table][tr][td]
"Jika kami tidak melakukannya, mereka akan menyerang kami lebih dulu. Kami hanya mengambil langkah pertama," tambah Pavel.
Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu. Presiden Rusia Vladimir Putin beralasan bahwa serangan didasarkan pada niatan Kyiv untuk bergabung dengan NATO, yang sebenarnya merupakan rival dari Moskow.
Selain itu, Putin berniat untuk mengambil wilayah Donetsk dan Luhansk yang sebelumnya dikendalikan Ukraina. Ini untuk membebaskan masyarakat etnis Rusia yang disebutnya mengalami persekusi dari kelompok ultra nasionalis Ukraina.
Sementara itu, lebih dari 4.000 pengungsi dari Shebekino dilaporkan tinggal di tempat penampungan sementara di kota Belgorod. Ribuan lainnya telah dikirim ke tempat penampungan yang tersebar di seluruh wilayah dan di subyek federal Rusia lainnya.
"Saya merasa lelah secara emosional, saya tidak punya kata-kata atau air mata lagi," kata Elena, 42 tahun, yang melarikan diri dari Shebekino sehari sebelumnya bersama putranya yang berusia lima tahun, Matvei, meninggalkan pekerjaan, nenek, dan kucingnya.

Elena mengantre di depan arena olahraga di pusat kota Belgorod, yang diubah menjadi tempat penampungan sementara bagi ribuan pengungsi dari distrik Shebekino. Di sini, relawan Palang Merah membagikan santunan kepada pensiunan, penyandang disabilitas dan keluarga dengan anak kecil.
"Saya sekarang pergi ke manapun ada bantuan," tuturnya.
"Dulu kami punya rencana untuk masa depan, beberapa harapan," kata Tatyana, 60 tahun, wanita lain yang juga meminta agar namanya diganti karena alasan keamanan.
Ia berasal dari Novaya Tavolzhanka, sebuah desa yang menjadi arena pertempuran sengit antara tentara Moskow dan milisi anti-Kremlin yang terdiri dari warga Rusia yang menolak rezim Presiden Putin.
Sementara itu, Gubernur Belgorod Vyacheslav Gladkov mengatakan desa tersebut sekarang sepenuhnya berada di bawah kendali Rusia, penduduk masih tidak diizinkan untuk kembali.
"Mereka mengatakan terlalu berbahaya untuk pergi ke sana, tetapi mereka tidak memberi tahu kami alasannya. Apakah para penyabot mengendalikan jalan kita?," tegasnya

Seperti banyak pengungsi lainnya, Elena dan Tatyana mengatakan mereka tidak tahu kapan mereka bisa kembali ke rumah. Padahal, mereka awalnya berpikir ini akan berlangsung selama dua atau tiga minggu, kami sedikit khawatir.

"Tapi sekarang sudah tahun kedua, rumah saya hancur dan situasinya berbeda," katanya. "Ini adalah perang."

sumber[/td]
[/tr]
[/table]

0
514
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan