Kaskus

News

5iu5Avatar border
TS
5iu5
Kebenaran Bersertifikat
Jual beli gelar S1, S2 hingga S3, baik oleh perguruan tinggi, entah dengan status jelas, tak jelas bahkan kampus yang kekurangan mahasiswa akan dianggap benar apabila terkait dengan kebutuhan. Kebutuhan yang dimaksud antara lain, kebutuhan perusahaan, kenaikan golongan orang bersangkutan, memenuhi persyaratan pendidiran perguruan tinggi, dll.

Artinya, jual beli gelar pendidikan ini justru diciptakan secara tidak langsung oleh pemerintah. Misalnya saja ketika pemerintah menuntut agar sekolah hingga perguruan tinggi harus memiliki SDM bergelar S1, S2, S3, bahkan profesor.

Hasilnya, banyak aparatur sipil negara (ASN) yang berlomba naik golongan atau naik pangkat hanya dengan mencari gelar tambahan di belakang nama mereka. Pendeknya, tawaran dari sejumlah perguruan tinggi yang membuka "posko penjual gelar", baik kuliah tatap muka atau kuliah jarak jauh itu bermula dari "bantuan" pemerintah. 

Sepertinya inilah satu-satunya cara pemerintah untuk mendeteksi siapa saja aparturnya yang lebih mengutamakan jabatan dan uang dan mana yang masih punya idealisme. Ternyata pemerintah benar. 

Ketika peluang dibuka, orang-orang, terutama para ASN berlomba-lomba kuliah. Bukan supaya lebih pintar atau lebih intelektual, melainkan demi memenuhi persayaratan naik golongan atau naik pangkat dan naik gaji. 

Inilah buah dari revolusi mental a la pemerintah saat ini. Ya, pemerintah akhirnya sadar bahwa rakyat Indonesia, terutama para aparatur negara ternyata lebih menyukai kepalsuan daripada keaslian.

Setelah perburuan gelar di kampus-kampus yang membuka kelas malam atau kelas eksekutif, mereka justru merasa sudah ambil bagian dalam membantu pemerintah.

Konsekuensinya, kalau anda tertarik menjadi kepala sekolah, maka saat ini ijazah S1 tak lagi berlaku. Anda butuh ijazah S2. Ada kok banya kampus yang membuka kelas murah, mudah, bahkan menyiapkan ghost writer untuk membuat tesis anda. Soal kompetensi, tak usah dihiraukan. Jelas gelar S1 itu biasa saja. Tak ada istimewanya. Gelar sarjana itu ya udah kayak gelar sejuta umat. 

Soal kemampuan akademis tidak usah dipusingkan. Anda tinggal pilih kampus "ruko-ruko" yang jadwal kuliahnya tak terlalu kaku tapi jadwal wisudanya jelas. Pokoknya, kuliah itu simbolis aja. Yang penting itu gelar yang akan anda dapatkan. .

Belum lagi kampus-kampus itu menghidangkan beberapa paket biaya dan lama kuliah. Ada yang menawarkan 150 juta pasti lulus paket S2, atau paket 250 juta untuk gelar S3. Karena di bisnis ini banyak pemainnya, maka jangan terkejut kalau ada kampus yang menawarkan pahe alias paket hemat. Misalnya, 50 juta untuk S1 dan 75 juta untuk S3.

Mirisnya, cara-cara di atas sudah terlanjur dianggap benar oleh publik. Ada banyak pejabat pemerintah yang memang berhasil mendapatkan gelar S2 dan S3 dengan kuliah jarak jauh. 

Fakta ini menegaskan bahwa yang oleh sebagian kecil orang dipandang salah, ternyata oleh mayoritas warga justru memandangnya sebagai "KEBENARAN BERSERTIFIKAT". Gelar seperti MM, MBA, MH, MSos, MH, dll. bisa anda dapatkan dengan hubungi rektor atau ketua Perguruan Tinggi terdekat atau pejabat yang lebih tinggi dari Anda di pemerintahan, perusahaan atau lembaga tempat Anda bekerja

Percayalah, mereka akan membukakan pintu untuk Anda. Sekali lagi, jangan anggap hal ini salah, karena telah banyak perguruan tinggi swasta dan negeri telah mengesahkan kebiasaan di atas sebagai sebuah kebenaran. Bahkan, bukan sekedar kebenaran, tetapi serentak kebenaran bersertifikat.


Selamat mencoba!


Lusius Sinurat, M.Hum
lusiussinurat@outlook.com
WA : 085835822140

Diubah oleh 5iu5 05-06-2023 17:03
0
170
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan