Karya : Terbitcom Yt

Thanks to : @sabna.tamara
Hari itu, hujan turun dengan lebatnya. Tetesan-tetesan air yang jatuh dari langit menyirami tanah, membuat suara gemericik yang menyenangkan. Di jalan raya, kendaraan-kendaraan melaju pelan, berhati-hati agar tidak tergelincir. Orang-orang yang terpaksa harus beraktivitas di luar rumah, seperti sekolah dan bekerja, membawa payung atau jas hujan untuk melindungi diri mereka dari guyuran air.

Tetapi, di sebuah rumah di pinggiran kota, seorang wanita duduk termenung di atas sofa, mengamati tetesan air yang jatuh di jendela. Ia bernama Rachel, seorang gadis yang sedang mencari jati diri dan tujuan hidupnya. Ia baru saja lulus kuliah, tetapi masih bingung akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan minatnya.

Rachel terus merenung, tetapi pikirannya terus melayang-layang ke masa lalu, ketika ia masih bersekolah di SMA. Saat itu, ia memiliki seorang teman sekelas yang bernama Adam. Adam adalah sosok yang cerdas, ramah, dan perhatian. Ia selalu membantu Rachel ketika ia kesulitan dalam memahami pelajaran di sekolah.

Tetapi, Rachel tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Adam. Ia merasa bahwa Adam hanya menganggapnya sebagai teman biasa, dan tidak pernah ada tanda-tanda bahwa Adam menyukainya juga. Seiring berjalannya waktu, Adam dan Rachel kehilangan kontak satu sama lain. Rachel hanya bisa meratap dan menyesali kesempatan yang ia lewatkan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Adam.

Namun, hari itu, ketika hujan turun dengan lebatnya, Rachel mendapat telepon dari temannya yang memberitahu bahwa Adam sedang sakit parah. Tanpa pikir panjang, Rachel langsung pergi ke rumah sakit tempat Adam dirawat. Ia merasa gugup dan takut, tetapi juga berharap bahwa ia dapat bertemu dengan Adam untuk terakhir kalinya.

Sesampainya di rumah sakit, Rachel terus mencari-cari kamar tempat Adam dirawat. Setelah melewati beberapa lorong dan tangga, ia akhirnya menemukan kamar tersebut. Ketika ia membuka pintu, hatinya hampir berhenti berdetak. Adam terlihat sangat lemah dan pucat, dengan selang infus yang tersambung pada tangannya.

“Adam,” panggil Rachel dengan suara gemetar.
Adam membuka matanya perlahan, dan ketika ia melihat Rachel, matanya langsung bersinar. “Rachel,” katanya dengan suara pelan.

Rachel menangis, ia tidak sanggup menahan tangisnya lagi. Adam meraih tangan Rachel dan memberikan senyumannya yang khas, yang membuat Rachel merasa lega. “Jangan menangis, Rachel,” katanya. “Aku sudah siap untuk pergi. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih karena kau datang menemuiku.”
Rachel terus menangis, ia tidak bisa berkata apa-apa. Hati kecilnya terasa hancur dan ia merasa menyesal karena tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada Adam. Tetapi, Adam masih tersenyum, mencoba menghibur Rachel.

“Jangan menyesal, Rachel,” katanya lagi. “Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Yang penting, aku selalu mengingatmu sebagai teman yang baik.”

Rachel mengangguk, ia tahu bahwa Adam benar. Tetapi, hatinya masih merasa hampa karena tidak bisa membalas perasaan Adam. Ketika Adam mulai mengantuk, Rachel meminta izin untuk pulang. Ia memberikan kalung yang ia beli sebagai hadiah untuk Adam, sebagai tanda persahabatan mereka yang selalu abadi.

Setelah keluar dari kamar Adam, Rachel terus menangis. Ia merasa kehilangan sosok yang sangat penting dalam hidupnya, dan ia tahu bahwa ia tidak bisa melupakan Adam begitu saja. Tetapi, ia juga tahu bahwa ia harus terus berjalan, mencari arti hidupnya yang sebenarnya.

Beberapa bulan kemudian, Rachel bertemu dengan seorang pria yang sangat berbeda dengan Adam. Pria itu bernama Daniel, seorang pengusaha sukses yang terkenal dengan kegigihannya dalam menggapai impian. Rachel tertarik dengan kepribadian Daniel yang tangguh, tetapi juga penyayang dan perhatian.

Daniel dan Rachel semakin dekat satu sama lain, dan akhirnya mereka mulai berpacaran.