delia.adelAvatar border
TS
delia.adel
Mak Oyot
Spoiler for Instagram:


Mak Oyot


Pagi ini hanya ada sesuatu yang panjang, berwarna kuning diatas piring besar, masih orisinil, bergetah di samping nya juga tersedia, secangkir kopi dan semua perkakas sarapan yang di pakai di atas meja itu, milik dari Mak Oyot. Seorang wanita tua, yang baru saja terlahir menjadi wanita muda dan cantik, berkat mantra dari berbagai negara.

Namun sesungguhnya aku tidak suka sarapan yang disediakan. Walaupun tingkat orisinil nya itu sudah pas dengan keinginan. Tapi coba aja pikir, apakah makanan tersebut, bisa tertelan tanpa rasa sakit di perut nanti ya?

Masih sempat pula terbayang, ketika sampai di sekolah, lalu berjumpa dengan Bu Basani yang terkenal angker itu, lalu tiba-tiba aku berkata, "Bu aku kebelet boker." Nah apa yang akan dia katakan? Dan bagaimana reaksi para murid yang melihat ekspresi wajahku pada saat itu?

'Alamakkk ....'

Aku pasti bisa menjadi topik perbincangan hangat, dengan bonus hukuman bertubi-tubi, apalagi kalau izin ke toilet bisa berulang-ulang. Membayangkan nya saja, membuat semangatku sudah menghilang, bahkan dari wajah pagi yang cerah dan menawan ini.

Tanpa sadar aku mengeluh di meja makan. Hal yang pantang dan sial jika menurut mitologi nenek leluhurku.

"Alamakkkk cem mana anakmu ini bisa mendapatkan keberuntungan, apalagi pacar, jika di detik-detik usia ke tujuh belas ini, tidak ada satupun wanita yang cantik mendekat, apalagi yang nampak sehat, berpikiran sederhana dan mau menerima anakmu yang banyak sekali gagalnya di semua effort, Makkk?"

"Jangan mengeluh! Cepat makan, atau ...."

Bibi sulung menatap dengan tajam ke arah yang tepat, di antara mimik wajah yang aku miliki pagi ini, seperti hendak mencengkram dan melahapku, sesegera mungkin. Rasa takut mulai merasuki. Bahkan dehem suaranya membuat pisang ambon masuk ke dalam mulut, tanpa tersadarkan, kalau sudah enam buah yang hilang dari piring saji.

'Alamakkk .... Matilah aku oleh sorot mata Bu Basani nanti di sekolah.' batinku.

Mulailah aku membayangkan apa yang akan terjadi nanti di sekolah, ketika pelajaran pertama di mulai.

Ketika pikiranku sibuk mengembara, Mak Oyot menepuk bahuku dan berkata, "sarapan pagi ini akan membawa semua keinginan dan harapanmu akan terkabul. Berharaplah yang terbaik sebelum keluar dari dalam rumah, bahkan aura ketampanan mu akan terciptalah kemudian."

Mencoba membuang pikiran negatif, lalu menggantikannya dengan harapan baru, yang mana hanya ada kemujuran saja. Dan akhirnya membentuk lengkungan manis di wajah ini, yang sedari tadi hilang dalam hitungan detik.

"Oma Oyot, sudah tampan belom?" Aneh tiba-tiba aku menjadi sebegitu "care" nya dengan penampilan, bahkan menjadi dekat dengan Mak Oyot, walaupun parasnya sudah berubah cantik, lebih muda dan energik. Namun tetap saja usia membuat perbedaan antara nya. Jadi si joni yang di dalam tempat persembunyian nya, tidak terinfeksi dengan segala sentuhan *care* nya.

Keanehan yang hakiki, padahal tadi sudah pupus di telan bayangan pisang ambon, yang membawa seluruh kephobiaan menjadi lebih akurat lagi terbentuknya. Namun kata demi kata yang di lontarkan Mak Oyot mampu membangun iner beauty di dalam tubuhku.

Bahkan ketika sampai di sekolah, aura inernya masih terasa, nampak dimana-mana orang yang melihat tersenyum dan menggoda. Begitupun saat Bu Basani datang dan memulai pelajaran, tidak ada nada kesal di wajahnya setelah melihatku tidak bisa mengerjakan soal. Malah di lemparkan ke arah Tuti, anak terpandai di bidang matematika.

Semua mata tertuju ke arahku, sampai Bu Basani selesai mengajar, lalu berganti guru fisika, guru baru, pindahan dari sekolah Atmaja, yang ternyata dia tiada lagi adalah Mak Oyot.

"Oh ya amplop." Begitu komentar tanpa sengaja, yang terlontar tanpa pemberitahuan dan pada akhirnya mengalihkan pandangan mata sang guru, sampai dia berkata, "Hai darling!" Membuat semua siswa-siswi berpalinglah ke arahku dengan pemikiran nya masing-masing.

'Mimpi apa aku semalam ya?' batinku mengerutu sendirian.

Dan akhirnya selama pelajaran Mak Oyot hanya ada pertanyaan pertanyaan aneh yang bermunculan di kontak wa ku. Sedari kawan kelas, group wa, sampai kepada nomer nomer yang tidak dikenal, yang terdeteksi berasal dari kelas lain, bahkan pengurus osis pun turun meramaikan pesan pesan di ponsel, yang untung saja sudah di silent.

Ting tong ting ting ...

Bel jam istirahat berbunyi, Mak Oyot menyuruhku ke kantor untuk makan siang sama-sama, hal tersebut membuat seluruh pandangan mata para kawan-kawan siswa, melirik penuh kebencian.

Namun aku menolaknya, sampai pada akhirnya tiba-tiba Mak Oyot mendatangiku dan meletakkan kotak bekal makan siang di meja. Seraya berkata, "Walau kantong kering, pikiran gersang, wajah kusut, namun makan siang itu penting, makanlah sebelum di makan waktu."

'Anjir maksudnya apa coba? Nyuruh gue mati setelah kenyang apa dah?' batinku mencoba mencari jawaban atas kalimat-kalimat nya Mak Oyot.

Namun setelah Mak Oyot pergi, tiba-tiba kelas menjadi gaduh, karena banyaknya pertanyaan pertanyaan, yang tadi belom sempet kujawab di wa.

"Ciusan dia berusia lanjut? Ah boong loh. Bilang aja takut gue rebut pacar elo?"

"Elo pacaran sama Bu Mirna ya?"

"Gak mungkin panggilannya Mak Oyot. Hoax loe?"

"Bagi tips untuk mendapatkan wanita cantik secara singkat dung?"

"Eh rumahnya di mana? Kasih tau dung?"

Dan ribuan pertanyaan tersebut tidak ada yang kujawab. Karena makanan kotak sudah mengalihkan duniaku di saat keruhnya semua pertanyaan demi pertanyaan.

"Gila elo malah makan aja. Jawab dung?"

"Selezat apa seh makanannya?"

"Bagi dung barang sesuap aja?"

Ting tong ting ting ....

Bel masuk yang menandakan istirahat sudah berakhir pun berbunyi. Para siswa siswi sudah berada di tempatnya masing-masing untuk menunggu pelajaran berikutnya. Namun demikian semua siswa-siswi akhirnya terkejut bukan kepalang, karena yang akan mengajarkan kami kembali adalah Mak Oyot. Hal ini dikarenakan guru bahasa sedang sakit, hingga membuat kawan-kawan semua sontak kegirangan.

Aku membuat tugas puisi dari Mak Oyot, dengan sangat fokus, entah kenapa. Hanya saja aku seperti masuk ke dalam jiwanya semua kalimat, lalu bermetamorfosis.




Di Sudut Jendela

Karya: Ar



Kamu seperti hak veto
Kini di tunggu tunggu waktu
Untuk memuaskan kelaparan
Serta dahaga
Yang sudah edan sejak zaman revolusi

Kepada pasukan kampret di pinggiran hati
Berdukalah!
Karena kabar siang ini
Hanya untuk kelasihku
Merajuk hidup

Jangan mendekat
Atau kulucuti
Harapanmu

Kepada kosong yang tak lagi terisi
Mabuklah
Lalu berdoa
Di sela-sela nyanyian jangkrik
Saat daun jendela
Memenuhi kerinduan malam

Jakarta, 24 Mei 2023 08:56


Puisiku di kagumi oleh banyak orang, setelah Mak Oyot memeriksanya dan membacanya sambil berkeliling ke seluruh bagian kelas. Memperhatikan mimik wajah siswa-siswi nya, kemudian mengatakan pengumuman penting.

"Bagi para siswa-siswi yang mampu menjawab puisi ini, lalu membuatku terkesan, maka dialah yang akan kuajak tur ke Bali dua bulan lagi secara gratis."

Wajah siswa dan siswi nampak kegirangan. Bahkan mereka berebut untuk menyalin puisiku untuk di tandingin.

'Ah Mak Oyot ini ....'

Ting Ting Ting Ting Ting....

Bel tanda sekolah sudah selesai berbunyi, aku berjalan menuju gerbang, berharap tidak di ajak pulang bareng sama Mak Oyot, namun rupanya dia sudah melambaikan tangan di depan gerbang, bersama motor metik kesayangannya tersebut.

"Pak supir tidak akan datang, ayahmu sibuk, ayo kuantarkan pulang."

Ada sedikit rasa malu karena harus berboncengan, hingga pada akhirnya menolak ajakannya. Nampak wajah kecewa sekali, akan tetapi dia tidak memaksa kan kehendak nya.

Aku berjalan menyusuri pinggiran sekolah sampai bertemu halte. Namun banyak sekali yang menawarkan tumpangan. Bukan hanya itu saja, ada pula beberapa yang memberikan sejumlah uang, demi untuk mendapatkan alamat ataupun nomer ponsel Mak Oyot. Dan aku memberikan nomernya, itupun setelah ada izin dari Mak Oyot.

Sesampainya di rumah aku masuk kamar, menghitung berapa uang yang kudapatkan, sambil ngemil makanan yang diberikan para siswa-siswi sedari kawan kelas sampai lain kelas, bahkan para senior.

"Widih, banyak duit elo bang! Baru bongkar celengan yak? Bagi dung." Tiba-tiba wajah adik semata wayang, muncul dari balik pintu.

"Mana ada bongkar celengan, tuh celengan abang masih berdiri minta jatah. Uang ini semua dari kawan-kawan di sekolah abang."

"Wah baik bener kawan abang. Apa jangan-jangan abang palakin mereka yak?"

"Wah songong nih anak. Mana ada tampang abang kaya gitu."

Tiba-tiba Mak Oyot muncul, tersenyum tanpa aku paham maksud senyuman nya tersebut. Namun demikian ada yang mengikutinya dari belakang. Seperti makhluk tak kasat mata, yang bahkan baru aku tahu kehadirannya selama ini.

.......who is That creature? .....


amekachiAvatar border
User telah dihapus
tien212700Avatar border
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
533
23
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan