- Beranda
- Komunitas
- Komunitas Penulis Kreatif Indonesia
Air Mata Untuk Mama


TS
terbitcomyt
Air Mata Untuk Mama
Karya:Terbitcom Yt
Thanks To: Kaskus

Malam tak berhiaskan bintang hanya awan gelap terterangi sabitan cahaya di atas sana ramai dengan turun berjuta-juta tetesan air saat ini. Pukul 7 malam aku belum mendengar kumandang adzan, aku berusaha berteduh di antara mereka namun tak lama aku memilih untuk cepat pulang. Sekilas dalam pikiran lebih baik cepat pulang dan duduk di rumah dari pada berdiam untuk berteduh sehingganya aku pulang larut malam karena itu. Aku sangat kedinginan, di dalam angkot aku mencoba untuk tak merasa sakit yang tengah menyerang kakiku. Seturunnya aku dari angkot aku segera menyeberang dan berusaha berlari secepat mungkin untuk sampai di rumah, sesampainya di rumah.
“Hiks hiks hiks sakit ma, sakit”
“Sabar ya, sakitnya pasti hilang kok, sayang” dengan mata yang berkaca-kaca Mama mengurut kakiku.
Kata guru Mapel Biologi ku, aku seperti ini karena aku alergi dingin makanya aku rentan terhadap dingin. Hampir setiap hari aku merasakan sakit seperti ini, aku menangis sekencang-kencangnya untuk menahan rasa sakit saat ini.
Keesokan harinya di sekolah, pagi ini aktifitas pertama di sekolah bersama mereka ya, seperti biasa setiap hari senin itu jadwalnya upacara. Hari ini kondisi aku kurang baik mungkin karena kemarin aku kehujanan jadi begini. Ketika aku menghormat kepada bendera merah putih itu penglihatanku remang-remang hingga dalam hitungan detik pun aku tumbang di antara mereka. Masih terdengar jelas mereka memanggil namaku.
“Lin, Alin bangun Lin!”
Memang terasa beberapa orang mencoba mengangkatku, aku ingin sekali mencoba melambaikan tangan dan berkata bahwa aku tidak apa-apa namun aku berusaha menggerakkan kaki pun aku tak bisa. Ingin rasanya aku cepat kembali tegap berdiri menjadi pandu Ibuku di upacara itu namun nyatanya aku sangat sulit membuka mata, beberapa orang kawanku yang menjadi anggota PMR itu membawaku ke ruang guru mencoba menyadarkanku dan salah satu kawanku melepas kaos kakiku.
“Dingin banget kakinya, ya ampun cepet kasih minyak kayu putih” cakap Dhiki sang ketua PMR saat itu.
“Aliiiinnn, bangun lin!”
Aku mendengarnya dan sangat mengenal suara itu, ya itu suara Winda yang telah memegang tanganku dan membaluran minyak kayu putih berusaha menyadarkanku. Ketika Winda melepas tangannya, tanganku mencoba menggapai tangan Winda dan mataku pun dapat kubuka namun tak bisa aku memandang luas sekitarku. Mereka terus membaluri kaki dan tanganku dengan minyak kayu putih namun alhasil tetap terasa dingin bahkan mereka berkata bahwa raut wajahku amat sangat pucat. Perlahan-lahan aku coba untuk bangun dan meminum air hangat yang disuguhkan oleh Bapak. Wakasek. Seusai upacara satu persatu guru menengokku.
“Siapa yang pingsan?” tanya Bu Naini guru piket.
“Ini Alinda, bu” jawab Winda.
“Oh Alinda Anastasya kenapa, lagi sakit ya?” Sapanya padaku dengan mengusap pundakku dan memberi senyuman manis.
Beberapa menit kemudian aku memilih untuk pergi ke ruang kelas yang cukup jauh dari lokasi saat ini, aku disarankan untuk pulang tapi TIDAK! Aku tidak mau pulang, hari ini ada Mapel favoritku -KIMIA.
Tiga hari kedepan aku tidak diizinkan sekolah sama Mama karena kondisiku yang semakin parah, hari keempat aku bergegas untuk pergi ke sekolah.
“Lin, Alin ini Mama bawa sarapan buat kamu,” panggil Mama dengan mengetuk pintu, aku pun segera membukakan pintu.
“Alin, kamu mau berangkat sekolah?”
“Iya ma, sarapannya dibawa saja bareng Mama”
“Alin sayang, kamu masih sakit nak. Kamu jangan dulu sekolah, pulihkan dulu kondisinya nak”
“Enggak ma, Alin nggak apa-apa. Ini Alin bisa tegap berdiri”
“Kamu gak mau nurut sama Mama?” tanya Mama dengan nada yang meninggi, Mama mengunciku.
“Mama buka ma, jangan kunci Alin ma!! Alin pengen berangkat sekolah ma, Mama!!”
Teriakku memanggil Mama namun Mama tak menghiraukan aku, aku berteriak memanggil Mama dengan disertai batuk-batuk dan mengetuk pintu. Satu jam kemudian.
“Mama gak mau kamu semakin sakit sayang, kamu harus banyak istirahat nak”
“Mama bohong, Mama gak sayang sama Alin!” jawabku dengan nada tinggi .
Tobe Continue
Thanks To: Kaskus

Malam tak berhiaskan bintang hanya awan gelap terterangi sabitan cahaya di atas sana ramai dengan turun berjuta-juta tetesan air saat ini. Pukul 7 malam aku belum mendengar kumandang adzan, aku berusaha berteduh di antara mereka namun tak lama aku memilih untuk cepat pulang. Sekilas dalam pikiran lebih baik cepat pulang dan duduk di rumah dari pada berdiam untuk berteduh sehingganya aku pulang larut malam karena itu. Aku sangat kedinginan, di dalam angkot aku mencoba untuk tak merasa sakit yang tengah menyerang kakiku. Seturunnya aku dari angkot aku segera menyeberang dan berusaha berlari secepat mungkin untuk sampai di rumah, sesampainya di rumah.
“Hiks hiks hiks sakit ma, sakit”
“Sabar ya, sakitnya pasti hilang kok, sayang” dengan mata yang berkaca-kaca Mama mengurut kakiku.
Kata guru Mapel Biologi ku, aku seperti ini karena aku alergi dingin makanya aku rentan terhadap dingin. Hampir setiap hari aku merasakan sakit seperti ini, aku menangis sekencang-kencangnya untuk menahan rasa sakit saat ini.
Keesokan harinya di sekolah, pagi ini aktifitas pertama di sekolah bersama mereka ya, seperti biasa setiap hari senin itu jadwalnya upacara. Hari ini kondisi aku kurang baik mungkin karena kemarin aku kehujanan jadi begini. Ketika aku menghormat kepada bendera merah putih itu penglihatanku remang-remang hingga dalam hitungan detik pun aku tumbang di antara mereka. Masih terdengar jelas mereka memanggil namaku.
“Lin, Alin bangun Lin!”
Memang terasa beberapa orang mencoba mengangkatku, aku ingin sekali mencoba melambaikan tangan dan berkata bahwa aku tidak apa-apa namun aku berusaha menggerakkan kaki pun aku tak bisa. Ingin rasanya aku cepat kembali tegap berdiri menjadi pandu Ibuku di upacara itu namun nyatanya aku sangat sulit membuka mata, beberapa orang kawanku yang menjadi anggota PMR itu membawaku ke ruang guru mencoba menyadarkanku dan salah satu kawanku melepas kaos kakiku.
“Dingin banget kakinya, ya ampun cepet kasih minyak kayu putih” cakap Dhiki sang ketua PMR saat itu.
“Aliiiinnn, bangun lin!”
Aku mendengarnya dan sangat mengenal suara itu, ya itu suara Winda yang telah memegang tanganku dan membaluran minyak kayu putih berusaha menyadarkanku. Ketika Winda melepas tangannya, tanganku mencoba menggapai tangan Winda dan mataku pun dapat kubuka namun tak bisa aku memandang luas sekitarku. Mereka terus membaluri kaki dan tanganku dengan minyak kayu putih namun alhasil tetap terasa dingin bahkan mereka berkata bahwa raut wajahku amat sangat pucat. Perlahan-lahan aku coba untuk bangun dan meminum air hangat yang disuguhkan oleh Bapak. Wakasek. Seusai upacara satu persatu guru menengokku.
“Siapa yang pingsan?” tanya Bu Naini guru piket.
“Ini Alinda, bu” jawab Winda.
“Oh Alinda Anastasya kenapa, lagi sakit ya?” Sapanya padaku dengan mengusap pundakku dan memberi senyuman manis.
Beberapa menit kemudian aku memilih untuk pergi ke ruang kelas yang cukup jauh dari lokasi saat ini, aku disarankan untuk pulang tapi TIDAK! Aku tidak mau pulang, hari ini ada Mapel favoritku -KIMIA.
Tiga hari kedepan aku tidak diizinkan sekolah sama Mama karena kondisiku yang semakin parah, hari keempat aku bergegas untuk pergi ke sekolah.
“Lin, Alin ini Mama bawa sarapan buat kamu,” panggil Mama dengan mengetuk pintu, aku pun segera membukakan pintu.
“Alin, kamu mau berangkat sekolah?”
“Iya ma, sarapannya dibawa saja bareng Mama”
“Alin sayang, kamu masih sakit nak. Kamu jangan dulu sekolah, pulihkan dulu kondisinya nak”
“Enggak ma, Alin nggak apa-apa. Ini Alin bisa tegap berdiri”
“Kamu gak mau nurut sama Mama?” tanya Mama dengan nada yang meninggi, Mama mengunciku.
“Mama buka ma, jangan kunci Alin ma!! Alin pengen berangkat sekolah ma, Mama!!”
Teriakku memanggil Mama namun Mama tak menghiraukan aku, aku berteriak memanggil Mama dengan disertai batuk-batuk dan mengetuk pintu. Satu jam kemudian.
“Mama gak mau kamu semakin sakit sayang, kamu harus banyak istirahat nak”
“Mama bohong, Mama gak sayang sama Alin!” jawabku dengan nada tinggi .
Tobe Continue
0
53
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan