Kaskus

Hobby

farisisalman345Avatar border
TS
farisisalman345
Istirahat dulu jika lelah, nanti lanjut lagi
Istirahat dulu jika lelah, nanti lanjut lagi
Judul : Duduk dulu, jangan lupa jadi manusia
Penulis : Syahid Muhammad
Penerbit : Gradien Mediatama, Yogyakarta
Tahun terbit : 2021
Tebal buku. : 236 halaman


Buku “Duduk Dulu, Jangan Lupa Jadi Manusia" yang dibuat oleh Syahid Muhammad bercerita kalau kita perlu duduk sejenak, bernafas, dan mengingat kalau kita hanya manusia biasa yang memiliki kekurangan serta berbagai macam emosi yang terbentuk dari pengalaman. Belliau mengatakan berkali- kali kalau kita juga perlu menerima dan mengakui emosi yang lain, tidak hanya emosi bahagia.
Buku ini sebenarnya bisa dibaca dalam suasana hati apapun, karena dalam buku ini juga ditetapkan bahwa kita juga perlu mengakui segala emosi yang ada di dalam diri seperti marah, sedih, bahagia, dan sebagainya. Selain bisa dibaca kapanpun, buku ini juga tidak memiliki alur sehingga pembaca tidak perlu mengingat apa yang terjadi di bab - bab sebelumnya. Jadi, saya hanya akan mengulas beberapa bagian dari buku ini yang dapat menginspirasi saya sendiri.

Buku terbitan bulan Januari 2021 itu memanggil pembaca untuk melangkahkan kaki lebih jauh lagi di awal tahun baru. Buku ini mengisahkan tentang pribadi yang seakan lupa untuk duduk dulu dan kembali menjadi manusia seutuhnya. Buku dengan judul “Duduk Dulu” ini membahas tentang bagaimana cara memahami diri sendiri, lalu juga membahas bagaimana cara menghadapi permasalahan yang ada dalam jiwa manusia seperti resah, sedih, kecewa, ekspetasi, luka, amarah hingga kesepian. Terkadang orang-orang yang merasa cemas dan resah ketika mereka sedang merasakan bahwa mereka tidak punya tujuan, merasa gagal saat tidak berguna bagi banyak orang, hal ini sangat diharapkan agar orang - orang bisa memeluk keresahannya sendiri dan mempersilahkan mereka duduk dan menjadikan diri mereka sendiri sebagai temannya.
Berikut kutipan dalam novel yang menunjukkan keresahan dalam diri sendiri:
“Kemarahan yang ada di kesunyian, rasa sakit tertinggal dan ditinggalkan, segala kehancuran yang memporak-porandakan caramu melihat diri sendiri dan dunia, obati dengan dada yang berlapang. Biarkan semua itu mencairkan kelakuan caramu melihat, merasa, menerima. Biarkan itu membentukmu kembali, dan membentukmu terus. Kebahagiaan yang berumur panjang bukan karena tidak pernah alami rasa sakit, tapi karena mampu menerima dan mengelola rasa sakit dengan baik.”
(Novel Duduk Dulu, Syahid Muhammad, 2021:92).”

Pada halaman awal, pembaca akan dibuka dengan secercah sepatah kata dari penulis yang seakan tahu bahwa jiwa ini butuh pulang. Makna ‘pulang’ yang bukan lagi sekadar singgah atau rehat. Dalam halamannya, penjelasan pulang yaitu membawa bekal berupa beban pikiran yang sudah selayaknya ditaruh, kemudian duduk, dan berteman. Lalu mencoba mendengar bahwa jiwa ini sedang butuh apa. Lagi - lagi setiap kata pulang adalah bagian dari mereka yang sedang hancur. 236 halaman ini memang masih kurang untuk menganalogikan banyak hal. Dimulai dari diri yang hancur, seberkas cerita dari Nicolash, diri yang dahulu disakiti, lalu bangkit, dan ujungnya harus berteman dengan semua kebisingan-kebisingan yang ada.

Bang Iid selalu membubui kutipan menarik di akhir pembahasan, sehingga menjadikan pembaca bisa memposisikan dirinya untuk menjadi teman dari buku ‘Duduk Dulu’. Lebih dari itu, buku yang disunting oleh Olive Hateem ini tak hanya menceritakan diri sedang butuh apa, tapi juga diajarkan tentang bagaimana memahami jika semesta tidak hanya tentang dirimu dan juga masalahmu, ada orang lain juga di sana. Penulisan cerita dikemas dengan sangat hangat, bahkan pembaca terasa didekap erat, buku ini seperti punya nyawa. Di tengah bagian cerita, Bang Iid kembali menggertak kita untuk sadar tentang apa-apa yang tidak bisa diusahakan, maka terimalah. Pada suatu hal tersebut ada hikmah dari setiap kata - kata nya. Sampai pada bagian akhir buku tersebut, Bang Iid memberikan kaca terakhirnya untuk sekadar mengingatkan pembaca bahwa jangan lupa untuk kembali ber-terima kasih pada diri yang telah berkenan untuk duduk dulu, entah jadi teman duduk, ataupun untuk dapat rehat dari kebisingan sekitar.

Di balik kilas semua cerita, kekurangan buku ini terletak pada sub bab yang terkesan seperti diulang pada sub bab berikutnya. Namun, secara keseluruhan novel ini recommended bagi kalangan mereka yang butuh teman cerita hanya dengan membacanya. Selain suguhan kata-katanya yang penuh makna, buku ‘Duduk Dulu’ akan menumbuhkan kembali pemikiran kita mengenai apresiasi diri dan mencintai diri sendiri.

Oleh M. Salman Al Farisi mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Muhammadiyah Malang
terbitcomytAvatar border
terbitcomyt memberi reputasi
1
1.2K
1
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan