Atasanku menghubungiku lagi hari ini



seperti biasa aku harus menemani dirinya pergi ketempat yang dia sukai, tertawa dengan setiap leluconnya yang aku rasa dirinya sendiri tahu bahwa itu tidak lucu. 


Namun begitulah seorang yang menganggap bahwa kekuasaan adalah segalanya, dirinya haus akan menjadi pusat perhatian dan apapun yang dilakukannya harus mendapatkan apresiasi.


sudahlah, kalian pasti tahu kenapa aku tidak dapat menolak ajakan dirinya. sudah jelas terbaca bagaimana aku merasa terpaksa menemani dirinya, bahkan saat aku menulis ini aku berusaha untuk mengingat setiap adegan yang dapat aku bagikan kepada kalian. Bukan karena aku seorang yang pelupa, namun pikiranku rasanya kosong saat bersama atasanku itu.


Semua ini berawal saat 3 bulan aku mulai bekerja di restoran milik atasanku ini, seorang pria dengan usia mendekati 30 tahun ini adalah satu-satunya pewaris dari keluarganya yang mengharapkan dirinya dapat mengembangkan usaha keluarga yang sudah bertahun-tahun dirintis. 


Namun bukannya memikirkan bagaimana cara untuk mengembangkan usaha, dirinya lebih suka bermain-main dengan para staf yang bekerja bersamanya. Dan salah satu korbannya adalah aku.


Aku berkata korban disini bukan tanpa alasan, tidak jarang yang bekerja disini tidak bisa bertahan lama, dan yang bisa bertahan lama juga karena mereka sudah pasrah dengan kelakuan atasanku kepada mereka. 


Pernah aku bertanya kepada seniorku, apa yang membuat mereka bisa bertahan dengan sikap dari anak bos yang seperti ini, jawaban mereka hanya satu, mereka butuh uang.


Orang yang aku tanya itu adalah seorang wanita yang sudah bekerja selama 2 tahun disini, jika aku melihat dirinya yang sekarang aku seperti melihat masa depanku, dan jika dirinya melihat kepadaku maka dirinya seperti melihat masa lalunya. 


Ya, sekarang aku adalah seorang wanita yang menggantikan posisinya dia. Mungkin karena aku sudah membuat dirinya keluar dari cengkraman si bos membuat kami berdua memiliki kontak batin yang dalam. 


“Coba kamu lihat orang itu”, sang bos menunjuk kepada seorang wanita putih cantik yang sedang duduk sendiri menikmati makanan yang sepertinya sama dengan apa yang kita pesan.


“Iya, kenapa bos?” tanyaku dengan nada yang pelan berharap tidak ada yang mendengar. berbeda dengan si bos yang sangat berani bicara cukup keras tanpa rasa segan.


“Aku yakin dia pasti menghabiskan setengah gajinya untuk bisa makan disini, dan jika tidak mungkin dia sudah menipu pria diluar sana agar membayarkan makannya.” Kalimat itu diakhiri dengan tawanya yang sangat puas.


sungguh menjijikan bosku ini, namun aku hanya dapat ikut tertawa saja dan berusaha menghabiskan makanan yang ada di depanku ini, aku yakin makanan ini rasanya sangat enak, namun setiap kali aku harus mendengar apa yang diucapkan bos ku ini makanan apapun akan kehilangan rasanya. entah lidahku yang seketikan kehilangan panca inderanya, atau bos ku memiliki kemampuan untuk menetralkan makanan. Mungkin jika ada orang yang sedang menyantap makanan asin, dirinya tinggal berbicara dengan bos ku saja.


“Setelah ini biasa ya, pijat”. akhirnya bosku bisa berbicara dengan nada yang pelan, jika sudah urusan selangkangannya maka dirinya akan menjadi lebih tenang.


Aku hanya mengangguk saja, dan sedikit memberikan tatapan genit kepadanya. 


Sungguh, bukan karena aku senang kepadanya, terakhir kali aku tidak memberikan respon yang kurang baik, dirinya memotong setengah dari gajiku dengan alasan tidak suka dengan potongan rambutku.


Alasan yang sangat dibuat-buat, namun aku tidak dapat berbuat apa-apa, karena dirinyalah yang berkuasa, dan aku sudah tidak tahu lagi jika aku tidak bekerja dibawah bajingan ini, maka bagaimana aku harus melanjutkan kehidupanku dan mencukupi kebutuhan keluargaku di kampung.


Kini kami berada di kamar hotel, seperti biasa bosku sudah telanjang bulat dan merebahkan dirinya diatas kasur.


Dan aku sudah harus bersiap di kamar mandi untuk kembali tersenyum kepadanya.