

TS
kucingnyadita
#KartiniLebaran sebagai Apresiasi Perjuangan Emansipasi Perempuan

‘Apalah arti sebuah nama?’ Ungkapan yang sohor dari seorang pujangga Barat tersebut seolah menyiratkan tak ada muatan yang penting dari sebuah nama. Mungkin banyak juga yang memaknainya tidak demikan. Namun terlepas dari intepretasi bebas dari kalimat tersebut, yang pasti di negeri ini, nama justru menjadi ekspresi keramat yang di dalamnya termuat doa dan harapan dari orang tua terhadap yang punya nama.
Yang namanya doa, tentu ingin selalu melekat pada yang terbaik. Namun sayangnya, sulit untuk merangkum semua yang terbaik dalam sebuah nama. Mesti ada satu aspek tertentu dalam dimensi kebaikan yang harus dipilih untuk menjadi sebuah nama sekaligus doa. Ambil contoh nama Satriyo Wibowo yang memuat doa terhadap si empunya nama untuk menjadi sosok ksatria yang berwibawa. Atau, Abdi Haq yang bermakna ‘penjaga kebenaran’. Namun begitu, kebaikan doa tidak melulu harus tentang kegagahan dan kelelakian. Nama-nama seperti Ayu, Ratna, Padma, juga sama-sama memuat dimensi kebaikan doa yang berfokus pada keindahan, kebaikan, atau pun cinta kasih.
Bagi yang punya nama, doa yang termuat dalam nama mereka sekaligus juga menjadi petunjuk atau arahan tentang bagaimana mereka berperilaku dalam kehidupan sesuai dengan harapan yang dicita-citakan si pemberi nama. Seorang anak yang diberi nama ‘Soleh’ bisa dipastikan diharapkan menjadi pribadi yang taat beragama dan hormat terhadap orang tua sesuai makna yang dikandung nama tersebut. Akan ‘berat’ baginya untuk bertindak secara sadar di luar harapan orang tuanya untuk menjadi seorang ateis dan pembangkang, misalnya.
Selanjutnya, sebuah nama juga akan mewakili sebuah keluarga yang mewarisi identitas, eksistensi, kepemilikan, warisan, hingga doa tentang keluarga yang bersangkutan. Doa-doa tersebut terus dilantunkan saat sebuah entitas keluarga menghadapi ritual sosial budaya, seperti resepsi perkimpoian, administrasi kenegaraan, hingga perayaan keagamaan.
Yang terjadi saat ini, doa-doa yang mewakili keluarga tersebut umumnya didasarkan pada nama laki-laki sebagai kepala keluarga. Hal ini memang lumrah terjadi di masyarakat yang menganut sistem patrilineal seperti Indonesia. Namun doa-doa yang bersemayam dalam nama perempuan bukan berarti tidak bisa dipanjatkan. Karena, seharusnya, semua doa layak dilangitkan.
Perayaan Hari Kartini yang sarat akan makna perjuangan emansipasi perempuan, pada tahun ini, kebetulan jatuh berdekatan dengan Hari Raya Lebaran yang bermakna hari kemenangan. Kedua momen sakral itu hendaknya bisa mewujud dalam sebuah kesadaran kita terhadap perjuangan emansipasi perempuan yang layak diberi apresiasi tinggi.
Oleh karenanya, tanpa bermaksud mendeskreditkan ‘doa-doa’ lainnya, mari kita maknai momen ini dengan semangat #KartiniLebaran, yakni sebuah gerakan kesadaran akan sama pentingnya nama-nama perempuan dalam keluarga. Nama yang di dalamnya juga memuat identitas, suara, kepemilikan, hak, dan doa dari para orang tua terdahulu untuk juga diwariskan kepada keluarga mereka di masa depan.
Gerakan kesadaran #KartiniLebaran akan diinisiasi mulai 20 April 2023 hingga sepanjang waktu Lebaran. Dengan semangat #KartiniLebaran, masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam melantunkan doa-doa baik yang bersemayam dalam nama perempuan Indonesia dengan mencantumkan nama perempuan sebagai perwakilan nama keluarga sepanjang perayaan Lebaran.





bromocool dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2K
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan