Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

drhansAvatar border
TS
drhans
Big Man
Big Man

Reuni bersama teman sekolah menyisakan duka bagi Tedy. Ia memutuskan tak akan mengikuti lagi reuni-reuni sejenis di lain waktu.

Memang, sedari awal ketika kawan lamanya mengajak ikut reunian ia sudah berniat menolak. Ia sadar dengan keadaan dirinya dan malu serta merasa rendah diri untuk bertemu dengan teman-teman sekelasnya.

Selain itu, untuk mengikuti acara reunian (walau hanya beberapa jam), ia harus mengorbankan pendapatannya sehari itu (sedangkan keluarganya hidup hari demi hari bergantung pada penghasilannya di hari itu) dan ia sadar bahwa ia tak sanggup membayar iuran partisipasi kedatangan.

Namun, seorang kawan lamanya, yang sering membantunya, terus mendesaknya pergi dan menemaninya ke acara reuni.

Tedy beberapa kali berusaha menolak, sampai akhirnya ia terpaksa mengiyakan saat sang kawan mengatakan bahwa ia sudah membayar iuran mereka berdua dan menitipinya amplop (berisi uang) untuk diserahkan kepada istrinya.

***

Benar saja, kekhawatirannya di acara reuni terjadi. Awalnya, sebagian besar teman-teman sekelasnya masih bersikap antusias menanyakan kabar satu sama lain, tetapi begitu mereka tahu pekerjaannya saat itu, satu per-satu mulai menjauhinya.

Beberapa teman yang tersisa, kecuali sang kawan lama, ia tahu juga merasa tak kerasan berada dekat dengannya. Hanya karena mereka menjaga kesopanan maka mereka tak meninggalkannya.

Namun lambat laun, satu demi satu teman-temannya meninggalkan dirinya dengan berbagai alasan, sehingga yang tersisa dalam kelompok hanya tinggal ia berdua, dengan kawan lamanya itu.

Ah, rupanya status dan kedudukan masih lebih penting dibanding rasa pertemanan.
Tedy tak menyalahkan siapapun dan ia mengerti sepenuhnya.

Dahulu, ketika ia masih berjaya dan berada, mungkin ia-pun akan berlaku dan bersikap sama seperti teman-temannya. Ia hanya merasa kasihan, sang kawan lama harus terus menemaninya, tanpa bisa bertegur-sapa dengan teman-teman lainnya.

***

Dalam usianya yang menginjak ke-45, Tedy benar-benar berada di titik terbawah dari roda kehidupannya.

Tedy terpaksa tinggal bersama keluarganya menyewa sebuah bedeng sempit dan bekerja sebagai pedagang bubur keliling di pagi hari, menjadi penjual lumpia di sore hari dan malamnya sebagai pengojek on line.

Toh, walau begitu, keluarganya tetap saja belum terbiasa hidup bersahaja dan selalu merasa kekurangan. Hidup nelangsa seperti itu baru dijalaninya sekitar 2 tahunan.

Sebelumnya, ia adalah seorang yang cukup berada dan memiliki beberapa perusahaan. Hanya sayangnya beberapa tahun lalu, ia tertipu partner bisnisnya dan disalahkan oleh banyak pihak. Akibatnya ia sempat mendekam di tahanan beberapa lama.

Efek di kemudian hari, ia menjadi sulit mencari pekerjaan dan memulai bisnis baru.

Untungnya, bekas karyawannya, yaitu sang kawan lama, mau terus men-support dan memberinya semangat.

Tedy sempat patah semangat dan stres menyesali nasibnya, baiknya sang kawan selalu mengawal dan membimbingnya. Diajaknya Tedy kembali rutin beribadah dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang produktif.

Walau secara materi, bantuan sang kawan terbatas, tetapi bantuan lainnya sangatlah berarti buat Tedy. Ia yang sebelumnya hidup dalam kesombongan dan kebanggaan diri, secara perlahan diubah Tuhan menjadi rendah diri dan dapat mensyukuri segala hal yang terjadi.

Sekarang, ia sudah dapat menerima kehidupan yang bersahaja dan berusaha mengajak istri dan anak-anaknya menerima kondisi mereka. Ia yakin dan percaya, suatu saat nanti, ia akan dapat meraih kejayaannya lagi.

Pertemuannya dengan teman-teman sekelasnya dalam acara reuni tak mengecilkan hatinya malah semakin membuat ia bersemangat untuk kembali merebut kesuksesan. Bila orang lain bisa, ia juga harus bisa (sukses )...

***

Saudara, manusia seringkali 'diingatkan' Tuhan dengan cara-Nya yang luar biasa.

Terkadang dalam rutinitas kehidupan, kita seringkali lupa bahwa Tuhan tak pernah melupakan kita.

Kita seringkali bergumul mengandalkan kekuatan diri semata, tanpa sempat bertanya kepada Tuhan, jalan manakah yang harus ditempuh?

Akibatnya kita sering 'terkaget ' ketika Tuhan menegur kita. Tetapi Saudara, percayalah, pada akhirnya, jalan Tuhan-lah yang selalu terbuka untuk Anda.

Masalahnya adalah sudahkah kita mendengar 'signal-signal' yang selalu dipancarkan Tuhan?

Selamat Paskah, Saudara. Mari rayakan hari kemenangan bagi semua.

Salam semua. Be happy. Gbu.
bukhoriganAvatar border
bukhorigan memberi reputasi
1
219
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan