- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
MIT pergi, datanglah bahagia bagi para petani Poso


TS
InRealLife
MIT pergi, datanglah bahagia bagi para petani Poso
https://www.benarnews.org/indonesian...023124540.html

Salah satu efek bagus keberhasilan memberantas teroris.

Quote:
MIT pergi, datanglah bahagia bagi para petani Poso
Keisyah Aprilia
2023.03.23
Poso, Sulawesi Tengah
Asmarani Lacege tak memedulikan terik matahari menerpa tubuhnya saat dia dan anak perempuannya yang berusia remaja mendaki bukit menuju kebun kakao milik mereka di Desa Alitupu, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Asmarani Lacege (kiri) dan anaknya (kanan) berjalan dengan susah payah mendaki lereng perkebunan kakao miliknya yang terletak di perbukitan Alitupu, sebuah desa di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 19 Maret 2023. [Keisyah Aprilia/BenarNews]
Seorang anak mendorong gerobak berisi tomat segar yang baru dipanen di Desa Wuasa, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 19 Maret 2023. [Keisyah Aprilia/BenarNews]
Asmarani Lacege mengenakan sepatu bot karet dan memegang parang sebelum memasuki perkebunan kakao miliknya di perbukitan Alitupu, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah, 19 Maret 2023. [Keisyah Aprilia/BenarNews]
Marson Palada memegang parang usai membersihkan rumput liar di bawah pohon kakaonya di Kalimago, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, 19 Maret 2023. [Keisyah Aprilia/BenarNews]
“Kami berharap kami dapat hidup damai dengan saudara dan saudari Muslim kami.”
“Kami berharap ini adalah akhir dari mimpi buruk kami,” kata seorang petani yang menyaksikan kekejaman militan terafiliasi ISIS, Mujahidin Indonesia Timur.
Keisyah Aprilia
2023.03.23
Poso, Sulawesi Tengah
Asmarani Lacege tak memedulikan terik matahari menerpa tubuhnya saat dia dan anak perempuannya yang berusia remaja mendaki bukit menuju kebun kakao milik mereka di Desa Alitupu, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Selama bertahun-tahun, mereka hidup dalam ketakutan atas ancaman kelompok militan bersenjata yang telah bersumpah setia kepada kelompok Negara Islam (ISIS) dan melakukan serangan mematikan terhadap warga sipil dan aparat keamanan di Poso dan sekitarnya.
Tapi semua ketakutan itu sirna sejak September tahun lalu, ketika pihak berwenang mengumumkan bahwa mereka telah memusnahkan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu.
“Sekarang keadaan sudah sangat aman. Saya tidak takut lagi pergi ke kebun meski kebun saya sedikit masuk ke hutan dan jauh dari perkampungan,” kata Asmarani, 43 tahun, kepada BenarNews, Minggu (19/3).

Wilayah konflik
Bagi banyak orang di Poso, terutama di Lembah Lore, sebuah wilayah yang mencakup enam kabupaten dan menghasilkan kakao, kopi, vanili, dan tanaman lainnya, berakhirnya ancaman MIT telah mengembalikan keamanan dan membawa kemakmuran bagi masyarakat sekitar.
Poso pernah menjadi wilayah konflik sektarian antara Muslim dan Kristen yang menewaskan lebih dari 1.000 orang antara tahun 1998 dan 2001. Sebuah kesepakatan damai mengakhiri konflik tersebut, tetapi militan MIT terus beroperasi di daerah-daerah terpencil.
Pemimpin utama MIT, Santoso atau Abu Wardah tewas di tangan aparat keamanan pada pertengahan 2016, dan digantikan oleh Ali Kalora. Ali terbunuh bersama anggota lainnya dalam baku tembak dengan Satgas Madago Raya, satuan gabungan TNI-Polri yang bertujuan memusnahkan MIT, pada September 2021.
Pihak berwenang mengatakan mereka telah menangkap dan menewaskan semua anggota MIT yang tersisa pada September 2022 setelah melakukan operasi panjang yang melibatkan ribuan personel tentara dan polisi sejak 2015.
Anggota MIT terakhir yang diketahui, Al Ikhwarisman (juga dikenal sebagai Jaid dan Pak Guru), 34, ditembak mati oleh aparat keamanan di Kabupaten Poso Pesisir Utara pada 29 September, kata pihak Satgas Madago Raya.
MIT dibentuk pada 2010, berakar pada konflik sektarian berdarah antara kelompok Muslim dan Kristen di daerah tersebut.
MIT, kelompok militan pertama di Indonesia yang bersumpah setia kepada ISIS pada Juni 2014 ini dikenal karena kerap meneror petani setempat bahkan membunuh dengan keji seperti memenggal kepala para korban.
Pada 2015 pemerintah Indonesia menerjunkan operasi gabungan TNI-Polri untuk menumpas kelompok tersebut yang saat itu beranggotakan sekitar 40 orang, termasuk sejumlah warga Uighur dari Xinjiang China.

Bisa menikmati panen kembali
Di Desa Wuasa, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso, petani tomat juga menikmati panen yang melimpah karena mereka kembali beraktivitas setelah bertahun-tahun hidup dalam ancaman.
Salah satunya Ratna Diana, 34 tahun, yang memetik tomat dari kebunnya dengan senyum sumringah di wajahnya.
“Ini kebun tomat saya sudah lima kali panen. Hasil panen melimpah, harganya juga lagi bagus, 5.000 rupiah per kilogram,” kata Ratna, menambahkan semangat berkebunnya meningkat sehingga panennya pun melimpah.
Pihak berwenang telah menyatakan Poso aman dan mengimbau masyarakat untuk melanjutkan aktivitas normal mereka.
Mereka juga berjanji akan memberikan bantuan dan program pembangunan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Perekonomian Poso sangat bergantung pada pertanian, terutama kakao. Kabupaten ini juga menghasilkan kopi, vanili, pala dan tanaman lainnya yang dijual ke pasar domestik dan internasional.
Keberadaan MIT di Poso selain memakan banyak korban para petani yang dibunuh karena dianggap sebagai mata-mata aparat, juga menyebabkan para petani di sana kehilangan pendapatan dan mata pencaharian karena ketidakamanan.
Banyak dari mereka meninggalkan pertanian mereka atau menjualnya dengan harga rendah. Beberapa beralih ke tanaman lain yang membutuhkan lebih sedikit perawatan, seperti jagung dan sayuran.
Pemerintah berusaha menghidupkan kembali sektor kakao Poso dengan memberikan bantuan dan insentif kepada petani, seperti bibit, pupuk, peralatan dan pelatihan, dan juga mendorong mereka untuk membentuk koperasi serta asosiasi untuk meningkatkan daya tawar dan akses mereka ke pasar.

Upaya pemulihan dan deradikalisasi
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Rudy Sufahriadi mengatakan dengan dibasminya MIT diharapkan Poso dan sekitarnya akan lebih aman dan damai.
Dia mengatakan operasi pengamanan Madago Raya kini difokuskan pada upaya pemulihan dan deradikalisasi.
Rudy mencatat bahwa kelompok militan masih memiliki simpatisan di daerah-daerah seperti distrik Tojo Unauna, dan aparat keamanan akan melakukan penyuluhan agama dan kegiatan sosial untuk melawan radikalisme dan mempromosikan Islam moderat.
“Tanggung jawab Polri dan TNI menjaga Poso yang damai dan terbebas dari kelompok radikal, kata Rudy kepada jurnalis pada Januari.
“Kita berharap dengan kegiatan keagamaan yang baik, tidak ada lagi masyarakat yang terpapar ideologi radikal di Sulteng,” ujarnya.
Lukman S. Thahir, pakar terorisme Institut Agama Islam Negeri Palu, mengatakan masyarakat di Kabupaten Poso, Parigi Moutong, dan Sigi membutuhkan bantuan ekonomi setelah terkena dampak operasi.
“Sekarang petani sudah kembali bekerja, pemerintah harus memastikan kehidupan mereka membaik,” kata Lukman kepada BenarNews, menambahkan bahwa mereka yang kesulitan mendapatkan pupuk dan menjual hasil panen mereka harus mendapatkan bantuan.
“Menurut saya, ketika pemerintah membuka lapangan kerja dan pasar bagi hasil panen mereka, saya yakin kehidupan dan ekonomi mereka benar-benar pulih,” ujarnya.

“Akhir dari mimpi buruk”
Lukman juga mengatakan program pengembangan masyarakat dan deradikalisasi diperlukan untuk mencegah penyebaran pandangan radikal, dengan dukungan dari para pemimpin agama yang mempromosikan pemahaman Islam yang moderat.
Marson Palada, seorang petani berusia 40 tahun dari desa Kalimago, mengatakan tanaman kakao dan kopinya dulu dibiarkan begitu saja dan sering dirusak oleh satwa liar.
Namun kini hasil panen mereka melimpah, dan dia bisa mencukupi kebutuhan keluarganya, termasuk menyekolahkan ketiga anaknya.
“Sekarang ketakutan itu sudah benar-benar hilang, dan karena sering berkebun ekonomi kami sudah jauh lebih baik. Apalagi hasil panen kakao dan kopi sejak awal tahun ini bagus,” jelas Marson.
“Kami sangat senang dan berterima kasih kepada polisi dan militer karena mereka telah menghabisi kelompok itu,” kata Marson, yang kehilangan empat tetangganya akibat kebrutalan MIT pada 2021.
“Kami berharap ini adalah akhir dari mimpi buruk kami,” kata Yohanes Larengi, seorang petani Kristen berusia 50 tahun dari desa Kalimago yang menyaksikan langsung kekejaman MIT.
“Kami berharap kami dapat hidup damai dengan saudara dan saudari Muslim kami.”
Salah satu efek bagus keberhasilan memberantas teroris.






ichigo1990 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.5K
Kutip
12
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan