- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
DERITA ISTRI KEDUA


TS
naimatunn5260
DERITA ISTRI KEDUA
DERITA ISTRI KEDUA
PROLOG
Assalamualaikum. Bertemu lagi dengan karya saya. Sebelum membaca bisa subscribe terlebih dahulu, jika berkenan. Terima kasih.
“Tante jangan pernah bermimpi untuk hidup bahagia bersama ayahku! Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan tante merebut ayah dariku, dan ibu.”
Luna Abraham, gadis remaja berusia lima belas tahun yang sangat cantik dan memiliki bola mata yang indah, menatap sengit pada Miranda, ibu sambung yang dinikahi ayahnya sebulan lalu.
“Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu, Luna? Tante sama sekali tidak berniat merebut ayahmu darimu. Buang jauh-jauh pikiran kamu Luna! Berusahalah untuk memanggil tante, ibu! Karena sekarang aku telah menikah dengan ayahmu,” sahut Miranda lembut.
“Cih! Jangan ngarep! Sampai kapan pun aku tidak sudi memanggilmu ibu. Aku sudah bersusah payah agar ibu dan ayahku rujuk kembali, namun kamu datang menghancurkan semuanya. Aku benci kamu Miranda!” teriak Luna marah.
Mata Miranda membulat sempurna. Ditatapnya anak tirinya yang berdiri sangat berani, ia tidak menyangka gadis remaja itu berani mengatakan itu padanya.
“Kenapa melotot begitu? Tidak suka? Mau marah? Ini rumah ayahku, yang pasti rumahku juga. Kalau Tante tidak betah di sini, Tante bisa angkat kaki sekarang juga! Aku ingin ayah dan ibuku bersatu lagi. Tante pergilah sekarang!”
“Luna! Apa yang kamu katakan? Ayah dan ibumu telah resmi berpisah sejak lama. Kamu harus bisa menerimanya dengan ikhlas. Mereka tidak bisa bersama lagi. Mengertilah, Luna!”
“Jangan mengajari aku Tante. Aku tidak butuh. Mereka memang telah lama berpisah, tapi bukan suatu yang mustahil, jika mereka bersatu lagi.”
Miranda sebisa mungkin menguasai dirinya, agar tidak kelepasan. Luna bukanlah gadis remaja biasa yang bisa disepelekan.
“Oh ayahku sudah pulang rupanya.”
“Ingat! Jangan sampai Tante mengadu aneh-aneh pada Ayah! Kalau sampai ayah tahu, aku akan membuat Tante merasa tinggal di Neraka!”
Luna datang membuka pintu dengan senyum sumpringah menyambut ayahnya yang pulang bekerja.
“Anak Ayah dan istriku cantik sekali! Bagaimana hari ini, sayang? Pasti ibu Mira sudah banyak mengajarkan kamu banyak hal, bukan?”
Andi mencium kening istri dan anaknya secara bergantian. Luna meradang melihat ayahnya memperlakukan ibu sambungnya, sama dengan memperlakukan ibunya dulu.
“Iya Ayah. Ibu sangat rajin soal pekerjaan rumah dan memasak. Ayah beruntung menikah dengannya,” ucap Luna bersandiwara. Miranda tidak mau begitu peduli atas apa yang diucapkan oleh Luna. Semua sangat berbeda saat ayahnya belum tiba.
‘Oh, rupanya Luna juga ahli dalam hal sandiwara seperti ini. Aku sudah berusaha menjadi ibu yang baik, namun rupanya Luna masih belum bisa menerima perpisahan ayah dengan ibunya. Bahkan Luna juga menginginkan mereka untuk rujuk. Lalu bagaimana denganku? Apakah aku benar-benar akan tersingkir dari pernikahan ini?’ gumam Mira dalam hati.
“Oh syukurlah kalian cocok. Ayah sangat bahagia. Ini Ayah bawakan martabak dan roti bakar. Ayo kita makan!”
Mereka memakan oleh-oleh yang dibawa Andi sembari menonton televisi. Luna mencuri pandang menatap Mira dengan geram. Mira hanya diam dan tidak mau begitu menanggapi.
“Ayah, aku merindukan ibu. Apa boleh ibu menginap di sini untuk beberapa hari saja?” tanya Luna tiba-tiba setelah selesai memakan roti bakar keju kesukaannya.
“Izin dulu sama ibu Mira ya, Nak! Biar bagaimanapun, ibu Mira ibumu juga.”
“Ibu Mira sudah mengizinkannya, Ayah. Aku sudah meminta izinnya tadi siang. Iya ‘kan, Bu?” Luna menatap Mira seperti polisi sedang mengintimidasi tersangka.
“Benarkah? Ibu Mira sangat baik. Silahkan katakan pada ibu, untuk menginap di sini,” titah sang ayah. Luna tersenyum penuh kemenangan. Sementara Mira hanya bisa menatap sedih pada anak sambungnya yang ternyata menjadi benalu dalam rumah tangganya.
Luna menggulir layar ponselnya penuh semangat. Ia mencari nomor wa sang ibu, dan mengirimkan pesan. Ia sungguh tidak sabar menunggu ibunya datang.
“Dek, tiga hari ke depan, Mas akan keluar kota untuk urusan pekerjaan. Kamu yang rukun ya sama Luna! Nanti akan ada ibunya Luna juga yang menemani kamu di sini. Viona akan menginap di sini. Dia baik, semoga kalian bisa rukun!”
“Semoga saja, Mas. Aku berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik buat Luna. Semoga mereka benar-benar bisa menerima aku dengan baik ya, Mas!”
Mira sengaja menekan setiap kata yang ia ucapkan, agar Luna bisa mengerti maksudnya.
“Sudah pasti mereka menerima kamu sayang. Mas Lihat Luna begitu bahagia.”
‘Kamu tidak tahu saja, anakmu sama sekali tidak menginginkan aku, Mas. Bahkan dia sedang berusaha memisahkan kita,’ batin Mira. Dia tetap berusaha tersenyum walaupun memaksakan.
“Ayah jangan lama-lama ya! Hanya tiga hari saja,” ucap Luna manja.
“Kenapa sayang? Ayah pastikan ibu Mira akan menjagamu. Kamu harus patuh padanya ya, sayang?”
“Iya Ayah. Luna akan menjadi anak yang baik. Ayah tidak perlu cemas!”
“Iya sayang. Ayah percaya sama kamu.”
“Mas, besok temani aku belanja, ya? Tidak mungkin aku diam saja saat akan ada tamu. Aku akan membuat beberapa camilan untuk ibunya Luna, Mas.”
“Masyaallah, baik sekali istriku. Iya sayang, besok Mas temani belanja pagi.”
‘Dasar benalu! Beraninya dia mencari muka di depan ayah!’ batin Luna sengit.
NAPEN : ZULIAPENACINTA
APLIKASI : KBM APP
https://read.kbm.id/book/detail/debd...f-68d5c68d8eda
PROLOG
Assalamualaikum. Bertemu lagi dengan karya saya. Sebelum membaca bisa subscribe terlebih dahulu, jika berkenan. Terima kasih.
“Tante jangan pernah bermimpi untuk hidup bahagia bersama ayahku! Selama aku masih hidup, aku tidak akan membiarkan tante merebut ayah dariku, dan ibu.”
Luna Abraham, gadis remaja berusia lima belas tahun yang sangat cantik dan memiliki bola mata yang indah, menatap sengit pada Miranda, ibu sambung yang dinikahi ayahnya sebulan lalu.
“Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti itu, Luna? Tante sama sekali tidak berniat merebut ayahmu darimu. Buang jauh-jauh pikiran kamu Luna! Berusahalah untuk memanggil tante, ibu! Karena sekarang aku telah menikah dengan ayahmu,” sahut Miranda lembut.
“Cih! Jangan ngarep! Sampai kapan pun aku tidak sudi memanggilmu ibu. Aku sudah bersusah payah agar ibu dan ayahku rujuk kembali, namun kamu datang menghancurkan semuanya. Aku benci kamu Miranda!” teriak Luna marah.
Mata Miranda membulat sempurna. Ditatapnya anak tirinya yang berdiri sangat berani, ia tidak menyangka gadis remaja itu berani mengatakan itu padanya.
“Kenapa melotot begitu? Tidak suka? Mau marah? Ini rumah ayahku, yang pasti rumahku juga. Kalau Tante tidak betah di sini, Tante bisa angkat kaki sekarang juga! Aku ingin ayah dan ibuku bersatu lagi. Tante pergilah sekarang!”
“Luna! Apa yang kamu katakan? Ayah dan ibumu telah resmi berpisah sejak lama. Kamu harus bisa menerimanya dengan ikhlas. Mereka tidak bisa bersama lagi. Mengertilah, Luna!”
“Jangan mengajari aku Tante. Aku tidak butuh. Mereka memang telah lama berpisah, tapi bukan suatu yang mustahil, jika mereka bersatu lagi.”
Miranda sebisa mungkin menguasai dirinya, agar tidak kelepasan. Luna bukanlah gadis remaja biasa yang bisa disepelekan.
“Oh ayahku sudah pulang rupanya.”
“Ingat! Jangan sampai Tante mengadu aneh-aneh pada Ayah! Kalau sampai ayah tahu, aku akan membuat Tante merasa tinggal di Neraka!”
Luna datang membuka pintu dengan senyum sumpringah menyambut ayahnya yang pulang bekerja.
“Anak Ayah dan istriku cantik sekali! Bagaimana hari ini, sayang? Pasti ibu Mira sudah banyak mengajarkan kamu banyak hal, bukan?”
Andi mencium kening istri dan anaknya secara bergantian. Luna meradang melihat ayahnya memperlakukan ibu sambungnya, sama dengan memperlakukan ibunya dulu.
“Iya Ayah. Ibu sangat rajin soal pekerjaan rumah dan memasak. Ayah beruntung menikah dengannya,” ucap Luna bersandiwara. Miranda tidak mau begitu peduli atas apa yang diucapkan oleh Luna. Semua sangat berbeda saat ayahnya belum tiba.
‘Oh, rupanya Luna juga ahli dalam hal sandiwara seperti ini. Aku sudah berusaha menjadi ibu yang baik, namun rupanya Luna masih belum bisa menerima perpisahan ayah dengan ibunya. Bahkan Luna juga menginginkan mereka untuk rujuk. Lalu bagaimana denganku? Apakah aku benar-benar akan tersingkir dari pernikahan ini?’ gumam Mira dalam hati.
“Oh syukurlah kalian cocok. Ayah sangat bahagia. Ini Ayah bawakan martabak dan roti bakar. Ayo kita makan!”
Mereka memakan oleh-oleh yang dibawa Andi sembari menonton televisi. Luna mencuri pandang menatap Mira dengan geram. Mira hanya diam dan tidak mau begitu menanggapi.
“Ayah, aku merindukan ibu. Apa boleh ibu menginap di sini untuk beberapa hari saja?” tanya Luna tiba-tiba setelah selesai memakan roti bakar keju kesukaannya.
“Izin dulu sama ibu Mira ya, Nak! Biar bagaimanapun, ibu Mira ibumu juga.”
“Ibu Mira sudah mengizinkannya, Ayah. Aku sudah meminta izinnya tadi siang. Iya ‘kan, Bu?” Luna menatap Mira seperti polisi sedang mengintimidasi tersangka.
“Benarkah? Ibu Mira sangat baik. Silahkan katakan pada ibu, untuk menginap di sini,” titah sang ayah. Luna tersenyum penuh kemenangan. Sementara Mira hanya bisa menatap sedih pada anak sambungnya yang ternyata menjadi benalu dalam rumah tangganya.
Luna menggulir layar ponselnya penuh semangat. Ia mencari nomor wa sang ibu, dan mengirimkan pesan. Ia sungguh tidak sabar menunggu ibunya datang.
“Dek, tiga hari ke depan, Mas akan keluar kota untuk urusan pekerjaan. Kamu yang rukun ya sama Luna! Nanti akan ada ibunya Luna juga yang menemani kamu di sini. Viona akan menginap di sini. Dia baik, semoga kalian bisa rukun!”
“Semoga saja, Mas. Aku berusaha untuk menjadi istri dan ibu yang baik buat Luna. Semoga mereka benar-benar bisa menerima aku dengan baik ya, Mas!”
Mira sengaja menekan setiap kata yang ia ucapkan, agar Luna bisa mengerti maksudnya.
“Sudah pasti mereka menerima kamu sayang. Mas Lihat Luna begitu bahagia.”
‘Kamu tidak tahu saja, anakmu sama sekali tidak menginginkan aku, Mas. Bahkan dia sedang berusaha memisahkan kita,’ batin Mira. Dia tetap berusaha tersenyum walaupun memaksakan.
“Ayah jangan lama-lama ya! Hanya tiga hari saja,” ucap Luna manja.
“Kenapa sayang? Ayah pastikan ibu Mira akan menjagamu. Kamu harus patuh padanya ya, sayang?”
“Iya Ayah. Luna akan menjadi anak yang baik. Ayah tidak perlu cemas!”
“Iya sayang. Ayah percaya sama kamu.”
“Mas, besok temani aku belanja, ya? Tidak mungkin aku diam saja saat akan ada tamu. Aku akan membuat beberapa camilan untuk ibunya Luna, Mas.”
“Masyaallah, baik sekali istriku. Iya sayang, besok Mas temani belanja pagi.”
‘Dasar benalu! Beraninya dia mencari muka di depan ayah!’ batin Luna sengit.
NAPEN : ZULIAPENACINTA
APLIKASI : KBM APP
https://read.kbm.id/book/detail/debd...f-68d5c68d8eda


bukhorigan memberi reputasi
1
266
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan