- Beranda
- Komunitas
- News
- Sejarah & Xenology
Revolusi Haiti: Ketika Budak Memerdekakan Tanah Airnya


TS
dragonroar
Revolusi Haiti: Ketika Budak Memerdekakan Tanah Airnya
Revolusi Haiti: Ketika Budak Memerdekakan Tanah Airnya
Haiti merupakan sebuah negara yang terletak di Kepulauan Karibia, tepatnya di pulau Hispaniola. Di pulau tersebut, Haiti bertetangga dengan negara Republik Dominika. Meskipun Haiti terletak di Benua Amerika. penduduk negara ini mayoritas merupakan golongan kulit hitam. Hal ini menjadikan Haiti sebagai negara yang memiliki mayoritas penduduk kulit hitam di luar benua Afrika.
Sebelum merdeka, Haiti merupakan wilayah jajahan dari Perancis. Haiti merupakan salah satu wilayah koloni yang menghasilkan banyak keuntungan bagi Perancis. Hal ini terjadi karena ibukota Haiti, Saint-Domingue, merupakan salah satu penghasil tebu terbesar di dunia pada abad ke-18. Namun, pemerintah Perancis melakukan diskriminasi terhadap masyarakat pribumi Haiti. Revolusi yang terjadi di Perancis juga memberikan andil terhadap kemunculan revolusi di Haiti. Permasalahan inilah yang memicu munculnya Revolusi Haiti.

Gambar 1. Alat yang digunakan masyarakat Haiti untuk menghasilkan tebu (Sumber: Nesbitt, Nick. 2008. Universal Emancipation: The Haitian Revolution and The Radical Enlightenment. Charlottesville: University of Virginia Press. Hlm 55. )
Revolusi Haiti mulai muncul pada 1791. Pada saat itu, pemerintah kolonial Perancis memberikan hak kewarganegaraan kepada golongan Affranchis yang kaya. Namun, peraturan ini tidak dipatuhi oleh masyarakat Eropa yang tinggal di Haiti. Affranchis sendiri merupakan istilah yang diberikan kepada budak yang telah dibebaskan di negara Haiti. Hal ini memunculkan konflik antara Affranchis dan masyarakat Eropa. Pada Agustus 1791, para budak pun memberontak. Untuk mengatasi pemberontakan ini, pemerintah kolonial Perancis memberikan hak kewarganegaraan kepada semua Affranchis. Kebijakan ini membuat Haiti menjadi terpecah belah. Ada yang memihak kepada Spanyol yang nantinya mendirikan Republik Dominika pada 1793. Ada juga masyarakat yang menginginkan kemerdekaan Haiti, kelompok masyarakat ini dipimpin oleh Tousssaint Louverture yang merupakan seorang budak yang telah dibebaskan.

Gambar 2. Toussaint Louverture, Bapak Proklamator Haiti (Sumber: Horne, Gerald. 2015. Confronting Black Jacobins: The United States, The Haitian Revolution, and The Origin of The Dominican Republic. New York: Monthly Review Press. Hlm 46.)
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Perancis ini hanya menunda terjadinya pemberontakan ini. Pada 1792, penduduk kulit hitam dan campuran di Saint-Domingue melakukan pemberontakannya kembali ketika Inggris memberikan bantuan berupa persenjataan kepada mereka. Sementara itu, pemimpin pasukan kaum pemberontak, Louverture, memilih untuk bersekutu dengan tentara Spanyol. Hal ini terjadi karena pemerintahan kolonial Perancis tidak dapat mengabulkan permintaanya untuk menghapuskan perbudakan di Haiti.
Persekutuan antara tentara Spanyol dengan Louverture membuat pemerintahan kolonial Perancis merasa khawatir tidak dapat mempertahankan Saint Domingue. Pada 29 Agustus 1793, dua orang komisioner Perancis masing-masing bernama Leger-Felicite Sonthonax dan Etienne Polverel, diperintahkan oleh pemerintah kolonial Perancis untuk menstabilkan kondisi pemerintahan serta menawarkan kebebasan kepada para budak yang bergabung dalam militer Haiti yang nantinya bertujuan untuk diimplementasikan kepada seluruh budak yang ada di Haiti. Namun, penghapusan ini dalam realitanya tidak dapat dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku. Para pemilik budak di Haiti masih memperlakukan budak yang mereka miliki dengan sangat buruk.
Memasuki tahun 1794, tidak berjalannya kebijakan tersebut menyebabkan kondisi Haiti semakin tidak dapat terkendali. Namun, pada Mei 1794, Louverture serta milisi-milisi kulit hitam mengkhianati tentara Spanyol dan memilih untuk kembali bersekutu kepada pasukan Perancis. Hal ini terjadi karena Spanyol menolak untuk menghapuskan perbudakan di Haiti. Pengkhianatan ini membuat posisi pasukan Perancis kembali mendominasi pasukan Spanyol. Dominasi ini membuat Perancis dapat merebut kembali kota Port-au-Prince yang terletak pada Saint Domingue pada Juni 1795. Kekalahan ini membuat Spanyol memilih untuk membuat kesepakatan perdamaian kepada Perancis yang dilakukan di kota Basel pada Juli 1795.
Pada Maret 1796, Louverture diangkat sebagai menjadi letnan gubernur Saint-Domingue atas jasanya dalam merebut kembali kota Port-au-Prince. Pada Oktober 1796, kekuatan yang dimiliki Louverture semakin menguat ketika diangkat sebagai komandan militer tertinggi Saint Domingue yang menjadikannya sebagai penguasa tunggal. Pada Maret 1798, pasukan yang dipimpin Louverture dan koleganya, Andre Rigaud, berhasil merebut wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Inggris di Saint Domingue. Hal ini membuat Inggris sepakat untuk meninggalkan wilayah Saint Domingue.
Persekutuan antara Louverture dan Rigard berakhir pada Juli 1799 ketika mereka berseteru dan memunculkan perang saudara antar kedua komandan pasukan kulit hitam. Hal ini menyebabkan wilayah Saint Domingue terpecah menjadi dua, Louverture berkuasa di wilayah utara dan barat sedangkan Rigard menguasai wilayah selatan. Louverture lalu melakukan negosiasi untuk bersekutu dengan Amerika Serikat serta Spanyol yang masih menguasai wilayah Saint Domingue bagian timur. Persekutuan ini membuat pasukan Louverture dapat mengalahkan Rigard pada Juli 1800. Pada tahun 1801, berhasil menguasai seluruh wilayah Saint Domingue.
Setelah berhasil menguasai seluruh wilayah Saint Domingue, secara hukum Loverture menghapuskan perbudakan di Saint Domingue. Tetapi, ia tetap mewajibkan penduduk kulit hitam untuk tetap bekerja di ladang dengan adanya minimum jam kerja bagi setiap penduduk. Kebijakan ini memunculkan opini penduduk bahwa Louverture sebenarnya tetap berniat untuk membiarkan perbudakan tetap ada. Pemerintah Perancis tidak tinggal diam melihat Saint Domingue berhasil dikuasai oleh Louverture. Pada Februari 1802, pemerintah Perancis mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh saudara ipar Napoleon, Charles Emmanuel Leclerc, dengan tujuan untuk merebut kembali Saint Domingue. Pasukan Perancis berhasil merebut kembali Saint Domingue pada April 1802 dengan bantuan para pendukung Louverture yang berkhianat. Louverture pun menyerahkan diri dengan syarat bahwa pemerintah Perancis tidak akan mengembalikan perbudakan ke Saint Domingue.
Namun, syarat ini diingkari oleh pemerintah Perancis dan pada Juni 1802, Louverture ditangkap dan kemudian diasingkan ke penjara Perancis. Setelah itu, Leclerc berusaha untuk mengembalikan perbudakan ke tanah Saint Domingue serta melucuti persenjataanya. Namun, tentara kulit hitam yang kini dipimpin oleh Jean-Jacques Dessalines memulai kembali pemberontakan yang dilakukan pada Oktober 1802. Pada 18 Mei 1803, Dessalines melakukan perobekan warna putih yang terdapat dalam bendera Perancis. Warna biru dan merah lalu dikibarkan dalam posisi horizontal. Peristiwa ini merupakan kelahiran dari bendera negara Haiti. Pada saat pemberontakan di Haiti berlangsung, Perancis juga sedang terlibat dalam Perang Napoleon yang membuat kesulitan pengiriman logistik ke Saint Domingue. Hal ini membuat pemerintah kolonial Perancis memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dengan pasukan Dessalines pada November 1803. Pada 1 Januari 1804, Dessalines mengumumkan proklamasi kemerdekaan Saint Domingues yang diganti namanya menjadi Haiti..
Revolusi Haiti ini menjadi satu-satunya pemberontakan yang dilakukan oleh budak yang memperoleh keberhasilan serta dapat memerdekakan tanah air mereka. Selain itu, revolusi Haiti ini menjadi sebuah batu loncatan dalam pergerakan emansipasi manusia serta kesetaraan antar sesama manusia. Pergerakan ini pun menjadi sebuah langkah awal untuk mengakhiri perdagangan budak di benua Amerika pada masa tersebut yang nantinya akan mencapai klimaksnya pada perang saudara yang terjadi di Amerika Serikat.
Daftar Sumber
Clavin, Matthew J. 2011. Toussaint Louverture and The American Civil War: The Promise and Peril of a Second Haitian Revolution. Pennsylvania: University of Pennsylvania Press.
Dubois, Laurent. 2004. Avengers of The New World: The Story of The Haitian Revolution. London: Harvard University Press.
Horne, Gerald. 2015. Confronting Black Jacobins: The United States, The Haitian Revolution, and The Origin of The Dominican Republic. New York: Monthly Review Press.
Nesbitt, Nick. 2008. Universal Emancipation: The Haitian Revolution and The Radical Enlightenment. Charlottesville: University of Virginia Press.
Popkin, Jeremy D. 2012. A Concise History of the Haitian Revolution. West Sussex: Blackwell Publishing
https://narasisejarah.id/revolusi-ha...-tanah-airnya/
Haiti merupakan sebuah negara yang terletak di Kepulauan Karibia, tepatnya di pulau Hispaniola. Di pulau tersebut, Haiti bertetangga dengan negara Republik Dominika. Meskipun Haiti terletak di Benua Amerika. penduduk negara ini mayoritas merupakan golongan kulit hitam. Hal ini menjadikan Haiti sebagai negara yang memiliki mayoritas penduduk kulit hitam di luar benua Afrika.
Sebelum merdeka, Haiti merupakan wilayah jajahan dari Perancis. Haiti merupakan salah satu wilayah koloni yang menghasilkan banyak keuntungan bagi Perancis. Hal ini terjadi karena ibukota Haiti, Saint-Domingue, merupakan salah satu penghasil tebu terbesar di dunia pada abad ke-18. Namun, pemerintah Perancis melakukan diskriminasi terhadap masyarakat pribumi Haiti. Revolusi yang terjadi di Perancis juga memberikan andil terhadap kemunculan revolusi di Haiti. Permasalahan inilah yang memicu munculnya Revolusi Haiti.
Gambar 1. Alat yang digunakan masyarakat Haiti untuk menghasilkan tebu (Sumber: Nesbitt, Nick. 2008. Universal Emancipation: The Haitian Revolution and The Radical Enlightenment. Charlottesville: University of Virginia Press. Hlm 55. )
Revolusi Haiti mulai muncul pada 1791. Pada saat itu, pemerintah kolonial Perancis memberikan hak kewarganegaraan kepada golongan Affranchis yang kaya. Namun, peraturan ini tidak dipatuhi oleh masyarakat Eropa yang tinggal di Haiti. Affranchis sendiri merupakan istilah yang diberikan kepada budak yang telah dibebaskan di negara Haiti. Hal ini memunculkan konflik antara Affranchis dan masyarakat Eropa. Pada Agustus 1791, para budak pun memberontak. Untuk mengatasi pemberontakan ini, pemerintah kolonial Perancis memberikan hak kewarganegaraan kepada semua Affranchis. Kebijakan ini membuat Haiti menjadi terpecah belah. Ada yang memihak kepada Spanyol yang nantinya mendirikan Republik Dominika pada 1793. Ada juga masyarakat yang menginginkan kemerdekaan Haiti, kelompok masyarakat ini dipimpin oleh Tousssaint Louverture yang merupakan seorang budak yang telah dibebaskan.
Gambar 2. Toussaint Louverture, Bapak Proklamator Haiti (Sumber: Horne, Gerald. 2015. Confronting Black Jacobins: The United States, The Haitian Revolution, and The Origin of The Dominican Republic. New York: Monthly Review Press. Hlm 46.)
Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Perancis ini hanya menunda terjadinya pemberontakan ini. Pada 1792, penduduk kulit hitam dan campuran di Saint-Domingue melakukan pemberontakannya kembali ketika Inggris memberikan bantuan berupa persenjataan kepada mereka. Sementara itu, pemimpin pasukan kaum pemberontak, Louverture, memilih untuk bersekutu dengan tentara Spanyol. Hal ini terjadi karena pemerintahan kolonial Perancis tidak dapat mengabulkan permintaanya untuk menghapuskan perbudakan di Haiti.
Persekutuan antara tentara Spanyol dengan Louverture membuat pemerintahan kolonial Perancis merasa khawatir tidak dapat mempertahankan Saint Domingue. Pada 29 Agustus 1793, dua orang komisioner Perancis masing-masing bernama Leger-Felicite Sonthonax dan Etienne Polverel, diperintahkan oleh pemerintah kolonial Perancis untuk menstabilkan kondisi pemerintahan serta menawarkan kebebasan kepada para budak yang bergabung dalam militer Haiti yang nantinya bertujuan untuk diimplementasikan kepada seluruh budak yang ada di Haiti. Namun, penghapusan ini dalam realitanya tidak dapat dijalankan sesuai dengan hukum yang berlaku. Para pemilik budak di Haiti masih memperlakukan budak yang mereka miliki dengan sangat buruk.
Memasuki tahun 1794, tidak berjalannya kebijakan tersebut menyebabkan kondisi Haiti semakin tidak dapat terkendali. Namun, pada Mei 1794, Louverture serta milisi-milisi kulit hitam mengkhianati tentara Spanyol dan memilih untuk kembali bersekutu kepada pasukan Perancis. Hal ini terjadi karena Spanyol menolak untuk menghapuskan perbudakan di Haiti. Pengkhianatan ini membuat posisi pasukan Perancis kembali mendominasi pasukan Spanyol. Dominasi ini membuat Perancis dapat merebut kembali kota Port-au-Prince yang terletak pada Saint Domingue pada Juni 1795. Kekalahan ini membuat Spanyol memilih untuk membuat kesepakatan perdamaian kepada Perancis yang dilakukan di kota Basel pada Juli 1795.
Pada Maret 1796, Louverture diangkat sebagai menjadi letnan gubernur Saint-Domingue atas jasanya dalam merebut kembali kota Port-au-Prince. Pada Oktober 1796, kekuatan yang dimiliki Louverture semakin menguat ketika diangkat sebagai komandan militer tertinggi Saint Domingue yang menjadikannya sebagai penguasa tunggal. Pada Maret 1798, pasukan yang dipimpin Louverture dan koleganya, Andre Rigaud, berhasil merebut wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Inggris di Saint Domingue. Hal ini membuat Inggris sepakat untuk meninggalkan wilayah Saint Domingue.
Persekutuan antara Louverture dan Rigard berakhir pada Juli 1799 ketika mereka berseteru dan memunculkan perang saudara antar kedua komandan pasukan kulit hitam. Hal ini menyebabkan wilayah Saint Domingue terpecah menjadi dua, Louverture berkuasa di wilayah utara dan barat sedangkan Rigard menguasai wilayah selatan. Louverture lalu melakukan negosiasi untuk bersekutu dengan Amerika Serikat serta Spanyol yang masih menguasai wilayah Saint Domingue bagian timur. Persekutuan ini membuat pasukan Louverture dapat mengalahkan Rigard pada Juli 1800. Pada tahun 1801, berhasil menguasai seluruh wilayah Saint Domingue.
Setelah berhasil menguasai seluruh wilayah Saint Domingue, secara hukum Loverture menghapuskan perbudakan di Saint Domingue. Tetapi, ia tetap mewajibkan penduduk kulit hitam untuk tetap bekerja di ladang dengan adanya minimum jam kerja bagi setiap penduduk. Kebijakan ini memunculkan opini penduduk bahwa Louverture sebenarnya tetap berniat untuk membiarkan perbudakan tetap ada. Pemerintah Perancis tidak tinggal diam melihat Saint Domingue berhasil dikuasai oleh Louverture. Pada Februari 1802, pemerintah Perancis mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh saudara ipar Napoleon, Charles Emmanuel Leclerc, dengan tujuan untuk merebut kembali Saint Domingue. Pasukan Perancis berhasil merebut kembali Saint Domingue pada April 1802 dengan bantuan para pendukung Louverture yang berkhianat. Louverture pun menyerahkan diri dengan syarat bahwa pemerintah Perancis tidak akan mengembalikan perbudakan ke Saint Domingue.
Namun, syarat ini diingkari oleh pemerintah Perancis dan pada Juni 1802, Louverture ditangkap dan kemudian diasingkan ke penjara Perancis. Setelah itu, Leclerc berusaha untuk mengembalikan perbudakan ke tanah Saint Domingue serta melucuti persenjataanya. Namun, tentara kulit hitam yang kini dipimpin oleh Jean-Jacques Dessalines memulai kembali pemberontakan yang dilakukan pada Oktober 1802. Pada 18 Mei 1803, Dessalines melakukan perobekan warna putih yang terdapat dalam bendera Perancis. Warna biru dan merah lalu dikibarkan dalam posisi horizontal. Peristiwa ini merupakan kelahiran dari bendera negara Haiti. Pada saat pemberontakan di Haiti berlangsung, Perancis juga sedang terlibat dalam Perang Napoleon yang membuat kesulitan pengiriman logistik ke Saint Domingue. Hal ini membuat pemerintah kolonial Perancis memutuskan untuk melakukan gencatan senjata dengan pasukan Dessalines pada November 1803. Pada 1 Januari 1804, Dessalines mengumumkan proklamasi kemerdekaan Saint Domingues yang diganti namanya menjadi Haiti..
Revolusi Haiti ini menjadi satu-satunya pemberontakan yang dilakukan oleh budak yang memperoleh keberhasilan serta dapat memerdekakan tanah air mereka. Selain itu, revolusi Haiti ini menjadi sebuah batu loncatan dalam pergerakan emansipasi manusia serta kesetaraan antar sesama manusia. Pergerakan ini pun menjadi sebuah langkah awal untuk mengakhiri perdagangan budak di benua Amerika pada masa tersebut yang nantinya akan mencapai klimaksnya pada perang saudara yang terjadi di Amerika Serikat.
Daftar Sumber
Clavin, Matthew J. 2011. Toussaint Louverture and The American Civil War: The Promise and Peril of a Second Haitian Revolution. Pennsylvania: University of Pennsylvania Press.
Dubois, Laurent. 2004. Avengers of The New World: The Story of The Haitian Revolution. London: Harvard University Press.
Horne, Gerald. 2015. Confronting Black Jacobins: The United States, The Haitian Revolution, and The Origin of The Dominican Republic. New York: Monthly Review Press.
Nesbitt, Nick. 2008. Universal Emancipation: The Haitian Revolution and The Radical Enlightenment. Charlottesville: University of Virginia Press.
Popkin, Jeremy D. 2012. A Concise History of the Haitian Revolution. West Sussex: Blackwell Publishing
https://narasisejarah.id/revolusi-ha...-tanah-airnya/
0
381
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan